Jika pengatur dan pelaksana kebijakan ditingkat pusat membiarkan bibit-bibit ini berkembang dan menyebar. Di mana disatu saat nanti, Indonesia berubah namanya menjadi Indonistan.
Akhirnya, perjalanan dampak Covid-19 bagi kehidupan sosial Muslim Indonesia ke depan sampai ke pinggir kekhawatiran banyak orang selama ini.
Yakni, mempergunakan kesempatan dalam kesempitan untuk mengedepankan ideologi keagamaan wahabi radikal. Yang juga dikumandangkan ustad -ustad.
Sejak awal Covid-19 dan wajib pakai masker, sudah ada dugaan bahwa cadarisasi bakal dikumandang dengan gencar.
Para ustad tertentu menekak nekuk ayat Qur'an untuk mencari pembenaran ajaran sesatnya bahwa sejak dulu Quran sudah memperingatkan bahaya Covid-19 yakni dengan menggunakan cadar.
Covis-19 merajalela karena perempuan tidak pakai cadar. Jadi wabah Covis-19 ini adalah laknat dari Allah yang marah karena muslim tidak menerapkan perintah-Nya.
Jadi kata para ustad itu mengimbau sambil setengah mengancam agar wabah Covid-19 itu sebagai peringatan kepada Muslim agar kembali ke ajaran Islam.
Islam versi mereka yang menggambarkan Tuhan sebagai raja yang pemarah dan pencemburu. Tuhan yang psikopat karena gemar dipuji tapi suka menyiksa.
Yang mencipta surga sebagai rumah rumah besar untuk bebas bersenggama. Sebebas kelakuan binatang yang kita saksikan di alam fana.
Mereka berdalih, cadar tidak hanya sesuai dengan ajaran Islam versi dobol tapi juga sesuai dengan protokol kesehatan dan hemat. Tidak keluar uang banyak dan syar''i.
Bibit sebaran Islam versi dobol ternyata berlangsung di Lombok Tengah. Celakanya ide dobol itu muncul dari seorang pemimpin daerah.
Adalah Bupati Lombok Tengah, Suhaili FT yang meminta pegawai Pemda setempat yang perempuan mengenakan cadar untuk menangkal Covid-19.
Kata dia :
"... setiap ASN muslim yang pakai jilbab ini biar lebih praktis harus menggunakan cadar juga sebagai pengganti masker."
".. makanya saya berinovasi menggunakan cadar, karena sebagian besar ASN kita yang perempuan adalah muslimah dan menggunakan jilbab. Maka jilbab ini menjadi dua fungsi, menutup aurat sekaligus pencegahan corona dengan menggunakan cadar."
Protokol new normal dijadikan alasan untuk kampanye ideologi Islam transnasional. Yang jika dibiarkan akan menjadi adab kebiasaan yang menyebar seantero Nusantara.
Bahwa bercadar adalah bagian dari new normal yang Islami.
Ide yang menunggangi Covid-19 ini gampang didekati paham kelompok teroris yang bisa menyebar pelan-pelan kemudian dibenarkan.
Jika pengatur dan pelaksana kebijakan ditingkat pusat membiarkan bibit-bibit ini berkembang dan menyebar.
Di mana disatu saat nanti, Indonesia berubah namanya menjadi Indonistan.
***
.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews