Elit yang Bingung

Mereka anak-anak muda desa, membangun desanya tidak dengan uang APBN dan apalagi APBD, baik yang tidak maupun yang istimewa.

Minggu, 16 Januari 2022 | 20:52 WIB
0
223
Elit yang Bingung
Bupati Penajam Paser Utara Abdul Gafur Mas'ud (Foto: kompas.com)

Kadang, atau mungkin sering, kita merasa aneh dengan orkestrasi berpikir bangsa ini, atau tepatnya para elite dan pesohor negeri ini. Para kelas atas yang makan bangku sekolahan, bahkan banyak di antaranya lulusan luar negeri. Tapi merumuskan apa yang prioritas bagi bangsa dan negara selama ini tak mampu dan tak mau.

Kemarin ada rektor meminta kita memaafkan orang yang nendang sajen sambil bertakbir. Kayaknya sederhana, tapi jadi kontra-produktif. Kayak ketika Menag ngomong pelaku pemerkosa santri tak ada kaitan dengan pesantren dan apalagi NU.

Memang. Tapi kan persoalannya bukan itu! Ini soal bagaimana agama dipermain-mainkan untuk legitimasi atau pun modus operandi. Terus kemudian Komnas HAM mengatakan hukuman mati tidak manusiawi. Melanggar HAM? Lha perbuatannya melanggar HAM nggak?

Celakanya, kalau misalnya mau dikebiri, ada lagi yang ngomong, lelaki yang dikebiri bisa jadi lebih ganas, liar. Apalagi tanpa efek menghamili.

Saya jadi inget temen saya yang miara kucing-kucing liar, yang semuanya dikebiri. Saya belum dapat laporan apakah kucing-kucing itu melakukan orgy setelah dikebiri.

Tapi, lupakan, kucing kan bukan manusia. Kalau Heri Wirawan sendiri setelah memperkosa lebih dari 20 santriwati yang masih remaja dan kemudian ngaku khilaf? Ya, bukankah manusia letak salah dan lupa? Manusiawi kan kalau khilaf?

Jadi logikanya, permohonan rektor UIN Suka itu, suka tidak suka, atau suka-suka, kita maafin saja baik yang nendang sajen maupun merkosa puluhan santriwati? Wong kalau dihukum mati kata Komnas HAM melanggar HAM, tapi kalau dikebiri kata beberapa aktivis malah lebih membahayakan. Atau di-impotenkan saja, biar nggak bisa lajel? Ruwet kan?

Kemarinnya ada bupati perempuan (kebetulan kabupaten tempat saya tinggal), mengatakan klithih (semacam aktivitas remaja yang acap memakai kekerasan fisik, bahkan menggunakan senjata tajam) bukan kenakalan tapi kreativitas.

Saya nggak ngerti apakah beliaunya jadi bupati karena kreativitas atau kenakalan? Mungkin karena kreativitas, wong dia meneruskan cengkeraman kekuasaan suaminya, yang sebelumnya jadi bupati dua periode di wilayah yang sama. Kelak kalau habis Bu Bupati ini, mungkin akan diupayakan anaknya pula maju jadi bupati. Itu kreativitas.

Senyampang itu, terusa saja ada gerakan saling lapor, saling tuding, sampai ada yang katanya doktor ekonomi tapi nggak percaya ada bayi kemarin sore beli saham puluhan milyar padal cuma jualan pisang! Kalau mau ngomporin bakul pisang, tuh ada doktor ekonomi menghina profesi bakul pisang!

Senyampang itu, ada bupati yang masih belia, ketangkep korupsi oleh KPK. Belum pula ada sebagiannya lagi but-ribut soal Hadiah Nobel. Yungalah. Jadi, apa agendamu sebenarnya, wahai negara dan bangsa Indonesia?

Embuhlah. Kok mbentoyong men mikirin itu. Sementara anak-anak muda menemukan jalannya sendiri, mampu menolong dan mengubah wajah lingkungannya; Lewat pertolongan youtube, lewat pertolongan NFT, lewat google adsense, lewat alibabadotkom, membangkitkan dan mendorong tumbuhnya UMKM.

Mereka anak-anak muda desa, membangun desanya tidak dengan uang APBN dan apalagi APBD, baik yang tidak maupun yang istimewa. Karena pada akhirnya, kayak yang dibilang oleh Mark Twain; It is better to keep your mouth closed and let people think you are a fool than to open it and remove all doubt. Lebih baik menjaga mulutmu tetap tertutup, dan membiarkan orang lain menganggapmu bodoh, daripada membuka mulut hanya untuk menegaskan semua anggapan mereka.

Metharming with love! Jangan lupa bercinta, tulis Yudhistira ANM Massardi dalam kumpulan puisinya. Mumpung belum Senin, karena biasanya harga naik pada hari itu.

Sunardian Wirodono