Mengapa FPI dan Simpatisan HTI Tak Berani "Menggeruduk" Kedutaan Arab Saudi?

Rabu, 14 November 2018 | 06:08 WIB
0
598
Mengapa FPI dan Simpatisan HTI Tak Berani "Menggeruduk" Kedutaan Arab Saudi?
Fahri, Rizieq dan Fadli (Foto: Tribunnews.com)

Publik dan media heboh ketika Rizieg Shihab tertangkap kepolisan Mekkah dan Mabahis Ammah atau Intelijen Umum atau General Investigation Directorate Arab Saudi. Sudah bukan rahasia, hukum di negara Arab Saudi sangat tegas terkait organisasi ISIS, Al-Qaedah, Al-Jama'ah Al Islamiyah yang berpaham ekstrimis-terorisme. Publik menunggu-nunggu apa yang terjadi kemudian.

Beruntunglah nasib Rizieq Shihab, setelah "ditahan" lebih 24 jam untuk proses dimintai keterangan akhirnya dilepas. Dalam hal itu, ada peran Konsulat Jenderal RI di Jeddah yang mendampinginya.  

Seorang Rizieq Shihab berurusan dengan pihak keamanan Arab Saudi bukanlah perkara sepele. Apalagi kasusnya berkaitan dengan bendera berkalimat Tauhid--yang di Indonesia sangat dihormati FPI dan HTI, kelompok pendukung Rizieq Shihab. Kelompok tersebut biasa melakukan aksi massa membela Tauhid di ruang publik.

Ditangkap sama dengan penzoliman?

Ketika Rizieg Shihab ditangkap dapat diartikan terjadi "zholim" terhadap Rizieq Shihab. Tindakan kepolisian Aran Saudi itu bikin malu dan menjatuhkan harga diri seorang Rizieq Shihab yang sangat dihormati. Bayangkan bila hal tersebut di Indonesia, bisa-bisa kantor polisi digeruduk pendukungnya--walau kepolisian memperlakukan Rizieq Shihab dengan sopan dan santun namun tidak menjamin tidak digeruduk massa FPI.

Bayangkan pula bila yang melakukan penangkapan Rizieq Shihab adalah pihak keamanan Amerika, Inggris, atau Australia untuk sebuah kasus hukum negara tersebut. Walau Rizieq Shihab diperlakukan santun pun tidak menjamin tidak adanya reaksi keras dan  aksi massa. Bisa-bisa kedutaan negera tersebut digeruduk massa FPI, simpatisan HTI dan kelompok massa simpatisan lainnya. Belum lagi gerakan boikot ini-itu terkait produk negara tersebut.

Ketika Rizieq Shihab berurusan dengan kepolisian Arab Saudi, kenapa FPI dan simpatisan HTI tidak menggeruduk kedutaan Arab Saudi di Jakarta? Bukankah penahanan itu bikin citra Rizieq Shihab dipermalukan?

Dugaan-dugaan Kesepakatan Politik

Beberapa dugaan alasan bisa muncul.Pertama, bisa saja FPI dan simpatisan Rizie Shihab tidak punya nyali karena Rizieq Shihab. Kalau sampai kedutaan Arab Saudi didemo bisa membuat pemerintah Arab Saudi marah dan merasa dipermalukan. Akibatnya, Rizieq Shihab mendapatkan kesulitan besar selama tinggal di Arab Saudi. Hukum di Arab Saudi sangat tegas terkait harga diri bangsa. Hukuman pancung atau hukuman fisik cambuk bisa saja terjadi dengan "sebuah pertimbangan hukum" di sana.

Mereka meniadakan dulu soal "bela bendera tauhid" yang biasa dilakukan di Indonesia. Pun isu bendera tauhid di Arab sudah "disubstitusikan" menjadi bendera hitam. Selain itu, dimunculkan isu---tudingan--adanya fitnah yang dilakukan intelijen Indonesia. Menuding pemerintah Indonesia adalah hal yang biasa dilakukan kelompok pendukung Rizieq Shihab.

Bisa saja pemerintah Arab Saudi kemudian mengidentifikasi dan membuat catatan khusus tentang organisasi FPI dan simpatisan HTI sehingga kemudian dilarang masuk ke Arab Saudi, termasuk untuk ibadah haji.

Diluar itu, bisa saja bila ada elemen rakyat Arab Saudi yang tidak terima negaranya dipermalukan, kemudian melakukan tindakan main hakim sendiri secara anarkis terhadap Rizieq Shihab atas nama bela negaranya.

Bagaimanapun, Rizieq Shihab saat ini hanyalah "perantauan politik" biasa yang posisinya sangat lemah di negeri orang. Dinding rumah nya saja bisa ditempeli bendera atau poster, bukan? Dia bukan diplomat negara RI yang punya kekebalan diplomatik yang wajib dilindungi pemerintah Arab Saudi berdasarkan ketentuan internasional.

Berbeda bila di Indonesia, Rizieq Shihab bisa gagah petentang-petenteng kesana-kemari karena dikelilingi banyak anak buah yang siap pasang badan melindunginya. Alam demokrasi modern di Indonesia sangat permisif terhadap orang yang berbeda haluan dengan pemerintah yang sah.

Kedua, telah terjadi "kesepakatan politik" antara Rizieq Shihab dan kepolisian Arab Saudi. Rizieq Shihab diminta membangun citra kepolisian Arab Saudi di Indonesia sebagai lembaga yang santun, ramah, dan sopan. Walau sempat "ditahan" sehari semalam, Rizieq Shihab "harus" memuji-muji kepolisian Arab Saudi. Dengan kesepatan tersebut, Rizieq Shihab mengintruksikan pengikutnya di tanah air untuk tidak mendemo atau mengecam Arab Saudi karena bisa bikin malu pemerintah Arab Saudi.

Kenapa kepolisian Arab Saudi butuh pujian? Karena citranya di tanah air cukup menakutkan terkait perlakuan mereka terhadap sejumlah TKI yang tersangkut hukum di Arab Saudi. Baru-baru ini seorang TKI wanita dihukum mati tanpa notifikasi kepada pemerintah RI sehingga menciptakan preseden buruk terhadap lembaga hukum dan kepolisian Arab Saudi. Sementara sisi lain, Arab Saudi menginginkan citra positif karena memiliki kepentingan ekonomi dengan Indonesia.

Masih banyak lagi segala kemungkinan dengan melihat rekam jejak, sifat organisasi FPI dan gerakan simpatisan  HTI selama ini, kemudian dengan mengikuti segala "coding" peristiwa penangkapan Riziek Shihab sampai dibebaskan dan kemudian  mengeluarkan statement-statemen.

Makin banyak statement pembelaan diri akan semakin mudah mengurutkan sebuah logika.

Banyak netizen menduga-duga ketika awal peristiwa penangkapan terjadi. Mereka ingin melihat seberapa besar nyali FPI dan simpatisan HTI menggeruduk kedutaan Arab Saudi di Jakarta, beserta pernyataan jihad mereka ke Arab Saudi untuk bela Riziq (ulama) dan bela tauhid.

Netizen menunggu kemungkinan aksi massa besar-besaran, dan bagaimana reaksi keras Arab Saudi. Namun sampai hari ini semua itu tidak terjadi. Kedutaan Arab Saudi dan kota Jakarta bisa tetap aman, tidak terjadi kemacetan karena massa demo.

Semoga baik-baik saja seterusnya. Aku sih rapopo...

----