Pertarungan Final Megawati vs Jokowi

The rulling party memerlukan stadion Gelora Bung Karno untuk perayaan Bulan Bung Karno di mana PDIP, sebagaimana dipidatokan Megawati Soekarnoputri, mengharuskan konsolidasi politik akan dimulai dari dan di sana!

Minggu, 2 April 2023 | 06:37 WIB
0
1363
Pertarungan Final Megawati vs Jokowi
Megawati dan Jokowi

Pada akhirnya harus dikatakan, untuk sementara ini, Megawati mampu mengkanvaskan Jokowi. 

Sebagai petugas partai, yang ditunjuk dalam pencapresan 2014 dan kemudian 2019, Jokowi telah menjadi macan, bahkan raja macan. Untung bukan singa, sehingga dia tidak menjadi raja singa. Di ujung masa tugasnya, Jokowi adalah kekuatan real politic, yang bahkan melampaui Megawati sebagai ketua umum dari the rulling party. 

Kontestasi matahari kembar di PDIP, memuncak dalam pidato penuh sinisme pada ultah PDIP di awal tahun 2023, ketika Megawati Sukarnoputri menyebut “Pak Jokowi kalau enggak ada PDI-P, kasihan deh!”

Pangkal soalnya, ulangtahun PDI-P terpaksa dilaksanakan di Jakarta International Expo. Padal, PDIP mengajukan di stadion Gelora Bung Karno. Tapi Setneg sebagai pengelola perijinan dalam hal pemakaian GBK, tidak mengijinkan pemakaian GBK berkait persiapan Indonesia menyongsong PDU-20 2023. 

Celakanya, pada Maret 2023, stadion GBK dipakai konser Blackpink, grup vokal wanita dari Korea Selatan. Hal ini menjadi persoalan serius bagi Megawati, bila dikaitkan dengan pidato politiknya pada ulangtahun partai, "Tadinya maunya (ultah PDIP) di GBK. Jadi siap-siap nanti bulan Bung Karno 1 Juni akan dilakukan lagi konsolidasi itu diadakannya di Gelora Bung Karno." 

Bulan Juni, putaran PDU-20 2023 menurut jadwal FIFA (20 Mei – 11 Juni 2023), pada putaran 16 besar yang dipusatkan di GBK Jakarta, berlangsung mulai 30 Mei hingga 11 Juni 2023. Baru kemudian akan ditutup pada final PDU-20 di Stadion Manahan Solo. Dalam pada itu, mungkinkah PDIP menyelenggarakan Bulan Bung Karno di Stadion GBK, yang oleh Erick Thohir dikatakan tidak boleh untuk aktivitas apapun selain PDU-20?

Pertanyaan seriusnya: Maukah Megawati dua kali dikalahkan oleh larangan Erick Thohir, sebagai Ketua Umum PSSI? Dua kali kalah maju Pilpres (2004 dan 2009), menyakitkan bagi Megawati. Apalagi kini mau dua kali kalah oleh Erick Thohir? Sementara orang lain enak saja mau memasangkan Ganjar Pranowo dengan Erick Thohir?

Skakmat pun dilancarkan dari pinggiran. Meski sudah menandatangani host city agreement pun, Gubernur Bali I Wayan Koseter mengirim surat pada Menpora. Keberatan penyelenggaran drawing PDU-20 31 Maret 2023 di Bali. Alasan yang dikemukakan sebelumnya, karena keamanan berkait kesertaan Timnas Israel. Trauma bom katanya. Belakangan (setelah pembatalan FIFA), Kapolda Bali membantah, bahwa suasana Bali kondusif. Artinya, aman terkendali. Sebagai tuan rumah yang bertanggungjawab dan berkomitmen, Jokowi tentu telah mengkonsolidasikan TNI, Polri, dan BIN. 

Namun, pernyataan penolakan Timnas Israel juga disuarakan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dengan alasan sangat politis. Berkait konstitusi. Berkait ideologi Sukarno. Blablabla. Sesuatu yang out of context, dan perlu diperdebatkan serius soal pemahaman ideologi Bung Karno, yang mestinya sebagai ajaran terbuka tidak boleh dimonopoli PDIP.

Dan FIFA pada 26 Maret mencopot Indonesia dari posisi tuan rumah. Pencopotan Indonesia sebagai tuan rumah event international, sangat memalukan. Menampar Jokowi sebagai presiden Republik Indonesia. Melihat timeline progresinya, terlihat dalam day-to-day yang ketat, menunjukkan bagaimana pertarungan antara Jokowi versus Megawati. 

Koster kirim surat ke Menpora pada 14 Maret, untuk penolakan tempat drawing PDU-20 yang direncanakan 31 Maret di Bali. Jokowi bertemu Megawati 18 Maret di Istana Merdeka selama 3 jam. Konon membicarakan masalah serius kenegaraan. Antara lain, Jokowi mengaku menyampaikan soal peta politik Pilpres dengan data angka-angka. Lima hari kemudian, 23 Maret, Ganjar Pranowo menyatakan penolakan Timnas Israel berkait PDU-20, dengan alasan yang tampaknya begitu gagah. Ya, sebagai bacapres memang harus tampak nasionalis, patriotis, seperti Bung Karno. Endingnya: FIFA kemudian mencopot Indonesia sebagai tuan rumah pada 26 Maret. Fine.

Mesti dibungkus kata-kata historis-patriotik, oleh Doktor geopolitik Hasto Kristianto merangkap sekjen PDIP, juga para elite PDIP yang semua turun lapangan membela sikap penolakan PDIP atas Timnas Israel, pertarungan itu tak bisa ditutupi.

Apakah hal itu terkait dengan kerasnya dialog 18 Maret, antara Jokowi dengan Megawati, yang berlangsung hingga 3 jam? Di mana waktu itu, menurut pengakuan Jokowi, ia memberi masukan, peta kekuatan dan data, yang hampir pasti juga pasokan data dari BIN, yang membuat Megawati mengeras? Dan Jokowi juga mengeras?

Ketika Jokowi menyatakan olahraga jangan dicampur-adukkan dengan politik, Jokowi sendiri tak bisa menafikan juga melakukan pencampuran. Kenapa Jokowi ambisius ingin menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah PDU-20 2023? Karena ini kesempatan emas, yang belum tentu bisa terpegang Indonesia 50 tahun lagi. Keanggotaan FIFA mencapai 216 negara. Indonesia bidding untuk menjadi tuan rumah, harus bersaing dengan negara lain. Dimulai dari 2019. 

Ambisi itu juga dikaitkan dengan progresi persepakbolaan Indonesia, yang sangat crowded. Dengan posisi tuan rumah, Timnas U-20 lolos tidak lolos seleksi, bisa mendapat tiket giveaway. Sekali dayung, beberapa pulau terlampaui. Jokowi hendak memakai untuk mempromosikan Indonesia di mata dunia. Bukan sekedar prestasi olahraga (yang justeru karena masih berat), melainkan juga sebagai negara maju, ramah-lingkungan. Di mana hal itu memungkinkan untuk menangguk keuntungan, apakah investasi atau geliat ekonomi paska pandemi.

Tapi, masalahnya, the rulling party memerlukan stadion Gelora Bung Karno untuk perayaan Bulan Bung Karno di mana PDIP, sebagaimana dipidatokan Megawati Soekarnoputri, mengharuskan konsolidasi politik akan dimulai dari dan di sana! Senyampang itu, Jokowi hanyalah petugas partai. Titik! 

Demikian ananda Hokky Caraka dkk. Game over!

Sunardian Wirodono