Lelah Menunggu Musim Kampanye Berlalu

Selasa, 26 Februari 2019 | 10:09 WIB
0
450
Lelah Menunggu Musim Kampanye Berlalu
Ilustrasi kampanye dan medsos (Foto: Detik.com)

Politik itu ambigu. Di satu sisi menyebalkan di sisi lain kangen jika berita tidak dibumbui intrik-intrik politik. Suatu ketika ada perasaan jenuh ketika semua media hampir setiap hari mengabarkan berita tentang politik.

Ada pertarungan antarkubu yang berseberangan. Saling serang dengan logika atau nalar masing- masing. Semua mengaku berjuang atas nama rakyat, agama dan bangsa. Dua- duanya saling menciderai, dua-duanya terluka. Ada tangis, air mata yang menetes, sebab ada kebencian yang tertanam kuat melihat para pemimpin tanpa sungkan berkampanye dengan data- data yang tidak terukur.

Politisi saling klaim telah mampu merangkul rakyat dan menjanjikan akan membuat terobosan pembangunan, memanjakan rakyat dengan seribu janji yang dibawa saat jumpa pendukung dari daerah ke daerah dari pulau ke pulau, dari satu komunitas ke komunitas yang lain dari yang dominan berbaju putih ke baju baju berwarna merah, kuning, bahkan mungkin hingga pink dan orange.

Selama enam bulan masyarakat dibuai janji. Selama itu mereka menahan perih, pedih, tersayat-sayat menyaksikan masyatakat saling olok saling caci. Lebih mengerikan lagi komentar-komentar warganet yang sering ngawur, sering kebablasan tidak terkontrol sehingga menampakkan manusia barbar yang tidak tahu aturan, tidak tahu sopan santun meskipun setiap hari dengan tekun mereka berdoa.

Bahkan doapun kini tidak steril. Ada doa politik, doa di ruang publik, doa di panggung kampanye, doa di televisi. Dengan wajah ekspresif doa–doa itu menderas mengarah ke Tuhan Pencipta Alam Semesta. Ada doa tulus, ada doa teraniaya, ada doa penuh kecaman, doa penuh ancaman, doa keputusasaan, doa pesimisme dan doa optimisme.

Tahun politik membuat setiap orang tidak berani bicara blak- blakan apalagi masalah pilihan politik. Ada sinisme, ada rasa tidak enak, ada  yang akhirnya harus putus cinta gara- gara pilihan politik.

Semburan kebencian itu merasuk dalam jiwa sehingga ketika sudah memilih salah satu tidak ada lagi ruang dalam bathin untuk menghargai pilihan kolega, teman, saudara. Semuanya seperti menjauh, membuat suasana tegang dan takut muncul.

Saya menunggu musim kampanye berlalu, menunggu bias mata orang- orang tidak dipenuhi rasa benci. Kalah menang hanyalah sebuah kontestasi. Pada akhirnya untuk menyambut masa depan  ada yang harus berkorban dan dikorbankan.

Ada kalah dan menang. Yang kalah legowo dan sportif menerima kekalahan yang menang tidak lantas besar kepala dan merasa di atas angin.

Lekaslah berlalu musim kampanye, Kami rindu  bersama teman sepeminuman kopi berbagi cerita, canda tanpa menyinggung masalah politik yang membuat panas jiwa dan menggelegakkan emosi sampai ujung- syaraf di lingkaran ubun- ubun. Lapangan- lapangan tidak dipenuhi bendera- bendera partai dan gelasah plastik tak bertuan.

Biarlah tempat – tempat ibadah menjadi senyap hingga dialog manusia dan Tuhan menghadirkan rasa tenang sampai ke kedalaman nurani.

Biarlah emak- emak tidak lagi melahirkan dusta dalam bercengkerama berpura- pura menjadi pejuang politik,padahal mereka sebetulnya hanya ingin berbagi ruang membahas remeh temeh kehidupan keluarga masing- masing sambil sesekali membuat gosip tentang tetangga yang tidak pernah mau kumpul.

Kami rindu saat tidak lagi para politisi saling beradu janji. Biarlah mereka bekerja di kursi masing- masing memperjuangkan apa yang mereka janjikan saat kampanye. Bukan menguburkan keinginan rakyat yang hanya diberi janji tetapi jarang ditepati.

Lupakan saja kebencian dalam perbedaan ideologi dan pilihan politik. Melangkah bersama bergotong royong membangun negeri tanpa peduli siapa pemimpinnya. Toh saya, anda, mereka, kita tetap harus hidup dalam persoalan hidup yang beragam setiap hari. Derita, senang, sial,beruntung, sukses karir, gagal dalam usaha itu bagian masalah yang harus dihadapi  sepanjang hayat.

Itulah persoalan sebenarnya yang mesti bisa dipecahkan agar manusia tetap bisa mengisi hari hari dengan optimis tanpa harus disandera persoalan.Salam damai- damai saja.

***