Ketika Orang-orang Tersingkir Berkumpul

Tentu diskusi itu langkah awal dan kalau ada respon postif dari kalangan masyarakat tidak menutup kemungkinan akan menuju langkah berikutnya atau penggalangan kekuatan.

Rabu, 3 Juni 2020 | 11:12 WIB
0
388
Ketika Orang-orang Tersingkir Berkumpul
Din Syamsuddin (Foto: CNN INdonesia)

Ketika orang-orang tersisih atau tersingkir dari kekuasaan biasanya mereka akan berkumpul dalam satu wadah atau dulu sering dinamakan "BSH" ata Barisan Sakit Hati. Dan orang-orang yang tersisih atau tersingkir bisa menjadi kekuatan destruktif atau negatif. Di mana-mana akan menyanyikan lagu-lagu sumbang terkait suatu rezim atau pemerintahan.

Ada tokoh mantan PP Muhamadiyah yaitu Din Syamsuddin sekarang manjadi oposan kepada pemerintah. Sebenernya tidak ada yang salah atau terlarang menjadi seorang oposan. Tapi kalau menjadi oposan atau kritis karena hanya gara-gara tidak kebagian kue kekuasaan tentu sangat tidak elok dan memprihatinkan.

Yang bersangkutan pernah menjadi "utusan khusus pemerintah" tetapi jabatan itu tidak punya wewenang atau jabatan bergengsi seperti jabatan menjadi seorang menteri. Akhirnya mengundurkan diri dari jabatan "utusan khusus pemerintah" dan mendukung calon presiden dari 02 pada Pilpres 2019. Sayang seribu sayang capresnya gagal dan sekarang malah bergabung dengan pemerintah menjadi menteri.

Baru-baru ini Din mengkritik penggalangan dana untuk amal melalui konser virtual yang digagas oleh BPIP dan Ketua MPR yang dianggap bergembira di atas penderitaan rakyat. Namun, Din justru di tengah pandemi di mana pemerintah berjibaku menangani supaya peneyebaran pandemi ini bisa ditekan atau dikendalikan, yang bersangkutan justru membuat diskusi lewat webinar untuk "memakzulkan" atau memperhentikan jabatan seorang presiden. Padahal presiden Jokowi baru dilantik menjadi presiden periode kedua 20 Oktober 2019.

Terus tujuan membuat diskusi memakzulkan presiden untuk tujuan apa? Hanya sekedar diskusi dan atas nama kebebasan berpendapat?

Tentu diskusi itu langkah awal dan kalau ada respon postif dari kalangan masyarakat tidak menutup kemungkinan akan menuju langkah berikutnya atau penggalangan kekuatan.

Bahkan yang bersangkutan berujar, berlaku adil adalah syarat suatu pemimpin dan jika tidak terpenuhi, maka layak diberhentikan.

Sebenernya siapa yang bergembira dengan menggunakan kesempatan dalam kesempitan di atas penderitaan rakyat? Siapakah sebenernya yang tidak berlaku adil dan layakkah menjadi pemimpin lembaga keagamaan?

Sebenernya mudah menjinakkan orang-orang yang hobinya mengkritik yaitu dengan cara dipangku atau dikasih jabatan. Hanya saja kuota dan kemampuannya terbatas.

Yang bersangkutan pernah menghadap ke istana waktu kasus Ahok dan mengabarkan tetanng bahayanya sembilan naga.Karena menurutnya-negara ini dikuasai segelintir orang atau sembilan naga.

Akhirnya kita akan mengetahui di tengah pandemi ini, orang-orang yang memanfaatkan sistuasi atau memancing di air yang keruh demi kekuasaan.

Wapadalah!

Sering-sering bercermin diri. Setelah itu suruh orang lain menilai diri kita tapi kita harus siap dengan penilaian dari orang lain sekalipun itu pahit atau tidak enak. Kita sering mengkritik, akan tetapi ketika kritik ditujukan pada diri kita, seringkali tidak bisa menerima.

Dasar buzzer!!

***