Pemimpin Revolusioner

Media Singapura The Straits Times ini menganggap Presiden Jokowi sebagai tokoh pemersatu di tengah kondisi Indonesia yang sedang dalam kondisi tidak stabil.

Jumat, 6 Desember 2019 | 19:04 WIB
0
361
Pemimpin Revolusioner
Presiden Joko Widodo (Foto: Tribunnews.com)

Kita harus benar-benar sadar dan bersedia menerima kenyataan bahwa kita kini telah masuk ke Era Disrupsi. Era Manual di mana segalanya masih dikerjakan oleh tangan dan harus oleh manusia sudah berakhir. Pintu tol sudah benar-benar tidak butuh tangan manusia untuk proses pembayaran.

Kalau kita ke luar negeri kita bahkan tidak perlu lagi menempelkan kartu tol karena kartu tolnya sudah terpasang di kaca depan mobil dan pintu tol bisa langsung membacanya dari jarak jauh tanpa perlu ditempel lagi. Jadi begitu mobil sampai di depan pintu tol dalam jarak sekian meter pintu tol akan membacanya dan membuka pintu mempersilakan mobil lewat tanpa harus berhenti.

Jadi jangan lagi berpikir bahwa kalau kita punya teman yang punya bisnis jalan tol maka keponakan kita bisa kita titip pekerjakan sebagai petugas pintu tol. It’s over. No more job for that kind of thing

Selain itu filosofi ‘alon-alon waton kelakon’ harus benar-benar kita tinggalkan. Lha wong permainan catur yang dulunya satu game bisa berjam-jam sekarang sudah ada jenis barunya, yaitu ‘lightning chess’ alias Catur Kilat yang hanya memberikan masing-masing waktu bagi pemainnya sebanyak 5 menit saja dalam satu partai. Gendeng…! Saya sampai tidak bisa melihat bidak melangkah ke mana dan dimakan sama apa saking cepatnya mereka bergerak dan tiba-tiba skak-mat…! Matek…! 

Kita tidak bisa lagi berlambat-lambat kecuali kita benar-benar ingin tertinggal dan jadi negara besar yang miskin. Negara kecil miskin masih mudah untuk diatasi oleh dunia tapi negara besar miskin adalah benar-benar bencana bagi dunia. Bayangkan seandainya Negara China itu masih ‘sekaya’ Indonesia (yang jutaan warganya cari kerja jadi pembantu rumah tangga di negara-negara lain) maka TKI dan TKW akan setengah mati bersaing dengan ratusan juta warga China yang juga ingin bekerja jadi PRT di negara lain. Untunglah China sekarang sudah benar-benar kaya dan malah bisa memberi pekerjaan pada warga Indonesia. 

Di era disrupsi (disruption), yang artinya ‘ketercabutan dari akar’, masyarakat dunia telah menggeser aktivitas-aktivitas yang awalnya dilakukan di dunia nyata ke dunia maya. Terjadi perubahan fundamental atau mendasar pada kehidupan sehari-hari. Revolusi di bidang teknologi mengubah cara bekerja dan kehidupan manusia dengan perubahan yang sangat cepat. Ia mengubah total pola tatanan lama dalam waktu yang sangat singkat.

Perubahan pola dunia bisnis dan industri membuat persaingan kerja tidak lagi linear. Cakupan perubahannya luas mulai dari dunia bisnis, perbankan, transportasi, sosial masyarakat, hingga pendidikan. Disrupsi menginisiasi lahirnya model bisnis baru dengan strategi yang jauh lebih inovatif dan tak dikenal sebelumnya. Era ini menuntut kita untuk berubah atau punah karena ditelan oleh perubahan sistem ini.

Jadi kita harus benar-benar menanamkan kesadaran atau mindset ini pada semua rakyat Indonesia. Wahai rakyat Indonesia, sadarlah bahwa dunia sudah benar-benar berubah. Kalau kalian tidak mau berubah maka kalian akan digilas oleh zaman yang tidak mengenal ewuh pekewuh ini. 

Dalam era disrupsi ini jelas kita butuh seorang pemimpin yang mampu berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai dan selaras dengan tuntutan zaman ini. Pemimpin era ini dituntut untuk cerdas dalam membuat suatu perubahan maupun inovasi yang mampu menjawab tantangan zaman. Kemampuan beradaptasi dan berpikir out of the box dengan tingkat kecerdasan emosional yang tinggi menjadi salah satu syarat untuk menghadapi perubahan yang sangat pesat.

Syukurlah kita memiliki Jokowi sebagai Presiden kita. (OK, beberapa di antara kalian memang masih susah move on dan masih terus membenci beliau. Itu masalah Anda yang serius yang butuh penanganan psikiater andal). 

Apa sih ciri-ciri pemimpin revolusioner itu? 

Pertama, ia harus orang yang rendah hati meski memiliki prestasi yang menjulang. Ia tidak egosentris atau merasa pintar sendiri dan selalu mengedepankan kerja tim. Ia harus pemaaf dan tidak menyimpan dendam betapa pun orang-orang di sekitarnya menghina dan mencaci makinya.

Kedua, ia harus berorientasi pada hasil dengan visi yang jelas. Ia memimpin dengan menggunakan kreatifitas dan inovasi yang dilandasi oleh kemampuan berpikir kritis. Ia harus berani keluar dari kungkungan cara berpikir dan bertindak yang rutin dan monoton. Pemimpin tipe ini selalu adaptif, sensitif, dinamis, dan flesibel sesuai dengan kebutuhan situasi yang berkembang.

Mari kita lihat seberapa revolusioner Presiden Jokowi ini (sila bandingkan dengan pemimpin sebelumnya).

Pertama, Presiden Jokowi jelas bukan orang yang mudah sakit hati dan kemudian memendam rasa tersebut dan menikmati kemenangan dengan membalasnya. Jelas tidak. Ada sih beberapa contoh orang yang gampang sakit hati dan tidak mudah memaafkan. Orang seperti ini benar-benar sudah lewat eranya.

Coba lihat betapa dengan mudahnya beliau merangkul Prabowo dan menjadikannya sebagai Menhan. Saya tidak melihat satu pun pemimpin kita sebelum ini yang mampu berpikir, bersikap, dan bertindak begitu revolusioner seperti ini. Perseteruannya dengan Prabowo is nothing personal dan tindakannya mengangkat Prabowo sebagai pembantunya benar-benar out of the box dan sangat membantu berubahnya situasi konflik di masyarakat.

Sekarang kita justru diminta untuk menuntut Prabowo untuk melakukan semua pemikiran briliannya di bidang pertahanan agar tidak ada lagi orang-orang yang meragukan kekuatan pertahanan bangsa kita. Bukankah beliau selama ini mengaku sebagai ‘lebih militer dari militer’ alias core of the core di bidang militer? 

Kedua, belum reda kita dikejutkan oleh pengangkatan Prabowo kita dikejutkan kembali dengan diangkatnya Erick Tohir menjadi Mentri BUMN. Kementrian BUMN ini sangat, sangat strategis bagi kemajuan perekonomian bangsa dan selama ini kinerjanya adalah buruk. Bukannya membantu pemerintah dengan menyehatkan keuangan negara, eh sebagian besar BUMN ini (saat ini ada 118 perusahaan) justru menyusahkan dan menggrogoti keuangan negara.

Sebagian dari BUMN ini merugi karena tidak efisien, para pejabatnya korup dan suka memanfaatkan harta dan fasilitas perusahaan untuk kepentingan pribadi mereka. Apa yang terjadi dengan penyelundupan motor Harley Davidson di Garuda kemarin adalah contoh nyata betapa tak bermoralnya para pimpinan BUMN memanfaatkan segala fasilitas perusahaan yang semestinya mereka kelola dengan penuh tanggung jawab dan kehati-hatian.

Erick Tohir bertindak tegas dengan menurunkan Dirut Garuda. Ini adalah contoh pemimpin yang revolusioner yang dipilih oleh presiden yang revolusioner. Erick Tohir diharapkan agar dapat mendongkrak kinerja perusahaan BUMN yang memble, boros, tidak efisien, dan merugikan negara. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti tujuh BUMN yang telah menerima Penyertaan Modal Negara namun kinerja keuangannya tetap merugi pada 2018.

Pada era Rini Soemarno 25 BUMN mengalami kerugian 6,7 trilliun pada tahun 2016 dan pada 2017 kerugiannya 5,2 trilliun. Kerugian di 2018 belum diketahui. Tetapi memang ada penurunan kerugian selama ini. Saat ini jumlah BUMN yang merugi hanya 24 BUMN, jumlah itu 20 persen dari total 118 BUMN yang ada di Indonesia. Jumlah BUMN yang merugi pun lebih sedikit dibandingkan tahun 2013 di mana ada 30 BUMN yang merugi dengan total kerugian sebesar Rp 32,6 triliun.

Sementara itu, pada 2017, Kementerian BUMN mencatat total kerugian yang dialami hanya Rp 5,2 trilliun. Artinya, justru jumlah kerugian turun hingga enam kali lipat (84 persen). Kerugian masih terjadi pada tujuh BUMN, yaitu PT Dok Kodja Bahari, PT Sang Hyang Seri, PT PAL, PT Dirgantara Indonesia, PT Pertani, Perum Bulog, dan PT Krakatau Steel.

Kondisi utang BUMN atau Badan Usaha Milik Negara sudah mulai mengkhawatirkan. Menurut data Bank Indonesia (BI) hingga triwulan I 2018, posisi utang BUMN non-lembaga keuangan saat ini mencapai US$ 47,11 miliar. Jumlah tersebut mengalami lonjakan signifikan sebesar US$ 7,1 miliar dalam dua tahun terakhir. Dengan kurs Rp 14.396 per dolar AS maka utang BUMN non lembaga keuangan telah mencapai Rp677 triliun. Jika digabung dengan utang lembaga keuangan publik termasuk bank BUMN total nilainya mencapai US$ 325,92 miliar atau senilai Rp 4.682 triliun. Dan ini artinya utang tumbuh lebih cepat dibandingkan pendapatan.

Dibutuhkan seorang pemimpin perusahan yang benar-benar ahli untuk bisa mengubah situasi ini. Erick Thohir sungguh tepat diletakkan di posisinya saat ini. Keberaniannya mengangkat Ahok sebagai Komut Pertamina juga menunjukkan keberaniannya untuk bertindak tepat meski mendapat banyak tentangan. Erick sama sekali tidak menunjukkan rasa takutnya dalam bersikap dan bertindak. Kita bisa berharap banyak dari Erick Thohir, Sang Pemimpin BUMN Millenial ini. 

Selain mengangkat Erick Thohir, Presiden Jokowi kembali mengejutkan kita dengan mengangkat Nadiem Makarim sebagai Mendikbud dan bahkan memberikannya kewenangan lebih besar daripada mendikbud sebelumnya dengan mengembalikan Pendidikan Tinggi ke Kemdikbud.

Apa yang dilakukan oleh Jokowi ini sungguh fenomenal, out of the box, luar biasa berani, dan sama sekali tidak terduga (kalau bisa diduga artinya gak ‘out of the box’ dong!). . Saya sampai melongo dan menahan napas saking kagumnya melihat keberanian Jokowi menunjuk Nadiem Makarim sebagai Mendikbud. Dua jempol untuk Jokowi. 

Bagaimana sosok Nadiem Makarim ini? Soal kemampuannya membuat tindakan-tindakan revolusioner tidak perlu diragukan. Apa yang telah dicapainya sebelum jadi mentri benar-benar fenomenal, luar biasa mengagumkan, dan tak terduga. Saat ini hari demi hari kita melihat betapa revolusionernya cara berpikir, sikap, kata-kata, dan tindakan Nadiem Makarim dalam mengerjakan tugasnya.

Saya yang mengira diri saya berani bersikap out of the box saja terkesima melihat betapa ‘berani’nya Nadiem bersikap begitu kasual pada pelantikan Rektor UI yang baru kemarin. Dia benar-benar percaya diri dan tidak mau larut dalam tatacara yang ada jika dianggapnya tidak benar-benar dibutuhkan. Apa sih perlu dan urgennya memakai jas dan dasi dalam upacara pelantikan tersebut? Kepantasan? Jika Anda berpikir demikian maka jelas Anda masih berpikir dalam lingkup emosional dan bukan cara berpikir millennial. 

Apa lagi kejutan yang diberikan oleh Jokowi pada kita?

Saya sungguh terharu dan terkagum-kagum pada pengangkatan tujuh staf khusus Presiden yang berasal dari anak-anak muda yang milenial. Tentu saja semua staf khusus Presiden, yang 14 orang jumlahnya itu, adalah orang-orang yang memiliki reputasi dan kapasitas yang sangat tinggi di bidang masing-masing. Mereka adalah anak-anak muda hebat yang telah terbukti mampu melakukan hal-hal yang luar biasa, mampu berpikir out of the box, dan berdampak positif pada lingkungan di mana mereka bekerja sebelum ini.

Salah satunya Angkie Yudistia, adalah anak muda penyandang disabilitas. Baru kali ini penyandang disabilitas mendapat kepercayaan yang begitu tinggi untuk menjadi staf khusus presiden.

Meski hanya 14 orang tapi saya berani bertaruh bahwa kinerja mereka tidak akan kalah dengan TGUPP-nya Gubernur DKI Jakarta yang berjumlah 73 orang dan kebanyakan merupakan tim sukses Gubernur DKI Anies Baswedan pada Pilkada DKI 2017. Stafsus Presiden 14 orang mengurusi seluruh Indonesia dibandingkan dengan 73 Stafsus Gubernur DKI yang hanya mengurusi Kota Jakarta dengan anggaran sebesar Rp 19,8 miliar dalam rancangan KUA-PPAS 2020. Silakan nanti dibandingkan kinerjanya. 

Itulah sebabnya surat kabar asal Singapura The Straits Times memberikan gelar kepada Presiden Joko Widodo sebagai Pemimpin Terbaik di Asia tahun 2019. Media ini menganggap Jokowi sebagai tokoh pemersatu di tengah kondisi Indonesia yang sedang dalam kondisi tidak stabil.

"Kepribadiannya yang membumi dan kemampuan dalam berhubungan dengan banyak orang serta berempati kepada rakyat jelata mampu menarik perhatian masyarakat di dalam negeri," kata editorial Straits Times seperti dikutip pada Kamis, 5 Desember 2019. "Adalah Jokowi yang pertama kali memperkenalkan konsep kerja sama berdasarkan prinsip-prinsip utama, termasuk keterbukaan, inklusivitas, dan sentralitas ASEAN pada KTT Asia Timur di Singapura, November tahun lalu," tulis Straits Times.

Mari kita beri selamat bagi presiden kita, Bapak Joko Widodo. Semoga beliau mampu membawa Indonesia ke pintu gerbang kemakmuran bangsa. Amin! 

Surabaya, 6 Desember 2019

***