Pesan di Balik Posko BPN yang Berjarak Hanya 500 Meter dari Rumah Jokowi

Rabu, 16 Januari 2019 | 07:05 WIB
0
485
Pesan di Balik Posko BPN yang Berjarak Hanya 500 Meter dari Rumah Jokowi
Ketua Badan Pemenangan Nasional Capres dan Cawapres Prabowo-Sandi, Jenderal Purn TNI Djoko Santoso (kedua kanan). (Foto: Antara/Yusuf Nugroho)

"Saya akan mulai berkantor di posko BPN ini. Jika Prabowo sampai kalah, malu. Oleh karena itu, kami bersungguh-sungguh memenangkan Prabowo-Sandiaga."

Itu kata Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Djoko Santoso saat peresmian posko BPN berlokasi 500 meter dari rumah Jokowi di Solo, Jumat 11 Januari 2019.

Pesan apa yang ingin disampaikan dengan pendirian posko BPN di Solo itu?

Sebenarnya tak ada yang salah. Siapa pun boleh berkampanye di manapun di seluruh penjuru Tanah Air dalam rangka Pilpres 2019.

Tapi dari Sabang sampai Merauke, kenapa Solo yang dipilih? BPN mengklaim relawannya tetangga Jokowi menyediakan tempat untuk posko. 

Benarkah itu alasan utamanya?

Dua hari setelah peresmian posko BPN tersebut, digelar tablig akbar 212 di kawasan Gladak Jalan Slamet Riyadi Solo, Minggu 13 Januari 2019.

Apakah itu suatu kebetulan?

Massa dari berbagai daerah datang dengan membawa berbagai atribut dan bendera bertuliskan kalimat tauhid. Membuat kawasan Gladak Solo terpaksa ditutup, lalu lintas dialihkan ke jalur lain.

Ada Amien Rais dalam acara tablig akbar itu. Amien Rais yang ketika menjegal Pak Harto, banyak yang mengidolakannya. Tapi ketika ia kemudian menjegal Gus Dur juga, kekaguman banyak orang menjadi ambyar. Entah mengapa ia seperti hobi menjegal presiden. Ia dari waktu ke waktu konsisten melancarkan serangan frontal pada Jokowi. Seperti tak ada kebaikan Jokowi setitik pun di matanya.

Amien Rais yang berusaha mendikte Pimpinan Muhammadiyah agar mengeluarkan fatwa untuk memilih capres-cawapres tertentu. Bagusnya keinginannya itu bertepuk sebelah tangan, karena Muhammadiyah konsisten pada jati dirinya, ogah diseret-seret ke politik praktis.

Ketua 212 Surakarta, R Djayendra Dewa mengatakan acara tablig akbar di Solo merupakan miniatur 212 di Monas. Mereka datang ke Solo untuk membagun spirit. 

Spirit apa yang ingin dibangun?

212 lahir karena Ahok. Setelah Ahok dipenjara, harusnya selesai. Tapi, angka itu justru dipatenkan, ingin terus eksis di pusaran politik nasional. Menjadi brand alias merek dagang. 

Menurut dia, aksi 212 bukan agenda politik, dapat dilihat yang hadir tidak ada atribut partai. Semua hanya menggunakan bendera tauhid dan baju putih.

"Kami melarang peserta menggunakan atribut partai. Kami juga melarang bicara soal kampanye," katanya.

Masih ada yang percaya 212 bukan untuk politik?

Tiga pesan bisa dibaca di balik pendirian posko BPN di Solo. Pertama, untuk memecah suara masyarakat Solo, walau ini meragukan akan berhasil. Solo dikenal sebagai basis PDI Perjuangan. Nyaris semua masyarakat Solo mendukung Jokowi.

Kedua, untuk mengganggu konsentrasi politik secara psikologis. Ini hasilnya juga tergantung pihak lawan, apakah akan bersikap santai atau menganggapnya sesuatu yang serius. Kalau santai, aman. Kalau terlalu serius bisa timbul gesekan.

Bisa gesekan antarpendukung atau gesekan dengan aparat keamanan. Dan, bisa jadi gesekan tersebut yang diharapkan untuk menyempurnakan narasi selalu dizalimi.

Ketiga, ingin membangkitkan kekuatan Islam konservatif di Kota Solo karena di kota ini juga ada kelompok-kelompok muslim bergejolak.

Apa agenda sebenarnya di balik pendirian posko BPN di Solo, apakah skenario terburuk untuk memicu huru-hara kalau jagoannya kalah? Untuk mengatakan pemerintah tidak kompeten menjaga keamanan? Setelah narasi demikian deras dihantamkan pada KPU yang dinilai berat sebelah? Hanya mereka yang tahu. 

Sejauh ini Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf menunjukkan sikap santai menanggapi pendirian posko BPN di Solo.

Bahkan PDI Perjuangan mengirim karangan bunga selamat atas peresmian Posko Pusat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi di Solo.

"Kami menyambut baik karangan bunga ucapan selamat dari PDIP tersebut, berarti pasangan Prabowo-Sandiaga mendapatkan perhatian," kata Sandiaga Uno mister tempe setipis atm yang sejak jelang Pilpres rajin mondar-mandir ke pasar, teriak-teriak harga mahal. Sandi yang diprotes banyak emak-emak karena omongannya tidak sesuai fakta.

Hal tersebut, kata Sandi, merupakan indahnya berdemokrasi, berbeda pilihan tidak masalah, tetapi tetap bersatu padu.

Semoga memang demikian. 

Bukan tenang di permukaan tapi bergejolak di dalam.

***