Suara Haram Davin Kirana

Kalau benar dia menginvestasikan uang untuk operasi culas di negara tempat ayahnya 'berkuasa', berarti cara jujur yang ditempuh tidak membuahkan hasil.

Jumat, 12 April 2019 | 09:46 WIB
0
1537
Suara Haram Davin Kirana
Davin Kirana (Foto: Brilio.net)

Davin Kirana, 22 tahun, adalah putra sulung Duta Besar RI untuk Malaysia, Rusdi Kirana. Ayahnya sukses mendirikan Lion Air, maskapai murah yang diminati banyak orang. Dia masuk dalam jajaran 40 orang terkaya di Indonesia, dengan jumlah kekayaan sebesar US$ 900 juta per 2012.

Sukses di bisnis, Rusdi terjun ke dunia politik lewat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), tahun 2014. Dalam waktu singkat, dia sudah duduk manis di kursi wakil ketua umum.

Karier politiknya melesat mudah. Kursi berikutnya yang dia duduki bertambah empuk. Tahun 2015, dia dipilih Jokowi sebagai salah seorang penasehatnya dan berkantor di Gedung Wantimpres samping Istana. Tahun 2017, dia menjabat sebagai Dubes Malaysia sampai sekarang.

Lalu bagaimana dengan anaknya? Saya tidak kenal anak muda ini meskipun baliho dengan fotonya sebagai caleg Partai Nasdem tersebar di banyak titik jalan protokol. Waktu lihat mukanya di banyak baliho di Jakarta sampai ke arah Depok, saya cuma bergumam. "Pede abis nih anak. Cuma modal tampang artis Korea maju jadi caleg."

Kiprahnya sebagai aktifis ataupun politisi jarang terlihat di media pers. Aset digitalnya juga masih mungil. Pengikutnya di Twitter baru 125 orang, itupun dibikin pas dia nyaleg, Agustus tahun lalu.

Akun Instagramnya juga masih mentah, hanya berisi 55 pos, sangat sedikit untuk ukuran orang yang sedang mengejar kursi Senayan. Saya cek websitenya di davinkirana.com, ternyata belum aktif atau mati.

Saya baru mengenalnya sejak heboh #SuratSuaraTercoblos di Selangor, Malaysia, Kamis kemarin. Davin masuk Dapil Jakarta 2 yang meliputi kampung gue Jaksel, plus Jakpus dan daerah pemilihan luar negeri. Isu yang diangkat adalah kesejahteraan TKI. Klop banget dengan posisi ayahnya sebagai Dubes.

Sekedar diketahui, jumlah pemilih di Malaysia mencapai 27% dari total pemilih luar negeri yang tembus 2 juta pemilih. Tercatat lebih dari 550 ribu pemilih di negeri jiran ini. Cukup gemuk, jadi kudu digarap maksimal.

Kalau benar dia atau siapapun menginvestasikan uang untuk operasi culas di negara tempat ayahnya 'berkuasa', berarti cara jujur yang ditempuh selama ini tidak membuahkan hasil. Dan ironisnya, operasi itu juga digunakan untuk menambah suara Capres Paslon 01 di luar negeri.

Syukur alhamdulillah, praktek curang ini ketahuan.

Tapi kok caleg curang ya? Wajar aja. Hadiahnya kursi empuk di DPR, Bos!

Jadi anggota Dewan yang terhormat. Makanya sampai ada yang nyiapin uang sogokan politik dalam 400 ribu amplop. Dan boleh jadi masih banyak operasi culas lain yang belum atau tidak akan ketahuan.

***