Harianto Badjoeri [5]: Tidak Pernah “Gemede” Kepada Orang Lain

Dengan sikapnya itu, orang merasa lebih hormat dengan HB. Di mana saja berada, kehormatan yang dimiliki HB tak akan pernah hilang, sekalipun jabatan publik tak lagi melekat padanya.

Kamis, 24 Oktober 2019 | 16:30 WIB
0
570
Harianto Badjoeri [5]:  Tidak Pernah “Gemede” Kepada Orang Lain
Harianto Badjoeri menghadiahi anggota polisi heroik sepeda motor (Foto: Dok. pribadi)

Sosok HB, sapaan akrab Harianto Badjoeri tidak pernah “gemede” (Jawa, artinya merasa hebat dan besar) meskipun dia memang besar dan hebat.

“Beliau humble kepada siapa saja,” ungkap mantan Kapolda Lampung yang sekarang sudah purnawirawan, Edward Syah Pernong. Edward cukup lama mengenal sepak terjang HB baik di Ibu Kota maupun ketika sedang “keluyuran” di luar kota.

Kesaksian Edward ini nyaris sama dengan yang dituturkan oleh kalangan anggota kepolisian lainnya, baik yang berpangkat brigadir sampai jenderal. HB adalah sosok yang berusaha mencari kawan sebanyak-banyaknya, namun menghindari permusuhan sekecil-kecilnya. Seribu kawan kurang, satu lawan kebanyakan, --itulah pepatahnya.

“Pak Harianto juga bisa menghormati pertemanan secara baik. Tidak memperlakukan teman sebagai orang yang lebih rendah dari dia,” kata Edward.

Edward kemudian bercerita tentang pengalamannya menangani sebuah perkara seseorang ketika dia sedang menjabat selaku Kapolres Metro Jakarta Barat waktu itu. Kebetulan orang yang dia sedang tangani ini adalah sahabat dari HB. HB sendiri waktu itu selain sebagai pejabat teras di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI, dia juga membina banyak organisasi kemasyarakatan.

Sebagai orang yang “dituakan” oleh organisasi masyarakat, HB pun datang ke ruang tahanan markas Polres Metro Jakarta Barat untuk menjenguk sahabatnya itu. Sebagai komandan tertinggi di situ, Edward menduga HB akan meminta sesuatu yang istimewa kepadanya atas perkara orang yang sedang dia tangani.

“Ternyata saya salah menduga. Pak Harianto hanya bilang ke saya bahwa dia sekadar menjenguk orang itu. Bahkan, Pak Harianto juga tidak berusaha untuk meminta tahanan luar atas orang itu,” ungkap Edward.

Dari peristiwa itu, Edward melihat HB sebagai sosok “pentolan” yang tidak suka meminta layanan istimewa kepada sahabatnya yang sedang menjalankan tugas. Ini suatu sikap yang amat langka bisa diperankan oleh orang lain bila sudah menyandang predikat sebagai “jawara”.

Justeru dengan sikapnya itu, orang merasa lebih hormat dengan HB. Di mana saja berada, kehormatan yang dimiliki HB tak akan pernah hilang, sekalipun jabatan publik tak lagi melekat padanya. 

 Krista Riyanto

*** 

Tulisan sebelumnya: Harianto Badjoeri [4]: Jam Tangan Rp200 Juta Diberikan kepada Sahabatnya