Bukan ahlinya sebagai arsitek, mengapa memasuki wilayah yang bukan keahlihannya atau bidangnya? Tentu akan menimbulkan kegaduhan atau keributan.
Beberapa Minggu yang lalu di media sosial ramai perdebatan soal Masjid Al-Safar di rest area KM 88 B, Tol Cipularang. Polemik itu muncul karena ada seorang ustadz Rahmad Baequni berkomentar bahwa Masjid Al-Safar seperti simbol "Dajjal". Menurut sang ustadz Masjid Al-Safar banyak didominasi segitiga dan ada bola mata seperti Dajjal.
Kontan saja sang arsitek Masjid Al-Safar yang juga gubernur Jawa Barat yaitu Ridwan Kamil memberikan klarifikasi terkait bentuk bangunan masjid tersebut. Tentu saja sang arsitek membatahnya.
Nah, hari Senin kemarin, 19 Juni 2019 difasilitasi oleh MUI Jabar, dipertemukanlah antara Ridwan Kamil sebagai arsitek Masjid Al-Safar dengan ustadz Rahmat Baequni sebagai pihak yang menuduh bahwa Masjid Al-Safar menyerupai Dajjal. Tujuannya untuk memberikan klarifikasi dan menjelaskan terkait bentuk masjid yang banyak bentuk segitiganya dan menjadi simbol Dajjal.
Menurut opini pribadi, kasus perdebatan seperti itu hanya buang-buang waktu saja. Kerena, sang ustadz yang notabene tidak ahli atau pakar arsitek mengomentari yang bukan keahlihannya atau bagiannya. Sang ustadz seolah-olah ingin menterjemahkan atau menafsirkan bahwa bentuk masjid Al-Safar adalah simbol Dajjal.
Padahal itu persepsi sang ustadz semata. Dalam pikirannya sudah ada persepsi, kalau sesuatu bangunan berbentuk segitiga adalah "simbol Dajjal. Artinya yang salah bukan sang arsiteknya. Tetapi yang salah pikiran sang ustadz-nya.
Bukankah dalam Islam ada hadist: "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu".
Artinya: bukan ahlinya sebagai arsitek, mengapa memasuki wilayah yang bukan keahlihannya atau bidangnya? Tentu akan menimbulkan kegaduhan atau keributan.
Baca Juga: Masjid Iluminati di Cipularang
Jangan-jangan kalau ada wanita berdiri atau terlentang sambil selonjoran dan maaf, mengangkang membentuk segitiga sama kaki pun dikira sebagai simbol Dajjal.
Lha kok bisa? Yaa bisa. Karena di sudut atas ada mata, hanya bentuknya "vertikal" dan membentuk segitiga sama kaki. Toh sama-sama bisa disimbolkan dan bisa tafsirnya bisa dipaksakan.
Kalau yang model begini pasti banyak kaum laki-laki yang akan terperosok ke tempat yang disangka sebagai mata Dajjal itu.
Ojo nesuuu....
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews