Harianto Badjoeri [38]: Mengurusi Sahabatnya yang Tak Lagi Menjabat  

Darpito yang sekarang menjadi seorang pendeta atau pelayan Tuhan ini melihat HB banyak mengajarkan dan menjalankan kebaikan yang diperintahkan Tuhan kepada manusia.

Jumat, 6 Desember 2019 | 08:53 WIB
0
583
Harianto Badjoeri [38]:  Mengurusi Sahabatnya yang Tak Lagi Menjabat   
Mayjen TNI (Purn) Darpito Pudyastungkoro (Foto: Dok. pribadi)

Mengurusi orang lain, apalagi sahabatnya yang tidak lagi memiliki jabatan atau purna tugas adalah ciri khas kehidupan Harianto Badjoeri yang oleh para koleganya akrab disapa HB.

Salah seorang yang menjadi perhatian HB adalah sahabatnya sejak muda, mantan Pangdam Jaya Mayjen TNI (Purnawirawan) Darpito Pudyastungkoro (67 tahun). Meskipun purnawirawaran, perhatian HB kepada Darpito tidak juga hilang.

Puncak perhatian HB kepada Darpito adalah ketika dia memberi bantuan biaya pengobatan istri Darpito yang sedang tergolek sakit keras di rumah sakit pada tahun 2019.

Bantuan biaya dari HB itu sungguh tidak disangka-sangka oleh Darpito. Ketika banyak manusia yang menjalin persahabatan atau memberi bantuan atas dasar pamrih, HB berlaku sebaliknya. HB tidak menjalin persahabatan seperti jual beli antara pedagang dan pembeli di pasar loak.

Yang membuat Darpito kagum dengan HB adalah bantuan biaya berobat itu diberikan ketika dia sendiri sedang tidak prima fisiknya, karena sakit stroke dan harus beraktivitas di atas kursi roda. Jarang sekali orang sakit membantu orang lain yang sedang sakit. Biasanya, orang yang sehat atau sudah pulih dari sakit membantu orang lain yang sedang sakit.

“Tetapi, Pak Harianto ini berbeda sekali. Dia orang yang memegang prinsip ‘tabur tuai’,” kata Darpito.

Tabur tuai yang dimaksud Darpito adalah HB selalu senang menabur kebaikan kepada semua orang, karena dia meyakini bahwa kebaikannya itu akan kembali juga kepadanya dalam bentuk kebaikan yang lain. Dan, kebaikan yang akan dituai itu bukan datang dari manusia tetapi datang dari Tuhan lewat jalan yang tidak pernah terduga sebelumnya.

“Siapa yang menabur kebaikan banyak maka dia akan menuai banyak kebaikan juga,” kata Darpito menjelaskan.

Darpito yang sekarang menjadi seorang pendeta atau pelayan Tuhan ini melihat HB banyak mengajarkan dan menjalankan kebaikan yang diperintahkan Tuhan kepada manusia. HB selalu menabur kebaikan tanpa melihat asal-usul dan latar belakang orang yang akan dia taburi kebaikan.

Salah satu bentuk kebaikan HB yang tidak banyak orang tahu adalah bagaimana dia gemar membantu sesama manusia meskipun dia berbeda agama, suku, dan ras. Bahkan rumah ibadah dari agama lain pun dia bantu dalam jumlah yang tidak sedikit.

Untuk bantuan rumah ibadah ini, Darptio menjadi saksinya. Dia sendiri yang menerima bantuan dana dari HB ketika dia terlibat dalam kepanitiaan pembangunan satu gereja di kawasan Cijantung, Jakarta Timur, pada 2005.

Ceritanya waktu itu, Darpito bersama petinggi TNI AD lainnya menjadi panitia pembangunan gereja di kompleks Cijantung. Bersama salah seorang seniornya di TN AD, Darpito diberi tahu bahwa ada salah seorang donatur yang akan menyumbang dananya.

Darpito yang waktu itu bertugas sebagai Komandan Pusat Kesenjataan Kavaleri di Bandung, Jawa Barat, bersama seniornya yang berbintang tiga (letnan jenderal) datang ke kantor HB di Dinas Pariwisata DKI di kawasan Jakarta Selatan.

“Uang bantuan itu langsung diberikan Pak Harianto kepada panitia lewat tangan saya,” ungkap Darpito.

Cara HB ini menunjukkan tentang kebesaran jiwa HB sebagai seorang dermawan sekaligus nasionalis yang patut dibanggakan dan ditiru oleh anak bangsa lainnya. Sebagai seorang muslim, HB tidak ragu untuk memberi bantuan dana pembangunan gereja.

“Orang-orang seperti ini jarang kita temui sekarang ini,” ujar HB.

“Saya banyak belajar tentang kebaikan dari Pak Harianto,” tambah Darpito.

Kebaikan HB lain dalam kaitannya dengan kenegaraan adalah kemampuan dia dalam menjalin relasi dan komunikasi dengan instansi lain di luar Pemerintah Provinsi DKI, khususnya institusi penegak hukum dan aparatur keamanan. Sebagai birokrat yang berdinas di bagian perizinan industri hiburan di Dinas Pariwisata maupun ketika di Satpol PP, HB amat berkepentingan dalam menjaga kondusivitas Ibu Kota ini.

Untuk menjaga kondusivitas iklim usaha Ibu Kota dibutuhkan koordinasi yang kuat antarinstansi penegak hukum dan keamanan. Di sinilah HB mengambil inisiatif dan peran pentingnya.

HB selalu menjadi orang terdepan dalam membangun relasi dan komunikasi dengan instansi lainnya. Salah satu yang menjadi fokus perhatian HB adalah membangun sinergisitas dengan kepolisian dan TNI.

Khusus dengan TNI, Darpito menjadi salah satu saksi bagaimana HB membangun sinergi yang baik dengan instansinya, Kodam Jaya. Baik waktu Darpito menjadi Kasdam Jaya sampai kemudian menjadi Pangdam Jaya pada 2008-2010.

Sebagai kekuatan yang berperan inti dalam menjaga stabilitas keamanan dan politik, HB menempatkan Kodam Jaya  sebagai mitra pentingnya. HB selalu menjalin kerja sama yang baik dengan instansi ini.

HB juga senang mendukung peningkatan kemampuan personel TNI. Salah satunya adalah ketika Darpito yang waktu itu sebagai Kasdam Jaya diusulkan untuk mengikuti pelatihan disaster management atau manajemen bencana atas undangan dari US Pacific Command yang bermarkas di Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat pada 2001.

Di dalam pelatihan ini, Darpito mewakili unsur TNI dari teritorial DKI Jakarta, sedangkan HB mewakili Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Selama di Hawaii, HB tetap menunjukkan jati dirinya sebagai seorang dermawan. Kepada petugas kebersihan di tempatnya mengikuti pendidikan singkat di Hawaii, HB membagi-bagikan uang. Selain petugas kebersihan itu telah bekerja bagus, juga karena HB mengaku kasihan kepada mereka.

Melihat petugas kebersihan tadi, HB selalu ingat kepada petugas kebersihan di kawasan Monas tempatnya dia membuka kantor keduanya. Di kawasan Monas itu, HB hampir setiap hari membagikan makanan kepada petugas kebersihan dan anggota Satpol PP yang bertugas di situ. Kebiasaannya ini dibawa HB sampai ke Amerika Serikat.

Selama mengikuti pendidikan manajemen bencana ini, HB tergolong cepat menyerap materi yang disampaikan. Semua materi pendidikan dia terapkan untuk mengelola ketika Ibu Kota dan daerah lain yang mengalami bencana. Dia selalu menugaskan anggota Satpol PP untuk selalu tampil terdepan dalam menangani bencana banjir di Ibu Kota maupun ketika dikirim ke daerah lainnya.

Dalam melihat HB yang demikian ini, Darpito kemudian mengutip ungkapan orang bijak yang berprofesi sebagai dosen dan penyair dari Amerika Serikat, Ralp W. Emerson.

Emerson berkata, “Seorang sahabat adalah salah satu karya dari Allah, namun seorang sahabat juga adalah orang pertama yang menghampiri ketika semua orang meningalkan kita”.

Itulah seorang HB. Ia selalu ada dan mendekat kepada sahabatnya meskipun si sahabat itu tidak lagi menjabat. 

 Krista Riyanto

***

Tulisan sebelumnya: Harianto Badjoeri [37]: Membagikan Haknya Kepada Anak Buahnya