Mengapa tiga tanaman ini dinamai "Lidah Mertua", "Janda Merana" dan "Janda Bolong" yang sangat insinuatif? Di antaranya ketiganya, "Lidah Mertua" yang sedang kekinian.
Tadinya saya gak ngeh kalo "lidah mertua" itu nama tanaman. Kirain hoax atau istilah sarkastis untuk nyebut dobolannya gabener yang bikin geleng kepala. Sumpah, tadinya saya malah berpikir netizen sebut lidah mertua itu mertuanya gabener.
Untung saja saya salah menilai bahwa ternyata gabener itu nunjuk lidah mertua sebagai tanaman ajaib yang bisa nangkep polisi eh polusi hingga udara Jakarta bisa bersih..sih.
Kenapa gabener itu pilih lidah mertua? Kita gak tahu apakah dia dapet wangsit dari buto ijo atau genderuwo. Atau sebenarnya ingin membalas hujatan netizen yang muncrat tanpa henti menghujat ketidakbecusannya ngurus ibukota?
Saya tidak tahu.
Termasuk juga asal usul kenapa tanaman itu disebut lidah mertua.
Apa karena ujungnya yang tajam?
Mirip cerocosan mertua ke menantu yang masih numpang hidup di Mertua Jaya Indah? Atau karena lidah mertua yang bisa ganti warna warni tergantung mood dia dan pasokan dana dari menantu?
Kita tidak tahu.
Sama tidak tahunya kita soal khasiat sang lidah itu buat ngatasi polusi. Karena kan cuma lidah? Bagaimana bisa lidah yang cuma selembar itu bisa ngatasi kotornya udara. Harusnya kan pohon yang daunnya lebih lebat?
Seperti tanaman "janda merana". Pohon merambat berdaun menjuntai yang dipakai untuk membuat pagar hijau asri.
Tanaman "janda merana"Menatap pohon ini bikin imajinasi kita kemana-mana. Kenapa kok ada orang yang tega memberi nama pohon janda merana? Apa karena daunnya bentuknya seperti rambut yang gak pernah disisir ( ketara janda ini gak jilbaban) atau gak pernah dicukur atau dipangkas jadi keliatan "jambrong" gak keurus..
Meski begitu nasib lidah mertua dan janda merana tidak setragis pohon satu ini.
Namanya "janda bolong".
Ini gilak... Apalagi kalau kita melihat bentuk daunnya yang banyak bolongnya. Emang jadi janda itu banyak bolongnya?
Tanaman "janda bolong"Tapi apapun itu, kayaknya penamaan tiga pohon yang super ngenes ini pas bener untuk menggambarkan betapa menderitanya kehidupan gabener yang ahli tata kata ketimbang tata kota ini. Sekarang dan nanti.
Yang buat mukanya makin lama makin nampak sebel ngadepin semprotan warga Jakarta yang makin sengit ajaa dari kehari-hari. Yang buat lidahnya makin tajam saja ngawurnya.
Setajam lidah mertua yang resah karena hidupnya sebagai janda merana. Sudah merana banyak bolongnya pulak.
***
.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews