Harianto Badjoeri [29]: Orang Bersalah Dikasih Uang, Apalagi Orang Benar

Kemarahan seorang HB seberapapun besarnya bisa dikalahkan oleh kerendahan hati dan pengakuan salah.

Rabu, 20 November 2019 | 08:31 WIB
0
414
Harianto Badjoeri [29]:  Orang Bersalah Dikasih Uang, Apalagi Orang Benar
Gunung Hutapea (Foto: Dok. pribadi)

Kedermawanan Harianto Badjoeri (HB) sejak masih menjadi birokrat di Pemerintah Provinsi DKI sampai sudah pensiun tidak pernah berubah. Bukan hanya kepada orang yang berlaku benar, kepada orang yang  berlaku salah saja masih dia kasih uang!

Sisi kedermawanan HB ini dituturkan langsung oleh salah seorang sahabatnya, Gunung Hutapea (65 tahun). Dia adalah Ketua bidang  Organisasi dan Keanggotaan Majelis Pimpinan Nasional Pemuda Pancasila.

Di kantornya di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan, Gunung bercerita awal mula perkenalannya dengan seorang HB. “Saya kenal beliau sekitar era 90-an.”

Waktu itu, Gunung yang aktif di organisasi kemasyarakatan pemuda bersama Yorrys Raweyai dan HB membentuk organisasi yang bisa memfasilitasi pengusaha hiburan malam dalam berurusan dengan pemerintah daerah, khususnya dengan Dinas Pariwisata DKI yang mana HB menjadi birokrat di dalamnya.

Organisasi bentukan mereka itu diberi nama Himpunan Pengusaha Hiburan dan Pariwisata (HPHP). Asosiasi ini bertujuan melancarkan para pengusaha bila mereka harus berhubungan dengan Dinas Pariwisata DKI.Dari asosiasi usaha hiburan ini, Gunung mulai dekat dengan HB. 

Hingga pada suatu saat, HB memimpin Pemuda Panca Marga (PPM) DKI. Ketika HB memimpin PPM, Gunung yang aktif di Pemuda Pancasila semakin akrab bersahabat. Mereka saling mengisi satu sama lainnya.

Sampailah pada suatu hari yang menjadi horor bagi hidup Gunung. Pada tahun 1997, Gunung ditangkap oleh Polda Metro Jaya, dalam sebuah perkara. Gunung ditahan di Polda Metro Jaya. Tidak seorang pun boleh menjenguknya, termasuk anak dan isterinya.

Tetapi, HB pada suatu malam tiba-tiba menjenguknya di ruang tahanan. HB tidak sendiri tetapi bersama isterinya. Gunung pun kaget bukan kepalang. “Hebat kali orang ini, bisa jenguk saya,” kata Gunung memuji HB dalam hati.

Kebaikan HB kepada Gunung ternyata tidak berakhir sampai di situ. Ketika Gunung dipindah ke tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang selama empat bulan, HB orang yang menanggung kehidupan anak dan isterinya, khususnya anak-anak Gunung yang masih kecil dan bersekolah.  

Meskipun Gunung ditahan, kehidupan keluarganya harus terus berlangsung. Begitulah prinsip HB dalam menolong Gunung.

“Rumah saya pun waktu itu masih mengontrak,” ungkap Gunung.

Hubungan HB dan Gunung kemudian berlanjut ketika persoalan hukum selesai. Gunung semakin sering menemui HB untuk sebuah pertolongan. HB tidak pernah menolaknya.

HB bahkan membantu Gunung untuk memiliki rumah sendiri di kawasan Cinere, sebelah selatan Jakarta. “Rumah yang saya tempati bersama keluarga saya sekarang ini adalah hasil pemberian Pak Harianto.”

Bantuan HB kepada Gunung masih terus mengalir, terutama buat pendidikan anak-anaknya. Bantuan pendidikan dari HB tidaklah sia-sia karena lima anak Gunung punya semangat tinggi dalam belajar sekalipun mereka dalam keadaan susah. Sekarang, dari lima anaknya, 2 orang lulus pendidikan strata 2 (S2),  sedangkan 3 orang lainnya lulus strata 1 (S1).

“Pendidikan anak-anak saya tidak lepas dari bantuan Pak Harianto.”

Keberhasilan anak-anak Gunung menempuh pendidikan demikian tinggi membanggakan HB. “Mereka itulah karakter orang Batak,” ujar HB.

Di mata Gunung, HB adalah orang yang penuh kasih. Dia suka memberi kepada siapa saja, termasuk kepada anak buahnya di kantor tempatnya bekerja. Hampir semua anak buah HB menganggapnya sebagai bapak asuh, karena semua mendapat perhatian penuh.

HB paling suka membiayai pendidikan untuk semua orang, karena pendidikan adalah kail untuk mencari kehidupan. Hampir semua anak buah buahnya di kantor dibantu biaya pendidikannya. Ia juga banyak membantu anak buahnya membangun rumah. Bahkan anak buahnya juga disuruh naik haji atau berziarah ke tanah suci menurut agamanya dengan biaya dari uang HB pribadi.

Batas kedermawanan HB nyaris tidak bertepi. Dia bukan saja baik dan ingin menggembirakan orang-orang terdekat atau yang dia kenal, tetapi kepada orang lain bahkan yang membuatnya sakit hati pun dia kasihi.

Cerita ironis terjadi ketika HB mendapat caci maki lewat telepon dari salah seorang yang dia tidak kenal. Orang itu menagih utang kepada anak buah HB secara kasar. Kebetulan yang menerima teleponnya waktu itu HB sendiri.

HB marah bukan main, karena dicaci maki orang yang dia tidak bersalah. Maka HB memerintahkan anak buahnya, termasuk Gunung agar mencari orang itu dan membawanya ke hadapannya.

“Saya sadar pasti Pak Harianto akan memukuli orang itu. Tetapi, saya bilang kepada beliau agar tidak memukulinya bila saya berhasil membawanya ke hadapannya,” kata Gunung.

Gunung pun berhasil menemukan orang yang mencaci maki HB. Dia bilang kepada orang itu agar meminta maaf kepada HB bila bertemu. Selanjutnya, orang tadi meminta maaf kepada HB dengan sopan. HB yang tadinya marah penuh gelora, tiba-tiba kasihan kepada orang itu.

“Pak Harianto malah memberi uang kepada orang tadi,” kata Gunung.

Di sini tertangkap pesan bahwa kemarahan seorang HB seberapapun besarnya bisa dikalahkan oleh kerendahan hati dan pengakuan salah. Dalam  hubungannya dengan HB, orang tadi sebenarnya adalah pemenangnya, karena dia mendapat benda berharga berupa uang hanya bermodalkan kerendahan hati dengan meminta maaf.

Itulah kesaksian Gunung tentang HB. Orang dermawan dari segala sudutnya. Sedangkan HB juga memuji Gunung sebagai “otaknya” berorganisasi. 

 Krista Riyanto

***

Tulisan sebelumnya: Harianto Badjoeri (28): Mewarisi Karakter Ayahnya