Karena Jokowi Tidak Yakin Menang!

Buat televisi yang ingin menjunjung etika jurnalistik bisa merapat ke Rumah Kartanegara untuk mendapatkan data yang valid.

Kamis, 18 April 2019 | 12:38 WIB
0
1386
Karena Jokowi Tidak Yakin Menang!
Aneka acara di televisi yang menampilkan hasil Quick Count. (Foto: Istimewa).

Pendukung paslon 01 Joko Widodo – Ma’ruf Amin sudah mengklaim, Jokowi – Ma’ruf  telah memenangkan Pilpres 2019 melawan paslon 02 Prabowo Subianto – Sandiaga Uno. Padahal, dalam pidatonya, Jokowi tidak berani menyatakan “menang”.

Pernyataan Jokowi usai pencoblosan Pilpres 2019 tersebut berbeda jauh dengan saat Pilpres 2014 yang berani menyatakan kemenangannya dalam pidatonya. Bukan tidak mungkin hal ini dilakukan karena Jokowi belum yakin akan kemenangannya.

Sebagai capres petahana, tentu saja Jokowi juga terus mengikuti perkembangan hasil Pilpres 2019. Apalagi, ternyata hasil Quick Count (QC) yang ditayangkan beberapa stasiun televisi beberapa saat setelah pencoblosan “tidak akurat” alias palsu.

Ada hitungan yang tayang di televisi yang sangat tidak masuk akal, tidak logis, dan irasional. Bagaimana mungkin jumlah suaranya bisa mencapai 103% seperti hitungan 57,90% Jokowi, 45,10% Prabowo. Jika ditotal jumlahnya mencapai 103% suara.

Agitasi running text beberapa stasiun televisi yang menggiring opini seolah paslon 01 telah menang Pilpres 2019 jelas sangat menyesatkan masyarakat. Pasalnya, tayangan itu jelasnya jauh berbeda dengan Real Count (RC) KPU yang sudah masuk.

Stasiun televisi berulang-ulang umumkan hasil QC itu. Debat pun digelar. Pendukung Jokowi  eforia. Cyber oposisi gundah, moral nyaris ambruk. Anehnya, mereka tidak bahas hasil survei CSIS yang justru memenangkan Prabowo – Sandi (64.5% : 43%).

Keanehan yang dirilis QC yang memenangkan Jokowi – Ma’ruf pun sangat tidak masuk akal. Apalagi, selisih angka 10% persen untuk kemenangan mutlak paslon 01 di Madura. Padahal, data C1 yang masuk justru sebaliknya. Paslon 02 menang mutlak!

Selisih prosentase ini 2x lipat dari perolehan Jokowi – Jusuf Kalla pada Pilpres 2014, sangat tidak mungkin. Artinya, Ma’ruf lebih hebat dari JK, dan Sandi yang lebih buruk dari Hatta Rajasa. Dukungan ulama ternyata tidak punya efek apapun.

Sambutan luar biasa di 1.500 titik blusukan Sandi seolah tidak pernah ada. Milenial pun lebih gandrung kepada Ma’ruf ketimbang Sandi. What a joke. Prabowo keluar dan menyampaikan orasi pertama. BPN menunggu hasil resmi KPU, RC internal dan abaikan QC.

Data C1 dari TPS terus dikumpulkan BPN. Termasuk informasi hasil-hasil pendataan dari beberapa lembaga. Data TNI menghasilkan angka 62% kemenangan Prabowo – Sandi. Tapi data ini tidak dibuka ke publik. Karena untuk konsumsi internal.

Semua orang yang berada di rumah Prabowo Jl. Kertanegara 4 Jakarta sudah terima informasi ini sejak sore harinya. Tengah malamnya, data TNI beredar di grup-grup Whatsapp. Belum pernah TNI memastikan diri seperti ini.

Tim BPN melaporkan telah memiliki data C1 dari sekitar 350 ribuan TPS. Data ini pun sudah ada di meja kerja Kwik Kian Gie. Artinya, sekitar 40% dari total 809 ribu TPS sudah dibaca dan diketahui ekonom yang kini berada di kubu paslon 02 ini.

Angka kemenangan paslon 02 sekitar 62%. Matematisnya, angka kemenangan sebesar ini tidak akan berubah banyak saat data C1 dari seluruh TPS telah masuk semua. “Saya bukan KPU, bukan kewajiban saya mengumumkan hasil pemilu,” tulisnya.

@KwikKianGie_ C1 acuan saya, sementara ini data C1 seluruh Indonesia sudah terkumpul dan tersusun rapi (di) meja saya. Saya bukan KPU, bukan kewajiban saya mengumumkan hasil pemilu. Kalian masih berani bilang Prabowo kalah.

“Apa mau ditempeleng!” tulis Kwik Kian Gie (19:17 - 17 Apr 19 - Twitter for Android).  Berdasarkan data ini, sekitar pukul 8 malam Prabowo keluar dan memberikan pernyataan kemenangan. Pecah suara isak tangis dan takbir semua relawan yang hadir.

Dilansir Gelora.co, Data Aplikasi AyoJagaTPS: Jokowi – Ma’ruf  40,26%  Vs Prabowo – Sandi 59,74% - https://www.gelora.co/2019/04/data-aplikasi-ayojagatps-jokowi-maruf.html. Tidak hanya itu. Hasil survei Luar Negeri pun menguatkan hal itu.

Hasil sementara, Prabowo: 65%, Jokowi 41,6%. Update: Real Quick Count Jurdil 2019 22.00 17-4-2019 https://youtu.be/yj01UjUWzl8. Prabowo - Sandi juga Menang di Lembaga Survei Terbaik di Dunia. https://youtu.be/Zn481142ZN8.

Sebenarnya, LSI Denny JA sebelumnya sempat menghasilkan QC yang memenangkan Prabowo – Sandi. http://m.tribunnews.com/section/2019/04/17/hasil-quick-count-pilpres-2019-lsi-denny-ja-jokowi-4458-prabowo-5544-data-masuk-61.

Itulah yang semula ditayangkan pertama kali oleh beberapa stasiun televisi, termasuk Metro TV. Namun, sekarang ini berita yang tayang di Tribunnews.com itu tak bisa dibuka lagi alias kena hack. Tapi, jejak digital tak bisa dihapus. Data itu diubah!

Hasil QC LSI Denny JA yang semula memenangkan Prabowo - Sandi, kemudian angkanya dibalik untuk kemenangan Jokowi – Ma'ruf. Itulah tayangan Metro TV (2019/4/17 16: 12). Bahkan, 5 lembaga survei lainnya juga memenangkan paslon 02.

“Politik Framing” sedang dilakukan media televisi. Mereka tegah tayangkan hasil QC yang berbeda dengan fakta lapangan. Sulapan hasil QC terbongkar di Metro TV. Cukup dengan satu klik, maka hasil QC pun berpindah tempat dan posisinya.

Sehingga para pengamat kebingungan. Ini sebuah bukti jika Metro TV dan lembaga survei terlibat dalam aktivitas framing media untuk menghipnotis rakyat, dan membohongi mereka dengan agitasi dan provokasi media televisi.

Padahal, melihat hasil RC aplikasi jurdil 2019 produk alumni ITB 1973 hingga pukul 22.00 menghasilkan paslon 01 sebesar 41,6% dan paslon 02 sebesar 56,4%.  Penghitungan sampai saat ini terus berjalan.

Aplikasi Jurdil 2019 yang menelanjangi kebohongan publik para lembaga survei bayaran dalam melakukan QC demikian terstruktur, sistematis, dan massif untuk memuluskan obsesi berkuasa. Sehingga semua ponsel pengurus BPN Prabowo - Sandi menjadi pusat serangan.

Modus operandinya menggunakan nomor-nomor dari beragam negara bagian, yang setiap satu menit sekali mengontak ponsel para pengurus BPN. Targetnya agar ponsel mereka tak bisa digunakan untuk berkomunikasi.

"Ironisnya, para hacker itu guooooblok," ungkap sumber Pepnews.com. Mereka tidak berpikir jika para pengurus BPN telah antisipasi kelicikan itu, dengan melengkapi setiap pengurus dengan ponsel dan nomor baru, yang tidak menggunakan nama mereka sesuai nomor KK dan nomor NIK di e-KTP.

Ponsel dan nomor baru tersebut dibagi pada 16 April 2019 malam. Karena itu, para pengurus BPN saat ini masih tetap bisa berkomunikasi dan mengetahui hasil QC sesungguhnya, yang dalam tayangan televisi nasional mengalami proses manipulasi fakta.

Buat televisi yang ingin menjunjung etika jurnalistik, sikap idependen, dan menghargai rasa idealisme bisa merapat ke Rumah Kartanegara untuk mendapatkan data yang valid.

***