Wacana ngadu imam sholat antar Capres digulirkan oleh kubu Pro Jokowi. Walaupun Prabowo sudah mengaku nyerah kalau diajak ngadu jadi imam sholat, serangan itu bukan berhenti tapi malah semakin menjadi-jadi. Artikel ini sekaligus menjawab tulisan Rusdil Fikri berjudul Tidak Mau Atau Tidak Bisa Jadi Imam Sholat di PepNews!
Tapi sampai sejauh ini, belum ada akun pro Jokowi yang memposting video Jokowi saat menjadi imam sholat bacaan zahar. Justru malah yang memposting video lama itu adalah akun-akun pro Prabowo. Mereka seolah ingin mengatakan, ini lho bacaan sholat Jokowi saat menjadi imam.
Karena menjadi imam sholat memang mempunyai syarat-syarat tertentu, di antaranya yang paling penting adalah bacaannya harus lebih baik dari makmum. Dan video lama Jokowi menjadi imam sholat itu nampak sekali terutama bacaan Alfatihahnya memang banyak sekali kesalahan. Sebagai penganut qiraat hafsh kita tahulah tajwid atau makhrajnya banyak sekali kesalahan, tapi yang paling fatal adalah “an’amta alaihim” dibaca “amta alaihim. “
Saya sih husnuzon saja. Itu kan rekaman video beberapa tahun lalu. Mudah-mudahan Jokowi dalam beberapa tahun ini sudah berhasil memperbaiki bacaanya. Insya Allah. Itulah kenapa sejak saya mendownload video imam sholat Jokowi beberap tahun lalu, saya menahan diri untuk tidak memposting, bukan hanya video yang beredar sekarang saja, tapi ada satu lagi di masjid yang berbeda.
Sampai barusan saya membaca sebuah tulisan yang mengatakan, kenapa takut menjadi imam shalat? Kan cukup dengan modal alfatihah dengan surah-surah pendek saja, seorang presiden atau capres sudah bisa jadi imam sholat. Dia tidak tahu resikonya makmum berimam pada imam yang bacaannya terutana alfatihahnya salah.
Beda kalau orang yang baru belajar sholat dan masih terus belajar bacaan sholat. Memang ada perbedaan pendapat. Ada yang berpendapat bacaan alfatihah makmum sudah “diwakili” imam terutama saat bacaan zahar. Kan kacau jadinya kalau yang dipercaya mewakili bacaan alfatihahnya salah. Ada juga yang berpendapat makmum tetap wajib membaca alfatihah. Oke lah itu soal khilafiyah. Kita tidak masuk wilayah itu.
Lebih baik saya mengambil sisi positifnya saja. Politisasi imam sholat yang digaungkan oleh kubu pro Jokowi kita ambil hikmahnya. Wabil khusus bagi Prabowo. Dengan serangan ini insya Allah tidak hanya cukup dengan mengaku belum pantas menjadi imam sholat saja. Tapi justru serangan ini menambah semangat Prabowo untuk terus belajar memperbaiki bacaan sholatnya. Begitu juga bagi Jokowi. Insya Allah.
Saya mau tarik energy positif ini ke wilayah yang lebih luas. Bukan hanya bagi Prabowo dan Jokowi. Setiap pemimpin atau calon pemimpin yang beragama Islam dari level yang paling rendah sampai level yang paling tinggi, tantangan menjadi imam sholat ini menjadikan semangat belajar atau memperbaiki bacaan sholatnya semakin tinggi.
Bagi pro Jokowi yang sudah kepalang basah menyiram wacana adu sholat ini, jangan kepalang tanggung. Walaupun beda pilihan politik, saya akan apresiasi jika parpol-parpol koalisi pro Jokowi mengajak parpol-parpol pro Prabowo jika lolos ke senayan nanti, mengusulkan pada KPU membuat peraturan, bagi calon pemimpin baik tingkat daerah maupun pusat yang beragama Islam, wajib bisa menjadi imam sholat, dalam pengertian bacaan sholatnya harus bagus. Abaikan saja PSI. Belum tentu juga lolos ke senayan.
Kalau hal itu dilakukan, saya akan angkat topi setinggi langit. Tapi kalau cuma berhenti pada politisasi imam sholat, ya lebih baik kubu pro Jokowi ambil cermin, setelah itu hentikan ocehan soal politisasi agama yang ditujukan pada kubu Prabowo. Itu!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews