Figur Pak Swan mengingatkan pada sosok Bima yang keras dan amat tegas, sementara Pak Jakob Oetama bagai Yudhistira yang lebih reserved.
Tadi siang saya melayat ke rumah Pak Polycarpus Swantoro, mantan Wakil Pemimpin Umum/Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas, tempat saya pernah bekerja sebagai anak buahnya.
Rumah yang bersahaja di Kompleks Perumahan PWI, Jalan Media Massa, Cipinang Muara dekat Kebon Nanas. Jenazah Pak Swan dibaringkan di peti jenazah. Wajahnya yang sedang dirias terlihat teduh. Yang menarik perhatian saya adalah drawing potret diri Pak Swan, sedang memegang sebatang rokok. Beliau memang perokok yang kuat.
Bagi saya, figur Pak Swan mengingatkan pada sosok Bima yang keras dan amat tegas. Sementara Pak Jakob Oetama bagai Yudhistira yang lebih reserved. Dwi Tunggal yang saling komplementer. Usia mereka berbeda hanya empat bulan. Januari lalu Pak Swan genap berusia 87 tahun.
Kemarin beliau masih sempat meminta diantar ke gereja, padahal biasanya ke misa tiap hari Minggu. Seolah ini menjadi tanda bahwa Pak Swan siap menghadap Sang Khalik.
Putra pertama Pak Swan, Nuranto, berkisah betapa ayahnya menjadi "kalong" belasan tahun sebagai redaksi malam, sehingga mereka jarang berjumpa di rumah. "Saya biasa memanggil Bapak, Lu. Hahaha," tuturnya. Amat egaliter.
Kemarin saya berjumpa Mas Nuranto dan adik bungsunya, Ernanto serta Bu Swantoro yang masih terlihat sehat. "Ernanto tadinya diharapkan lahir sebagai anak cewek, sudah disiapkan nama Ernawati. Eh ternyata cowok lagi," kisah Nuranto. Pak Swan beranak empat cowok. Putra kedua telah wafat.
Salah satu kenangan akan ketegasannya adalah ketika pertengahan tahun 1985 saya minta izin setengah tahun untuk menyelesaikan skripsi sarjana saya di Fakultas Biologi UKSW Salatiga. Pak Swan berkata, "OK you selesaikan sekolahmu. Kalau tidak selesai juga, you keluar dari Kompas!"Baca Juga: "Dari Buku ke Buku", Selamat Jalan Pak Swantoro...
Alamak. Waktu saya masuk di Kompas pertengahan 1981, syarat jadi calon wartawan waktu itu hanya Sarjana Muda.
Sebenarnya saya tinggal merampungkan skripsi. Tapi saya tinggalkan kampus selama empat tahun, sehingga di DO. Untung tahun 1985 saya diizinkan mendaftar ulang, untuk "membayar utang" ke Alma Mater pertama saya.
Kompas adalah Alma Mater kedua saya, yang telah banyak memberi kesempatan mengembangkan diri.
Selamat jalan, Pak Swan. Rest in Peace.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews