Mengapa Tempo Lebih Takut kepada Massa Bersorban?

Kenapa permintaan maaf tidak disampaikan kepada Presiden Jokowi? Kenapa Tempo lebih takut dengan pasukan bersorban daripada Jokowi?

Jumat, 20 September 2019 | 19:50 WIB
0
960
Mengapa Tempo Lebih Takut kepada Massa Bersorban?
Cover majalah Tempo (Foto: Liputan6.com)

Tempo Media yang menerbitkan majalah Tempo dan Koran Tempo sepertinya lagi "kesel dan dongkol" terhadap presiden Jokowi akibat kecewa berat dengan revisi UU KPK yang menurut Tempo akan melemahkannya. Presiden Jokowi dianggap ingkar janji dengan janji kampanyenya,  malah mendukung revisi UU KPK tersebut.

Puncak dari rasa "kesal dan dongkol" Tempo menjadikan foto presiden Jokowi menjadi sampul atau cover dalam MajalahTempo dengan siluet atau bayangan hidung presiden Jokowi memanjang seperti Pinokio.

Kontan saja siluet atau bayangan hidung presiden Jokowi yang digambarkan seperti Pinokio menimbulkan pro dan kontra. Ada yang menganggap siluet atau bayangan hidung itu merupakan mencela, mengolok-olok atau menghina sang presiden. Tapi ada juga yang menganggap hal itu bukan untuk bermaksud menghina tapi merupakan kreativitas dalam jurnalisme.

Bahkan pihak Tempo sudah melakukan klarifikasi dan membantah bahwa siluet atau bayangan hidung panjang presiden Jokowi tidak bermaksud menghina atau mencela tapi itu bagian dari kreativitas.

Dalih Tempo Media

Akan tetapi kalau kita perhatikan dan sering membaca atau melihat dunia medsos dari Facebook, berita terkait sampul foto presiden Jokowi yang digambarkan seperti hidung Pinokio itu tampil atau diunggah hampir setiap hari dan seperti jadwal minum obat: pagi-sing-sore. Seolah-olah malah sengaja mengejek dan membuat panas para pendukung sang presiden. Tempo meminta para pendukung presiden Jokowi tidak perlu marah atau tersinggung.

Tempo Media: "Siluet Pinokio di Tempo: Tiga Alasan Kenapa Kubu Jokowi Tak Perlu Tersinggung."

Bagitulah narasi Tempo terkait siluet Pinokio.

Bahkan untuk membenarkan bahwa siluet Pinokio itu tidak ada unsur penghinaan atau melecehkan sang presiden, Tempo membuat alibi dengan membandingkan, bahwa hal serupa pernah juga dilakukan oleh Tempo kepada tokoh politisi Akbar Tandjung.

Akhir tahun 2001 majalah membuat sampul atau cover dengan foto Akbar Tandjung dengan hidung yang memanjang seperti Pinokio. Seperti kita ketahui hidung Akbar Tandjung memang besar dan tidak mancung.

Seolah-olah Tempo Media melakukan perbandingan apel dengan apel dan berlaku adil kepada tokoh politik manapun tanpa pandang bulu.

Hanya Tempo lupa, saat Tempo Media menjadikan foto Akbar Tandjung dengan siluet Pinokio-saat itu Akbar Tandjung sebagai Ketum Golkar dan dengan status tersangka. Bahkan tahun 2002 Akbar tandjung divonis pengadilan dengan hukuman tiga tahun karena korupsi dana nonbujeter Bulog sebesar Rp40 milyar.

Apakah saat ini presiden Jokowi statusnya tersangka dan menjadi pesakitan? Tidak!!

Dan perlu diketahui, jabatan tertinggi Akbar Tandjung adalah menteri, bukan seorang mantan presiden.

Jadi tidak bisa disamakan siluet Pinokio antara presiden Jokowi dengan Akbar Tandjung. Yang melatarbelakangi timbulnya sampul siluet Pinokio berbeda.

Akbar Tandjung statusnya pada waktu itu seorang pesakitan atau menjadi tersangka korupsi dan sebagai Ketum Golkar. Sedangkan Jokowi adalah sebagai presiden sebagai kepala negara masih aktif dan tentu mendapat previllege dan statusnya bukan seorang tersangka.

Jangan membandingakan apel bosok (jawa) atau busuk dengan apel yang tidak cacat karena melakukan tindakan melawan hukum.

Tempo juga pernah membuat karikatur pria bersorban yang sedang berhadapan atau ngobrol dengan seorang wanita. Dan pada waktu itu Media langsung diegruduk seusai Sholat Jumat oleh sekelompok massa bersorban.  Saat itu Tempo tidak berdaya dan mengikuti kemauan "pasukan bersorban" dengan langsung meminta maaf.

Kenapa permintaan maaf tidak disampaikan kepada Presiden Jokowi? Kenapa Tempo lebih takut dengan pasukan bersorban daripada Jokowi?

Pesan Simbah: "Ngono yo ngono,ning ojo ngono."

***