Surat Terbuka untuk Mahasiswa Buruh, Berhentilah Demo

Berhentilah demo soal kenaikan BBM, demolah uu perampasan aset koruptor, saya pikir itu lebih berguna.

Sabtu, 1 Oktober 2022 | 22:26 WIB
0
103
Surat Terbuka untuk Mahasiswa Buruh, Berhentilah Demo
Sumber gambar Pepnews.com

Tulisan ini sekedar kegelisahan saya pada perilaku mahasiswa belakangan ini. Apalagi saat Bahan Bakar Minyak (BBM) naik, pertalite naik jadi 10 ribu, dan pertamax jadi 15 ribu.

Gejolak pada saat BBM naik itu hal biasa, tapi jadi tidak biasa ketika mahasiswa (yang banyak diolok-olok sebagai mahasewa karena terindikasi membela kepentingan kelompok tertentu) tetap ngotot dan tidak terbuka pada argumentasi kenaikan BBM.

Kenaikan BBM adalah sebuah keniscayaan, adalah mustahil Indonesia sebagai negara pengimpor minyak harus terus mensubsidi BBM dengan harga yang tidak rasional.

Lagi pula BBM selama ini tidak tepat sasaran karena banyak dinikmati kelompok yang mampu. Rakyat sendiri secara mayoritas menerima kenaikan BBM saat ini.Itu kenapa saat mahasiswa berdemo, yang jadi lawan mahasiswa justru masyarakat sendiri.

Ada banyak video viral tersebar, bagaimana masyarakat malah mengamuk saat mahasiswa memblokade jalan untuk berdemo.

Saya pernah menulis begini di facebook,”Jokowi tidak akan jatuh sekalipun BBM naik. Tidak mudah menjatuhkan pemimpin negara yang cukup stabil.Itu kenapa ketika mahasiswa berdemo yang jadi lawannya adalah masyarakat.

Emak-emak malah ngomel karena demo bikin macet.Semangat revolusi mahasiswa itu sudah basi. Jaman dulu revolusi mudah menjalar karena hanya ada dua kelompok masyarakat, yaitu pemilik modal (kaum borjuis yang berasal dari keluarga kerajaan yang terpecah) dan kelas pekerja (proletar).

Kaum pekerja ini tertindas, hidup di daerah kumuh, tidak punya kesejahteraan, tidak punya hak suara.Maka para pekerja ini bersatu melawan tuannya.

Saat ini banyak orang yang sudah hidup nyaman, maka upaya menggerakkan masyarakat untuk berdemonstrasi selalu gagal. Yang demo ya itu-itu saja.

Kenapa perang dunia ketiga tidak terjadi sekalipun Ukraina dibombardir Rusia? Amerika, Jerman, dan sekutu tidak mungkin korbankan kenyamanannya demi Ukraina.

Dulu manusia tidak punya apa-apa, berperang untuk memperoleh sesuatu.Sekarang manusia sudah punya banyak hal, dan kalau berperang manusia malah akan kehilangan sesuatu, bahkan mungkin kehilangan segalanya.

Sama halnya, masyarakat saat ini punya pekerjaan, harta benda, usaha, bisa bersuara, mereka tak akan korbankan itu semua demi ikut demo.”

Harus kita akui bahwa saat ini kehidupan masyarakat sudah jauh lebih baik.Makanya saya suka bingung saat mahasiswa bicara ekonomi sulit padahal belum bekerja.

Mahasiswa kemarin sore itu saya rasa tidak punya pengalaman menjadi pekerja yang mengalami pendapatan secara progresif.

Saya pertama kali bekerja itu tahun 2010.Saat itu saya ingat sekali UMR Bandung hanya 1,3 juta saja.Sekarang UMR Bandung sudah hampir menyentuh angka 4 juta rupiah.Dengan gaji segitu bisa menyicil 4 motor dalam satu bulan dengan tenor 3 tahun.

Di Bandung dengan uang 10 ribu kita bisa sarapan nasi uduk plus ngopi, kurang enak apalagi coba.Bandingkan dengan pemberitaan terbaru dimana di Inggris mau makan aja rakyatnya mulai susah.

Bencana kelaparan akibat perang Rusia Ukraina mulai berdampak signifikan pada ekonomi eropa.Itu kenapa Jokowi saat mengunjungi Putin yang dipakai adalah diplomasi pangan, agar suplai pangan tidak terputus.

Tapi malah dinyinyirin. Padahal diplomasi Jokowi dipuji dunia sampai akhirnya menerima penghargaan bergengsi Global Citizen Award oleh lembaga Think Tank Amerika Serikat.

Jokowi dinilai bukan hanya sebagai pemimpin rakyat Indonesia, tapi juga mempromosikan perdamaian dan kemakmuran dunia.

Dari sini harusnya mahasiswa belajar, lihatlah kondisi dunia agar kita paham betapa cukup baiknya kondisi kita hari ini. Maukah mahasiswa belajar membuka diri dan tidak ngotot dengan pemikirannya sendiri?

Saya justru lebih hormat seandainya mahasiswa berdemo untuk mendesak DPR mensahkan UU perampasan aset koruptor atau menuntut penghapusan pensiunan DPR. Padahal isu ini jauh lebih penting dibanding sekedar kenaikan BBM. Tenang saja, rokok sebatang masih 2 ribu Rupiah kok, indomie rebus masih 7 ribuan. Jangan takut berlebih karena BBM naik, karena toh pedagang juga menyesuaikan harga jualannya. Para pekerja juga akan menerima penyesuaian gaji seiring berjalannya waktu.

Kenapa mahasiswa tidak tertarik mendesak agar DPR mensahkan uu perampasan aset koruptor? Padahal uu itu akan sangat signifikan mengurangi korupsi juga mengembalikan kekayaan negara.Kok malah demo pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN)? Jujur saya bingung dengan mahasiswa atau siapapun yang menolak pembangunan infrastruktur.

Coba lihat kemacetan yang terjadi diseluruh kota besar, itu contoh kecil saat infrastruktur tidak dibangun, maka akan menimbulkan permasalahan sosial juga kerugian ekonomi.Ini contoh kecil saja.

Bayangkan kalau bendungan untuk pertanian, jalan tol untuk memperlancar distribusi logistik, dan infrastruktur lain tidak dibangun, betapa permasalahan sosial yang lebih besar dan kerugian ekonomi akan kita tanggungg sebagai masyarakat. Jadi aneh saat uang negara diperuntukkan untuk membangun peradaban malah diprotes.Apa mending dikorupsi saja?

Ayo mahasiswa buka mata melihat dunia.Presiden Jokowi sudah bicara daya saing nasional dengan dunia, kenapa mahasiswa masih sibuk soal kenaikan BBM yang hanya 2 ribu rupiah saja. Mayoritas rakyat juga tidak protes. Harusnya mahasiswa, juga buruh bisa melihat dengan multiperspektif. Tambahkanlah indikator-indikator agar bisa menilai kondisi saat ini dengan lebih dewasa.

Beberapa hari yang lalu saya ke suatu daerah yang UMR nya itu hampir menyentuh 4,5 juta, saat dijalan saya terjebak demo buruh. Bayangkan buruh yang kerja hanya 8 jam sehari, digaji 4,5 juta, itu setara dengan menyicil 5 motor Mio tenor 3 tahun perbulan, jika suami isteri bekerja maka income keluarga itu 9 juta perbulan, itu sama dengan menyicil 10 motor mio perbulan, tapi masih demo kenaikan BBM.

Kalau kondisi ini terus berlangsung maka akan banyak pengusaha kabur dan yang susah adalah kita sendiri. Yang penting itu adalah sustainable, gaji segitu pun kalau berkelanjutan kurang apalagi bapak ibu?

Masalah kurang, tidak ada orang yang cukup dengan yang namanya uang, semua pasti kurang.Perhatikanlah gaya hidup. Atau belajarlah dari salesman.

Saya pribadi sering kerja sampai jam 11 malam, padahal kerja masuk jam 8, berangkat jam 7, berapa jam tuh? Tujuannya apa ? Untuk kejar target biar dapat bonus, agar bisa menambahi gaji yang jumlahnya tidak seberapa.

Buruh bekerja 8 jam, bukankah sisa waktunya bisa dipakai untuk mencari penghasilan lebih? Jadi tidak bisa kita berharap cukup tapi semua mengandalkan regulasi pemerintah. Harus ada upaya pribadi, karena toh untuk kebutuhan pribadi.Yang namanya kebijakan pemerintah, tidak bisa menjadi kebijakan yang baik untuk setiap pribadi, tapi dapat menjadi kebijakan yang baik untuk semua orang.

Kalau BBM naik kita pekerja harus keluarin duit lebih untuk isi BBM, kalau pedagang mereka tinggal naikin harga jualannya. Berdampak untuk pekerja, tidak terlalu berdampak untuk pedagang.

Tapi kalau Indonesia bangkrut seperti Sri Lanka maka itu akan menjadi bencana untuk semua.

Maka pemerintah harus membuat keputusan terbaik untuk semua, walaupun bukan keputusan terbaik untuk tiap orang.Namun jika dibandingkan dengan kebangkrutan Indonesia karena harus subsidi BBM, maka kebijakan menaikkan BBM adalah keputusan yang tepat untuk semua.Butuh kedewasaan, untuk menerima pandangan ini.

Berhentilah demo soal kenaikan BBM, demolah uu perampasan aset koruptor, saya pikir itu lebih berguna.

Terimakasih.

***