Sayang sekali. Apalagi kalau 600 teroris dibawa pulang dan dikeloni oleh Menteri Agama yang nota-bene adalah visi Jokowi. Karena tidak ada visi menteri.
Kasihan bener Jokowi dan bangsa Indonesia. Terlebih lagi para pejuang anti radikalisme. Kenapa? Karena Indonesia, Jokowi, dan saya telanjur mengangkat tinggi tiga trio Tito Karnavian, Mahfud MD, dan FachruL Razi. Publik dan saya gempita. Kesenangan. Berharap tinggi setinggi langit tingkat delapan – bonus satu tingat sebagai penghargaan euphoria saya.
Sejak di Bravo 5 besutan salah satu orang paling dipercaya Jokowi yakni Luhut Binsar Panjaitan, melihat gelagat manusia saya sedikit punya firasat. Orang ini menarik. Bersama dengan Kiai Maman menggagas ormas setelah selesai Pilpres 2019. Hari ini dia membentuk ormas baru gak tahu namanya apa. Kiai Maman ke mana nggak jelas karena dia beda kelompok dengan Erick Thohir di TKN dulu.
Harapan tinggi itu hancur berantakan karena Fachrul Razi sang Menteri Agama yang menjadi wakil Jokowi bikin blunder soal FPI. Untung Tito dan Mahfud MD meralat dan menentang niatan Fachrul Razi soal FPI.
Kini dengan semangat 45, Fachrul Razi bersemangat ingin mengembalikan para teroris ISIS yang keok berperang di Syria dan Iraq. Atas nama kemanusiaan dan hak warga negara, para teroris yang berjumlah 600 orang akan dibawa pulang.
Bayangkan 600 teroris. Tak terbayangkan para teroris yang telah membakar Paspor Indonesia dan bergabung dengan para teroris dari seluruh dunia akan dibawa pulang dengan dijemput.
Padahal, Fachrul Razi sendiri pernah bilang. Untuk membangun radikalisme hanya butuh dua jam. Untuk mengembalikan orang radikal yang telah dicuci otaknya belum tentu 2 tahun bisa sembuh dari penyakit radikal.
“Dalam dua jam teroris bisa menyulap anak-anak remaja jadi penjahat yang luar biasa untuk membunuh orang lain,” kata Fachrul Razi di Ancol, Sabtu (01/02/2020).
Sudah tahu seperti itu ngapain mau berusaha mengurusi para pengkhianat bangsa. Para begundal teroris yang ketika sampai ke Indonesia akan menjadi ancaman bagi keamanan bangsa dan negara. Untuk apa pentingnya mereka dijemput dan dibina. Harusnya para teroris dibiniasakan. Bukan malah dipelihara. Meski atas dasar kemanusiaan. Lah namanya teroris ISIS sangat tidak berperikemanusiaan, kok.
Kalau nanti mereka merusak NKRI dan menjadi kompor radikalisme dan terorisme di Indonesia? Siapakah yang bertanggung jawab? Fachrul Razi? Kalau mereka melakukan aksi brutal membunuh rakyat Indonesia? Apa tidak berabe? Kasihan Jokowi memiliki menteri yang bukan orang NU ini. Parah memang. Saya sedih sekali.
Pikiran bertolak belakang dalam satu pribadi dan otak Fachrul Razi ini sangat mengganggu. Jokowi tentu memerhatikan dengan seksama. Di tengah tekanan 100 hari Kabinet Jokowi yang tetap optimis – meskipun di luar harapan yang telanjur tinggi – Fachrul Razi menjadi titik lemah.
Padahal dulu saya kira Fachrul Razi akan merangsek radikalisme, terorisme, intoleransi. Jauh panggang dari api. Jokowi kasihan sekali. Sayang sekali. Apalagi kalau 600 teroris dibawa pulang dan dikeloni oleh Menteri Agama yang nota-bene adalah visi Jokowi. Karena tidak ada visi menteri.
Terus solusinya apa untuk 600 teroris ISIS asal Indonesia? Ya biarkan saja mereka di sana. Untuk apa kita membawa pulang para teroris dan pembunuh? Lah di Indonesia saat ini saja sudah buaaaaaannnyak kaum radikal yang pro teroris. Gak usah nambah masalah.
Ninoy Karundeng, penulis.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews