Kampanye itu apa sih?
Kampanye dapat diartikan sebagai upaya perorangan atau sekelompok orang untuk meraih simpati atau dukungan dalam mencapai tujuan. Kampanye juga dilakukan untuk mengaburkan, membelokkan, atau pun menghambat target pencapaian tertentu, yang biasanya terarah pada kepentingan pihak lawan.
Sepengetahuan saya, setidaknya ada tiga jenis kampanye, yaitu positive campaign, negative campaign dan black campaign. Kampanye memiliki subjek dan objek. Subjek berarti pihak yang melakukan kampanye, sedangkan objek yaitu sasaran kampanye.
Pembagian jenis kampanye tersebut didasarkan pada materi atau bahan yang digunakan. Materi positif bisa berupa hal-hal baik yang dinilai tepat untuk dijual oleh pelaku kampanye. Sedangkan materi negatif artinya hal-hal buruk yang dimiliki pihak lawan untuk juga dijual kepada objek kampanye.
Lalu apa yang dimaksud black campaign?
Sama, jualan lain yang dipakai untuk mengalahkan lawan. Hanya saja jenis kampanye ini dilarang karena jauh dari etika dan norma, di samping tidak berdasar pada data dan fakta. Black campaign atau kampanye hitam wajib dihindari dan tidak perlu didengar, apalagi dibaca. Tidak mendidik.
Mengapa saya sebut negative campaign lebih menarik?
Menurut saya, positive campaign maupun negative campaign sama-sama mendidik. Jika mau mengkampanyekan sesuatu, isu positif dan negatif harus dipakai. Kampanye atas hal-hal baik tidak mungkin efektif tanpa mengumbar juga hal-hal yang buruk. Mutlak ada alasan mengapa satu hal harus dimenangkan sedangkan hal lain wajib dikalahkan.
Hampir di setiap kampanye pada kegiatan Pemilu, baik itu Pilkada, Pileg mapun Pilpres, kampanye positif selalu mendapat porsi lebih besar daripada kampanye negatif. Ini baik, namun belum lebih baik.
Kesempatan kampanye bukan hanya ajang menunjukkan visi, misi dan program, tetapi juga bagaimana supaya masyarakat teredukasi ketika menentukan sebuah pilihan. Masyarakat wajib tahu mengapa yang satu layak dipilih, sedangkan yang lain tidak.
Kampanye sejatinya adalah masa di mana saling ‘menguliti’. “Jangan menyerang pribadi!”, ini adalah ucapan sekaligus benteng pertahanan bagi pihak tertentu ketika merasa terpojok dalam sebuah debat atau diskusi.
Lalu kalau tidak boleh ‘menguliti’ dan menyerang, untuk apa berdebat atau berdiskusi? Selama yang diangkat terkait erat dengan visi, misi, tujuan dan program yang akan diuji serta “kue enak” yang ingin direbut, semua fair dan wajar.
Maka, menurut hemat saya, publik atau objek kampanye jangan sampai hanya terlena dengan janji dan tawaran. Publik wajib tahu dan bertanya lebih dari itu. Selain merupakan hak, mengenal sosok dan rekam jejak akan lebih bermanfaat dibanding terbius pada ‘jargon’ dan terpaku pada ‘kemasan’. Isi harus dibongkar, biar tidak seperti “membeli kucing dalam karung”.
Salam cerdas!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews