Jika Kalah, Sandiaga Sebaiknya Bergabung di Kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin

Daripada mendengar usulan supaya kembali lagi ke posisi Wagub DKI Jakarta, lebih baik Sandiaga mempersiapkan diri menyongsong Pilpres 2024.

Senin, 6 Mei 2019 | 13:10 WIB
0
551
Jika Kalah, Sandiaga Sebaiknya Bergabung di Kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin
Calon Wakil Presiden 2019-2024, Sandiaga Uno (Gambar: detik.com)

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2019 telah selesai dan sekarang tinggal menunggu keputusan final Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang akan segera diumumkan pada 22 Mei mendatang. Hingga saat ini, berdasarkan hasil quick count yang dirilis oleh beberapa lembaga survei dan juga data terakhir Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng) KPU, pasangan calon yang unggul adalah Jokowi-Ma'ruf Amin.

Data yang masuk di Situng KPU sudah mencapai 67,67% dan hasilnya Jokowi-Ma'ruf Amin memperoleh 56,31% (58.383.136 suara) sedangkan Prabowo-Sandiaga sebanyak 43,69% (45.295.745 suara). Artinya Jokowi-Ma'ruf Amin sementara unggul 12,62% dibanding Prabowo-Sandiaga (selisih 13.087.391 suara).

Mengapa saya katakan Sandiaga sebaiknya mempertimbangkan supaya bisa bergabung di Kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin kelak, bukan ingin mendahului hasil keputusan final KPU, tapi menurut saya dengan data-data yang sudah masuk, besar kemungkinan beliau dan pasangannya, Prabowo akan kalah, jadi potensi yang dimiliki beliau semestinya diarahkan agar bermanfaat bagi negeri ini.

Beliau adalah seorang pengusaha kelas kakap dan punya pengalaman dalam mengelola kegiatan ekonomi, khususnya menyangkut usaha kecil dan menengah.

Saya ulangi, pandangan saya ini bukan mendahului hasil keputusan final KPU. Pihak KPU sendiri sedang bekerja keras menginput data-data yang masuk dan kita berharap tetap dilakukan profesional dan terbuka, tidak ada manipulasi. Di samping itu, beberapa pihak, di antaranya BPN, TKN dan seluruh masyarakat Indonesia akan terus mengawal proses kerja KPU hingga akhir.

Selain potensi yang dimiliki, ada hal lain yang patut dipertimbangkan oleh dan dari Sandiaga bahwa ketika beliau mencalonkan diri untuk ikut dalam kontestasi Pilpres 2019, faktor utama pendorongnya adalah niat baik. Ya, niat baik membangun bangsa dan negara.

Sandiaga adalah satu di antara sekian banyak anak negeri yang mau terjun langsung melayani seluruh rakyat, yang diinisiasi dengan cara masuk sebagai calon wakil presiden. Dan yang namanya adu nasib, yang punya kuasa menentukan siapa pemenangnya yaitu "Dewi Fortuna".

Kelihatannya "Dewi Fortuna" masih belum mau memberikan kesempatan kepada Sandiaga di periode kepemimpinan nasional kali ini, dan bukan tidak mungkin di periode selanjutnya restu dari sang dewi akan turun terhadap beliau. Syaratnya tentu Sandiaga wajib terus mempertahankan komitmen dan mengasah kemampuan supaya siap dan layak bila restu tersebut diberikan.

Bukan memuji, sikap sabar dan legowo Sandiaga menerima hasil quick count dan data sementara Situng KPU pantas diapresiasi, meskipun sikap tersebut barangkali sulit diterima oleh kubu pemenangan beliau di lapangan, dan bahkan termasuk pasangan beliau, Prabowo.

Di saat suhu panas menghinggapi kubu pemenangannya, Sandiaga terlihat santai dan bertindak bijak, tidak 'ngotot' dan 'grasa-grusu'. Sikap dan tindakan ini mau memperlihatkan bahwa Sandiaga lebih mengandalkan otak dibanding otot, kebaikan bersama dibanding nafsu kekuasaan.

Lalu mengapa hanya Sandiaga yang saya anjurkan sedangkan Prabowo tidak? Jelas, saya dan mayoritas masyarakat paham bahwa menganjurkan Prabowo sesuatu yang sulit dilakukan dan pasti mustahil terjadi. Prabowo adalah seorang calon presiden, ketua umum partai dan punya rekam jejak sebagai salah satu tokoh oposisi kelas berat. Sangat tidak mungkin beliau mau bergabung di pemerintahan yang dibentuk lawannya sendiri.

Baca Juga: Perjalanan Sandiaga, Gaya dan Tampang yang Mengundang Simpati

Prabowo akan bertahan di luar untuk menyeimbangkan gerak-gerik roda pemerintahan. Keputusan seperti ini memang wajib dilakukan supaya kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah tidak bablas dan kabur ke mana-mana.

Kemudian, sekarang ini juga Sandiaga tidak dalam posisi sebagai kader partai politik, di mana sebelumnya berada di Partai Gerindra, beliau sudah keluar. Jadi beliau masih dalam status bebas, ruang geraknya cukup luas, kecuali bila di kemudian hari misalnya dalam waktu dekat aktif lagi sebagai kader Partai Gerindra.

Sekali lagi dan lagi bila akhirnya kalah, amanah jabatan yang cocok diemban Sandiaga sebaiknya di bidang ekonomi, entah sebagai menteri atau setingkatnya. Seandainya jabatan menteri, kementerian yang menurut saya tepat adalah Kementerian Koperasi dan UKM. Dan kalau bukan sebagai menteri, alternatifnya yaitu Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).

Terakhir, semua pertimbangan dan keputusan berada di tangan Sandiaga, beliaulah yang paling tahu kontribusi apa yang akan disumbangkan kepada bangsa ini. Menurut saya, apa pun yang kemudian diputuskan pasti akan berefek pada karir pelayanan beliau ke depan.

Jadi daripada mendengar usulan supaya kembali lagi ke posisi Wagub DKI Jakarta, lebih baik bagi beliau mempersiapkan diri menyongsong perhelatan Pilpres 2024, sembari belajar mengelola pemerintahan tingkat pusat.

***