Dua Jendral Paling Ikhlas untuk Indonesia

Minggu, 13 Januari 2019 | 21:15 WIB
0
1600
Dua Jendral Paling Ikhlas untuk Indonesia
Prabowo Subianto

Pernahkan anda menonton siaran langsung Pak Prabowo berpidato dari ruang kerjanya di Hambalang? Salah satu yang menarik perhatian saya adalah lukisan Panglima besar Jenderal Sudirman tepat di dinding belakang kursi beliau.

Kenapa harus lukisan Jenderal Sudirman? Mengapa bukan foto ayahanda beliau Prof. Soemitro Djojohadikusumo si Begawan ekonomi Indonesia yang lima kali menjadi menteri dimasa Orde Lama dan orde Baru. Anggota lima ahli dunia (group of five top experts) yang diangkat oleh PBB dan sekaligus salah satu pendiri Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Mengapa bukan foto kakek beliau Raden Mas Margono Djojohadikoesoemo?  Salah satu anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) bersama AR Baswedan, kakek Anies Baswedan. Gubernur DKI yang sering dipertanyakan nasionalismenya oleh segelintir cebong muallaf Pancasila.
Sang Kakek juga adalah pendiri BNI (Bank Nasional Indonesia).

Mengapa bukan foto sang paman Kapten Anumerta Soebianto Djojohadikoesoemo, Pahlawan Nasional yang gugur bersama adiknya Taruna Soejono Djojohadikoesoemo dipertempuran Lengkong. Nama Pak Prabowo serta adiknya Pak Hasjim diambil dari nama kedua paman mereka yang gugur memperjuangkan kemerdekaan Negeri ini.

Menurut saya, karena Pak Prabowo merasa sejiwa dengan Jenderal Besar kita.

Siapa yang tidak mengenal perjuangan dan keikhlasan Pak Dirman untuk Indonesia?

Beliau adalah Panglima Perang dimasa Indonesia harus mempertahankan kemerdekaan dan harus keluar-masuk hutan dalam kondisi sakit. Beliau harus ditandu karena kondisi tubuhnya yang tidak sanggup berjalan lagi. Loyalitas, pengabdian, keikhlasan dan kerja keras Jenderal Sudirman bahkan diakui lawan, misalnya Negara Jepang yang memberikan penghormatan mendirikan Patung Beliau di depan gedung Kementerian Pertahanan mereka. Satu-satunya patung orang asing di lingkungan kementerian Pertahanan Jepang.

Sang Jenderal Besar benar-benar mengorbankan jiwa dan raganya demi negeri ini. Sebulan setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia, sang Jenderal besar pun menutup mata. Tubuh beliau boleh saja kalah melawan penyakit tapi jiwa beliau tidak pernah menyerah melawan penjajah. Rakyat Indonesia pun berduka.

Sekarang Jenderal Prabowo Subianto juga berulang kali menyatakan siap mewakafkan nyawanya demi bangsa Indonesia.

Tentu saja pernyataan beliau ini bisa kita uji.

Pertama, sebagai mantan Prajurit Kopassus beliau sudah berulangkali terjun ke berbagai Perang atas Nama Negara Indonesia. Sampai sekarang duduk tahiyat beliau ketika Sholat tidak akan pernah bisa lagi sempurna (sudah pernah sebelumnya saya tulis di Tulisan berjudul "Tahiyat Akhir Sang Jenderal"). Karena "hadiah perang" bekas peluru dan ranjau musuh dikaki beliau membuatnya harus berulang-kali masuk meja operasi dan kaki beliau tidak bisa ditekuk dengan sempurna lagi.

Kedua, kehidupan pribadi. Kehidupan pribadi beliau telah lama selesai. Harta beliau tidak akan habis sampai tujuh-turunan. Bu Titiek, mantan Istri beliau (Doa seluruh rakyat Indonesia, mereka rujuk kembali) adalah politisi dan Pengusaha yang kaya-raya. Sementara Anak semata wayang mereka Mas Didit adalah perancang Adi Busana kelas Internasional dengan sederet prestasi. Keluarga besar beliau juga semua hidup berkecukupan.

Ketiga, darah dan silsilah beliau adalah darah pejuang. Kakek beliau salah satu anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Dua orang pamannya gugur dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa ini. Sumbangsih ayahandanya juga sangat luar biasa bagi bangsa ini, khususnya dibidang ekonomi.

Kalaupun ada yang mempertanyakan keterlibatan Prof. Soemitro dengan upaya makar PRRI/Permesta, berarti orang tersebut kurang membaca dan tidak paham sejarah. Baca ulang buku sejarah atau datang ke Sumatera Barat agar paham kenapa terjadi "makar" PRRI/Permesta.

Banyak tokoh-tokoh besar bangsa dan Pejuang Inti Kemerdekaan termasuk Syafruddin Prawiranegara dan Mohammad Natsir yang bersimpati dengan gerakan yang menuntut dijalankannya negara sesuai konstitusi. PRRI/PERMESTA adalah jawaban atas Demokrasi Terpimpin ala Bung Karno.

Keempat, Pak Prabowo punya kemampuan Intelektual dan konsep yang jelas untuk masa depan Indonesia. Silahkan baca buku-buku karya beliau.

Negara kita adalah negara yang sangat kaya-raya dengan sumber daya alam. Tapi rakyatnya masih banyak yang hidup dibawah garis kemiskinan. Hutang negara bertumpuk-tumpuk karena bahkan untuk membayar gaji penyelenggara negara saja Pemerintah harus berhutang. 

Dibutuhkan pemimpin yang punya otak dan intelektual yang cukup untuk mengelola negara besar ini. Bukan sekedar orang bertampang merakyat tapi otak melarat dan doyan selfa-selfie di setiap kesempatan.

Dosa besar dan neraka jahannam menanti pemimpin yang menggadaikan negeri ini serta pengikut-pengikutnya. Kalau saja negeri ini dikelola dengan benar, dipimpin oleh orang yang memiliki kemampuan, tidak akan ada lagi anak bangsa yang jadi babu dan kuli ke Luar Negeri. 

Tidak akan ada lagi kakek-kakek dan nenek-nenek renta masih terpaksa jualan rambutan sampai tengah malam demi sesuap nasi. 

Tidak akan ada lagi kisah-kisah pilu anak-anak kecil yang meregang nyawa karena orang tuanya tidak mampu membawanya berobat. Tidak akan ada lagi copet yang digebuki ditengah jalan dan dibakar massa karena tidak memiliki pekerjaan.

Pertanyaan saya: sampai kapan?

Sadarlah wahai anak bangsaku. Ini bukan masalah kebencian tapi kemampuan.

Hadist Rasulullah SAW :

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.” Ada seorang sahabat bertanya; ‘bagaimana maksud amanat disia-siakan? ‘ Nabi menjawab; “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.” (BUKHARI – 6015).

***