Mungkinkah Islam Sunni Irak (Saddam Hussein) Kembali Berkuasa ?

Kamis, 18 Februari 2021 | 13:08 WIB
0
191
Mungkinkah Islam Sunni  Irak (Saddam Hussein) Kembali Berkuasa ?
News

Peranan media memang sangat penting. Ia mampu meyuarakan kepentingan Dunia Ketiga, tetapi tidak cukup, karena media juga dikuasai negara-negara yang menang dalam Perang Dunia II. Lihatlah berbagai negara seperti,  Amerika Serikat (AS), Inggris dan Prancis. Tetapi media di Republik Rakyat China (RRC) dan Rusia, sama-sama negara komunis, maka akan lebih sulit memperoleh informasi yang akurat.

Sejauh ini, tidak tahu apa yang terjadi sebetulnya di RRC. Misalnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saja dengan bangga dan gembiranya berangkat ke RRC untuk mengetahui asal usul penyakit Covid-19. Apa yang terjadi setelah tiba di RRC?

Tidak satu pun informasi yang bisa WHO peroleh, selain melakukan berbagai wawancara di rumah sakit. Tetapi tetap  data yang perlu sekali untuk mengetahui apakah asal usul Covid-19 itu memang  awalnya berasal dari RRC ? Ternyata mereka tidak mampu memperoleh datanya.

Di Rusia, pun demikian. Saya bersyukur pada bulan Desember 1992 singgah di ibu kota Rusia, Moskow dalam perjalanan menuju Baghdad, ibu kota Irak. Dulu tahun 1992, masih disebut Uni Soviet, terapi setelah Vladimir Putin muncul sebagai orang nomor satu di negara tersebut, terjadi berbagai perubahan. Yang tidak berubah adalah negara itu tetap meyakini komunisme sebagai dasar berpijaknya.

Selanjutnya, bagaimana dengan negara Barat, seperti AS ? Berbeda dengan sumber berita di negara-negara komunis, negara Barat memiliki ciri khasnya pula. Bagaimana pun ada pengecualiannya, karena tidak semua informasi itu terbuka seluas-luasnya agar diketahui oleh masyarakat. Mengapa pemilik Grup Merdeka (Harian Merdeka, Minggu Merdeka, Harian berbahasa Inggris Indonesia Observer, Majalah Berita Topik dan Majalah ibu dan anak Keluarga) Burhanudin Mohamad (B.M) Diah pada tahun 1992 mengutus saya ke Irak ? Itu dikarenakan,  meski sudah ada berbagai kantor berita asing, terapi mungkinkah informasi itu berimbang?

Ia (B.M.Diah) ingin sekali mengetahui informasi langsung, apa yang saya lihat sendiri di Irak. Bayangkan seorang tokoh pers yang juga telah makan asam garamnya di dunia jurnalistik, juga setelah usianya 75 tahun, masih ingin mendengar informasi langsung dari Irak. Sebuah negara yang kaya minyak (Irak), tetapi masih bisa dipermainkan negara Barat demi keinginan sumber daya minyak Irak.

Cerita tentang Irak akhir-akhir ini muncul kembali, tetapi tentang tangkapan layar yang menampilkan putri tertua mantan pemimpin Irak Saddam Hussein, yaitu Raghad Saddam Hussein, yang muncul di stasiun televisi Al Arabiya TV, milik Arab Saudi pada Senin, tanggal 15 Februari 2021. 

Kemunculannya lantas memicu krisis diplomatik antara Irak dengan Arab Saudi dan Yordania sebagaimana dilansir dairi Middle East Monitor, Selasa, 16 Februari 2021.

Raghad muncul bersama Sohaib Charair dalam sebuah program acara yang disiarkan oleh Al Arabiya TV, saluran televisi yang bertaut dengan Arab Saudi.

Dalam acara tersebut, Raghdad mengatakan bahwa dia bisa berperan dalam perpolitikan Irak.

Charair bertanya pada Raghad dalam acara itu, apakah dia berniat untuk memainkan peran yang lebih langsung dalam perpolitikan di Irak segera.

Raghdad lantas menjawab pertanyaan tersebut, "Segalanya mungkin."

Selain itu, Raghdad juga mengecam campur tangan Iran di kawasan itu. Dia menggarisbawahi bahwa Iran melanggar Irak setelah tidak adanya kekuatan nyata.

Setelah acara tersebut, Kementerian Luar Negeri Irak memanggil Duta Besar Yordania dan Arab Saudi di Baghdad.

Kementerian Luar Negeri Irak memprotes kenapa Raghad diperbolehkan muncul di televisi.

Raghad telah tinggal di Ibu Kota Yordania, Amman, sejak 2003. Ketika itu Amerika Serikat (AS) menginvasi Irak dan menggulingkan ayahnya.

Kembali, bahwa masalah ini berkaitan dengan informasi. Raghad berhasil memainkan media yang berpengaruh, tetapi apakah ia ( Islam Sunni) berhasil mengambil alih kekuasaan di Irak? Masih menjadi tanda tanya.