Sepanjang Jokowi bisa mengendalikan tentu kita masih bisa berharap. Semoga Jokowi tak berubah, di tengah liak-liuk gerilyanya. Yang bukan hanya melingkar, tapi berliku-liku.
Ini sambungan tulisan sebelumnya, betapa ‘tidak mudah memahami Jokowi’. Lebih-lebih, ketika akhirnya tahu, Prabowo Subianto masuk menjadi bagian Kabinet Kerja Jokowi. Kecewa?
Tentu. Ngapain kita dulu milih Jokowi? Membela-belanya, hingga dikata-katain sebagai ini-itu, oleh para kampret? Dikeluarkan dari WAG keluarga karena milih Jokowi? Bayangin! Gedheg tentu. Problematis, Dilematis. Dan mbelgedhes. Tapi inilah realitas politik. Politik elitis. Suara rakyat, kedaulatan rakyat, dalam Pilpres langsung pun, tak memberi posisi tawar untuk rakyat.
Mencoba memahami sistem ketatanegaraan, dalam aturan konstitusi kita menganut sistem presidential. Kekuasaan eksekutif sepenuhnya di tangan Presiden. Senyampang itu, sebagai pelaksana konstitusi, Presiden diawasi Parlemen (DPR secara langsung, beserta DPD dan MPR). Merekalah lembaga pengawas, di samping soal legislasi dan anggaran negara yang mesti dijalankan Presiden.
Pada sisi itu, apa yang dinamakan oposisi? Dalam peran kenegaraan, semestinya di situlah posisi diambil Parlemen.
Mengawasi, mengkritisi, bahkan menghakimi kinerja Presiden. Anggota DPR adalah wakil rakyat. Pihak yang dipercaya rakyat, mewakili kepentingan rakyat, untuk mengawasi jalannya pemerintahan. Dari Presiden dan seluruh jajarannya hingga Kadus pun.
Pada sisi ini, apakah kita masih percaya Jokowi? Karena dialah top leader, top manager di jajaran eksekutif. Dia yang akan menjalankan atau mengeksekusi pemerintahan. Memang masalah terberatnya, sistem politik dan pemilu kita, yang menihilkan partisipasi rakyat. Masih terbatas pada pengambilan suara di Pemilu dan Pileg semata. Kemudian kita hanya melihat bagaimana parpol rebutan posisi di Parlemen maupun kursi menteri.
Tapi jangan khawatir. Ini jaman perubahan. Rakyat kini punya alternative menyampaikan opini. Memiliki medsos yang sesungguhnya bisa sangat berdaya. Omongan Bung Karno, rakyat kuat negara kuat, tetap relevan. Tapi jika medsos hanya sebagai ujaran kebencian, nyebar hoax, tak ada artinya dalam transformasi sosial dan politik kita hari ini.
Meski sesungguhnya, tak begitu susah memahami Jokowi, sekiranya kita percaya. Bahwa Jokowi orang baik. Nothing to lose. Bersih dari KKN. Tak sebagai orang di partai politik, kaum oligarkis, yang banyak hiden agendanya. Mereka kini hanya mikir 2024.Jokowi pemain catur yang dingin. Ia tahu siapa yang dirangkul dan yang sebenarnya target gebugannya. Ia bisa lebih dingin dari Soeharto. Lebih halus, ketika banyak musang berbulu domba dan domba berbulu hitam. Dengan menjadikan Prabowo ‘pembantunya’, Jokowi menunjukkan kelasnya. Lihat bagaimana ia menolak camen usulan Golkar. Tanpa peran KPK, Jokowi bisa menganulirnya.
Sepanjang Jokowi bisa mengendalikan tentu kita masih bisa berharap. Semoga Jokowi tak berubah, di tengah liak-liuk gerilyanya. Yang bukan hanya melingkar, tapi berliku-liku.
(Bersambung)
***
Tulisan sebelumnya: Tak Mudah Memahami Jokowi [1] Retorikanya Tak Seagung Soeharto
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews