Menjual Sandiaga

Waktu untuk bersih-bersih diri dari "noda politik" lama masih cukup ada. Semua berpulang kepada Sandiaga sendiri, mau atau tidak melakukannya!

Rabu, 3 Juli 2019 | 11:17 WIB
2
661
Menjual Sandiaga
Sandiaga Uno (Foto: Antaranews.com)

Sandiaga Salahuddin Uno menyatakan ingin rehat alias istirahat sejenak dari aktivitas politik, termasuk urusan kepartaian, usai pesta demokrasi Pilpres 2019. Katanya ia ingin kembali fokus mengintensifkan program ekonomi kerakyatan dan menyebut istirahatnya itu sebagai "soft landing". Menuruti kehendak emak-emak, Sandiaga berencana mengembangkan Oke Oce.

Meski program Oke Oce yang dirintisnya sejak Pilkada DKI Jakarta menemui jalan buntu kalau tidak mau dikatakan mangkrak di mana-mana, tetapi setidaknya niat rehat dan menjahui politik meski cuma sejenak akan baik bagi Sandiaga untuk memulihkan bekas jejak digitalnya semasa Pilpres 2019 di mana dia mencoba meraih peruntungan sebagai cawapres dengan berpasangan dengan capres Prabowo Subianto.

Jejak digital memang menyebalkan. Semua rekaman tingkah dan polah politik Sandiaga akan dengan serta-merta dimunculkan kembali jika keadaan memaksa. Sejatinya Sandiaga telah berinvestasi dengan majunya dia di kontetasi Pilpres 2019 yang tidak semua orang bisa melakukannya. Namun apa boleh buat, investasinya di bidang politik beraura negatif, kecuali tentu di mata para pendukung fanatiknya.

Jejak langkah digital yang bisa dimunculkan kembali dan akan menjadikan Sandiaga seperti "yesterday afternoon politician" itu adalah "tempe setipis ATM", "rambut pete ala Bob Marley", "melangkahi kuburan", "menelpon menggunakan tempe", "melayat orang meninggal mengenakan training spak ketat", "asal sebut nama saat debat", dan terakhir "ogah memberi selamat kemenangan kepada Jokowi-Ma'ruf".

Semua tingkah-polah politik yang terstruktur ini saat dimunculkan kembali akan terasakah aura negatifnya, sebab semua terekam dalam ingatan kolektif publik. Siapapun lawan politik Sandiaga kelak jika ia mencalonkan diri sebagai presiden atau (masih) wakil presiden, jejak digital ini akan diputar ulang dan disebar kembali melalui media sosial, setidak-tidaknya dibikin narasi dengan kemasan baru.

Dengan modal/kapital yang tebal, juga termasuk golongan "politisi milenial", Sandiaga berpotensi untuk mencalonkan lagi sebagai presiden atau wakil presiden di Pilpres 2024. Sejatinya, ia harus mampu dan bisa berinvestasi politik selama rentang waktu 5 tahun ke depan.

Namun selagi masih bersama Prabowo Subianto (jika kelak pasangan ini mencalonkan kembali di Pilpres 2024), Sandiaga tetap akan menjadi subordinat kalau tidak mau dikatakan pelengkap-penderita saja. Sandiaga harus naik kelas menjadi calon presiden, tidak harus memikirkan apakah Prabowo akan "nyapres" lagi atau tidak.

Untuk itulah bersih-bersih diri dari tatto politik yang melumuri seluruh tubuhnya perlahan-lahan harus dihapus biar bersih kembali.

Baca Juga: Jika Kalah, Sandiaga Sebaiknya Bergabung di Kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin

Caranya bagaimana? Sederhana, yaitu tidak berprilaku dan bertindak-tanduk politik "norak" seperti ketika bersama Prabowo, sebuah tindakan politik tersistematis yang hanya disambut segelintir emak-emak saja, emak-emak yang selalu membayangkan suaminya bisa seganteng dirinya. 

Sandiaga adalah orang sukses di bidang bisnis, sebagaimana Presiden Joko Widodo yang juga pengusaha. Orang bisnis itu pandai berhitung cepat, juga dalam hal putusan untuk sebuah tindakan. Hitungannya, lawan-lawannya kelak hanya bekutat di politik seperti Muhaimin Iskandar, Anies Baswedan, Grace Natalie, Agus Harimurti Yudhoyono, Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini, dan lain-lain.

Adalah kesempatan emas menjadi antitesa Prabowo Subianto sekarang juga agar Sandiaga bisa "menjual diri"-nya secara politik sambil berinvestasi untuk Pilpres 2024.

Sebut misalnya, jika Prabowo tidak mengucapkan selamat kepada Jokowi-Ma'ruf, Sandiaga harus menjadi orang yang pertama mengucapkan selamat. Jika Prabowo tidak hadir di KPU saat pengesahan pemenang, Sandiagalah yang seharusnya hadir. Jika Prabowo menolak bertemu Jokowi, Sandiagalah yang mengambil inisiatif untuk menemui Jokoi-Ma'ruf.

Selain menjadi antitesa Prabowo, modal fulus tebal dan sosok pengusaha sukses inilah salah satu yang harus dijual kepada publik selama 5 tahun ke depan hingga Pilpres 2024. Lupakan masa "jahiliyah" yang membuatnya menjadi sosok yang tidak berkepribadian, sosok yang disetir orang kuat di belakangnya.

Waktu untuk bersih-bersih diri masih cukup lama. Semua berpulang kepada Sandiaga sendiri, mau atau tidak melakukannya!

***