Di ulang Tahunnya yang ke-46, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDIP tentu bangga dengan Founding Father Negeri ini yang juga Ayah Biologis dari Mbak Mega sebagai Ketua Umum DPP, yaitu Sukarno.
Perjalanan panjang keluarga besar Bung Karno untuk meluruskan sejarah yang telah didestruktif secara sistematis dan terncana. De-Soekarnoisasi memang berjalan, namun dalam hati rakyat Indonesia tetap mencintai Sang Proklamator ini.
1. Sukarno sebagai Pahlawan Nasional
Bahwa Pemikiran Bung Karno tidak terlepas dari sintesis pemikiran - pemikiran besar dunia. Kesemuanya dibumikan dan disesuaikan dengan kepribadian bangsa Indonesia melalui pergulatan pemikiran dan batin bersama kaum Marhaen. Islqm dan Pancasila adalah hasil karya terbesar untuk bangsa ini.
Pandangan bahwa Sukarno terlibat dalam gerakan tersebut, berkhianat kepada bangsa dan negara sesungguhnya sesat nalar dimana Beliau ikut berjuang merebut dan memerdekakan Indonesia.
Yup, banyak yang belum tahu, bahwa Bung Karno sejak keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2012 Tentang Pengangkatan Bung Karno sebagai Pahlawan Nasional. Gelar inipula yang akhirnya melegitimasi pelurusan sejarah bahwa Sukarno sama sekali tidak terlibat pengkhianatan Gestok (Gerakan Satu Oktober) atau lebih dikenal dengan G30SPKI yang selama ini digambarkan dalam sejarah Orde Baru.
2. Tanggal 1 Juni 1945 Hari Lahirnya Pancasila
Melalui keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 Pemerintah memutuskan bahwa Tanggal 1 Juni 1945 adalah hari lahirnya Pancasila. Hal ini penting, karena dengan adanya penetapan ini maka pembumian Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara akan lebih baik lagi.
Bung Karno, bukanlah seorang komunis seperti yang dituduhkan selama ini, pemikirannya adalah sosok pejuang pemikir dan pemikir pejuang. Pemikir sekaligus menjadikan buah pemikiran - pemikirannya sebagai asa dan metode perjuangannya untuk merebut kemerdekaan Bangsa Indonesia. Selain itu, Beliau juga seorang pemikir dan pejuang Islam.
3. Jejak Islam Sukarno
Belajar pada HOS Tjokroaminoto
Bung Karno sudah belajar Islam sejak berusia 15 tahun tatkala dititipkan untuk tinggal di rumah H. Oemar Said Tjokroaminoto (H.O.S Tjokroaminoto) . Kepada Beliaulah mentalitas spritualitas keislamannya tergembleng. Bung Karno pun mengakui pemikirannya soal Islam banyak dipengaruhi oleh Gurunya yang sangat dihormatinya.
Perkembangan islamnya seiring dengan pemahaman anti penindasan dan anti penjajahan. Oleh karenanya, jelas akan ada perbedaan dengan pemikiran islam yang selama ini kita dapatkan.
Menjadi Santri Kiai Ahmad Dahlan
Bung Karno merasa tertarik dengan tablig dan menjadi santri. Ketertarikannya yang membuatnya selalu mengikuti tablig tablig Kiai Ahmad Dahlan di Surabaya.
Sahabat Pena Ahmad Hassan,
Surat - suratnya dengan tokoh tokoh keagamaan semisal Ahmad Hasan, Pemimpin Persatuan Islam (Persis) di Bandung sedikit banyak mengilhami perenungannya terhadap konsep ketuhanan dan kebangsaan. Terutama semakin menambah wawasan keislamannya.
Menjadi Guru di sekolah Muhammadiyah
Pengalaman saat di buang oleh Belanda ke Bengkulu Tahun 1938 ketika menjadi anghota dan guru perkumpulan Muhammadiyah . Bahkan saat menjadi ketua majelis pengajaran Muhammadiyah Tahun 1938 - 1943 .
Bung Karno menghendaki Bangsa Indonesia menjadi bangsa religius yang setiap umat Islamnya menjadi umat yang taat kepada perintah agamanya melalui petunjuk kitab suci Al Quran dan Al Hadits. Begitupun umat agama lainnya yang harus taat kepada ajaran sesuai keyakinan masing masing.
Terakhir saat menjadi Presiden RI pertama, saat pidato penutupan Muktamar Muhammadiyah Tahun 1962, di Jakarta ada kalimat yang sesunggguhnya pernyataan keislaman Beliau, bahwa "Jikalau saya meninggal, supaya saya dikubur dengan membawa panji muhammadiyah atas kain kafan saya".
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews