Jokowi, Gibran dan Bobby

Mari menyongsong Indonesia bersama anak muda. Melepas Jokowi mendapat pengganti yang mumpuni, sembari mengusir sengkuni.

Sabtu, 14 Desember 2019 | 06:18 WIB
0
410
Jokowi, Gibran dan Bobby
Gibran Rakabuming Raka dan Joko Widodo (Foto: Tribunnews.com)

Politik dinasti, kita selalu dihantui kata itu, karena ada pengalaman buruk dari Soeharto, walau tak sempat keturunannya menggantikan tahtanya, tapi kita terlanjur trauma karena keserakahannya atas harta yang dikeruknya. Tujuh keturunan tak habis untuk melahapnya dan harta itu sangat cukup untuk mempertahankan kedudukan kerajaan bisnis yang berkesinambungan, semua bisa diredam karena dana itu bisa membayar siapa saja kecuali Tuhan yang tak bisa di suapnya.

Ketauladanan Soeharto ditauladani orang-orang yang sejenisnya, mereka murka akan kebenaran, karena mereka melakukan pembenaran atas apa saja yang pernah dikerjakan sang majikan. Jalan setan menjadi kebajikan, kebaikan dijadikan olok-olokan, dan itulah yang diteruskan.

Sekarang kita sedang melakoni pelurusan jalan yang dulu pernah dibelokkan, Jokowi manusia sederhana dan bersahaja, dia diajar menjalani hidup apa adanya, bukan ada apanya. Keprihatinan sudah makanannya, kemiskinan pernah jadi kesehariannya, dan itu yang membuatnya mengerti kepada sesama.

Sejak sebelum jadi Walikota, jadi Walikota, jadi Gubernur dan jadi Presiden, dia tidak berubah, dia tetap apa adanya. Anak-anaknya, Keluarganya, apa lagi Iriana, tetap saja menjadi wanita sederhana dia tak langsung jadi sosialita, itu bukan bakat dan tabiatnya. Mereka tetap saja orang tua sederhana yang jadi tauladan anak-anaknya, Jokowi tetap anak Ibu Sudjiatmi yang rendah hati.

Dinasti atau Wangsa adalah kelanjutan kekuasaan yang diteruskan oleh garis keturunan. Pengalaman Indonesia diperintah oleh satu orang selama 32 tahun dengan cara otoriter dan serakah membuat kita menjadi antipati atas usia pemerintahan, sehingga akhirnya membatasinya, sisi baiknya bila pemimpinnya gak becus bisa langsung diputus.

Tapi bila ada orang bagus gak bisa terus, ini yang membuat gaduh seolah amandemen UU pilpres jadi seperti barang haram yang harus di redam, Jokowi sendiri jadi seperti alergi diminta sekali atau dua kali lagi untuk melanjutkan mengurus negeri yang sedang dia benahi, dia harus hati-hati, karena dia tidak mau ada kata dinasti yang bisa mengikuti dalam tanda kutip dia lupa diri.

Ada rasan-rasan di tepian jalan, rakyat melihat dua priode masih terlalu singkat, karena membenahi negara yang nyaris sekarat ini butuh waktu dan nyali, 10 tahun Jokowi membenahi belum cukup, apalagi gangguan oposisi dan caci maki juga menguras energi. Jokowi harus 3 atau 4 kali, selain mumpuni, usianya masih cukup untuk melanjutkan karyanya buat Indonesia.

Bila sampai 4 kali, Jokowi pensiun di usia 73, sementara bila PS kepengen jadi presiden, ngelamar yang ketiga kali di usia 73, dan itu belum juga teruji, kita yang sedap-sedap ngeri.

Sekarang Gibran dan Bobby, kena isu dinasti. Apanya yang dinasti, Solo sudah dilepas Jokowi 1,5 priode, artinya sudah pernah di gantikan orang lain menjalani kepemimpinan sebuah pemerintahan, apalagi Medan, kota yang memegang rekor 3 Walikotanya dikandangkan KPK, apa salahnya kalau Bobby sang anak muda mau mencoba, kebetulan saja dia menantu Jokowi, orang lain saja dikasih waktu, kenapa sang menantu yang juga menauladani mertuanya tidak dicoba.

Gibran dan Bobby, adalah dua anak muda yang punya panutan di depan mata, dan mereka pasti akan menjaga marwah orang tuanya. Itu sudah satu jaminan, bahwa kita memberi ruang kepada orang yang tidak sembarangan berbuat ketidakbenaran dengan seenak jidatnya seperti yang lainnya.

Peluang yang lainnya adalah, bila Tuhan mengizinkan, dalam waktu yang bersamaan ada 3 kepala pemerintahan dikelola Orang Tua, Anak dan Menantu, bila saja kelak anaknya, atau menantunya berkarya seperti Bapaknya, maka Indonesia akan menjalani dinasti pertama, Jokowi berhasil mengkader anak atau anak menantunya meneruskan kiprahnya, tapi pastilah rakyat yang menilainya dan Tuhan yang meridhoinya.

Era ini adalah era dimana anak muda mulai hadir mengemuka, Erick, Nadiem, sudah tampil duluan, Gibran dan Bobby menyusul kemudian. Kebayang 2024 Indonesia akan diramaikan anak muda yang punya kapasitas dan ber integritas. Yang cuma pantas dan ngepas pasti terhempas.

Mari menyongsong Indonesia bersama anak muda. Melepas Jokowi mendapat pengganti yang mumpuni, sembari mengusir sengkuni.

***