Testimoni (4): Saatnya Gunakan Desinfektan Non Alkohol, Bukan Alkohol!

Sabtu, 4 April 2020 | 21:06 WIB
0
607
Testimoni (4): Saatnya Gunakan Desinfektan Non Alkohol, Bukan Alkohol!
BPBD Kabupaten Tuban menerima bantuan desinfektan berbasis Probiotik Siklus. (Foto: Istimewa)

Walikota Surabaya Tri Rismaharini bersama Rektor IT Telkom Surabaya Tri Arief Sardjono melakukan uji coba panggunaan bilik sterilisasi yang dikembangkan IT Telkom Surabaya di Rumah Dinas Walikota Surabaya, Sabtu (21/3/2020).

Seperti dilansir GridHealth.id, Sabtu (21/3/2020), berbagai upaya dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19 mulai dari cuci tangan 20 detik, physical distancing, dan penyemprotan desinfektan.

Belakangan ini malah mulai bermunculan bilik desinfeksi atau disinfection chamber. Katanya bisa mencegah dan membunuh Virus Corona atau Covid-19. Berbagai tempat pasang bilik desinfeksi ini guna mensterilkan tubuh dan mencegah penyebaran Covid-19 yang menempel di seluruh tubuh manusia.

Walikota Risma menilai, penggunaan bilik lebih sempurna ketimbang cuci tangan karena penyemprotan dilakukan di seluruh badan. Risma turut mempromosikan bilik desinfektan kepada Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto melalui video call.

Seperti dilansir Kompas.com, Sabtu (21/3/2020), kepada Hasto, Risma menyampaikan keunggulan dari bilik yang dikembangkan oleh IT Tekom Surabaya untuk mencegah penyebaran Covid-19.  

“Kalau pakai hand sanitizer hanya membersihkan tangan. Namun, dengan bilik disinfektan ini maka seluruh tubuh dibersihkan, sehingga badan benar-benar bersih dari berbagai virus dan kuman,” kata Risma, di Rumdin Walikota Surabaya.

“Caranya dengan modifikasi shower dalam bak kaca kamar mandi, dan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan serta tim teknis, maka blower yang ditambahkan dalam bilik tersebut menyemprotkan desinfektan dengan ukuran tertentu,” kata Risma.

“Hasilnya, selain lingkungan diamankan dengan penyemprotan desinfektan, maka tubuh pun akan terlindungi. Kami sedang merancang model yang berbentuk lorong sehingga mampu bekerja cepat dan skalanya lebih besar,” ujar Risma.

Alhasil, pada Minggu (22/3/20) lalu, Pemerintah Kota Surabaya, melalui arahan Risma, kemudian memasang dua bilik sterilisasi di Bandara Juanda. Bilik desinfeksi juga sudah terpasang di Istana Negara, Stasiun Bojonegoro, dan Terminal Rajekwesi Bojonegoro.

Alih-alih digunakan sebagai langkah pencegahan Covid-19, organisasi kesehatan dunia, yaitu World Health Organization (WHO) justru tidak merekomendasikan penggunaan bilik desinfeksi karena tidak berdampak positif.

Bilik yang berisikan cairan desinfektan seperti alkohol, clorin, H2O2 justru membahayakan manusia hingga dua tahun ke depan (karsinogenik), dan sampai saat ini tidak ada cairan apapun yg direkomendasikan.

Meski Covid-19 tersebar, melakukan desinfeksi kota dan masyarakat bukan cara yang efektif untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Sehingga praktek penyemprotan desinfektan yang meluas dengan alkohol di udara, di jalan, kendaraan, maupun pada manusia perlu dihindari karena kandungan dalam deinfektan berpotensi membahayakan manusia.

Pun dalam pesan tersebut menegaskan jika RS Harapan Kita, Jakarta, juga merujuk pada WHO yang tidak menganjurkan penggunaan bilik desinfeksi untuk mensterilkan tubuh dari penyebaran Covid-19.

Selain itu disebutkan juga jika komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) RSCM juga tidak menganjurkan menggunakan bilik desinfeksi karena tidak sesuai dengan pedoman WHO.

Pun disebutkan, Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia (PERDALIN) bersama dengan Kementerian Kesehatan, juga diketahui telah membahas terkait hal ini, sehingga materi regulasi akan segera dikeluarkan.

Dengan demikian, untuk melakukan pencegahan Covid-19 dan tetap menjaga agar tubuh senantiasa steril, kita cukup mencuci tangan dan menggunakan masker.

Bagi para tenaga medis selaku pihak yang merawat pasien Covid-19 secara langsung, maka dianjurkan untuk mandi dengan bersih dan mengganti pakaian yang bersih.

Setelah menjadi polemik, akhirnya pihak Kemenkes RI mengeluarkan surat edaran tentang penggunaan bilik desinfektan yang sedang menjadi perbincangan di masyarakat. Tarik ulur mengenai penggunaan bilik kesehatan ini merujuk pada keputusan WHO.

Dalam surat edaran tersebut Kemenkes RI mencermati bilik disinfeksi yang sekarang banyak digunakan di masyarakat untuk mendisinfeksi permukaan tubuh yang tidak tertutup, pakaian dan barang-barang yang digunakan atau dibawa oleh manusia.

Berdasarkan informasi dari lapangan yang dikumpulkan Kemenkes RI, berbagai macam cairan desinfektan yang digunakan untuk bilik disinfeksi ini diantaranya adalah diluted bleach (larutan pemutih/natrium hipoklorit), klorin dan sejenisnya, etanol 70%, amonium kuarterner (seperti benzalkonium klorida), hidrogen peroksida (H2O2) dan sebagainya.

Rekomendasi Kemenkes RI yang diteruskan ke seluruh Dinas Kesehatan dari provinsi hingga kabupaten ini tegas mengimbau agar tidak lagi menganjurkan penggunaan bilik desinfeksi di Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) serta permukiman.

Memajankan desinfektan langsung ke tubuh secara terus-menerus dapat menyebabkan iritasi kulit dan iritasi pada saluran pernapasan.

Non Alkohol

Solusi aman untuk pencegahan penularan virus Corona saat ini adalah dengan menggunakan desinfektan non alkohol.

Tim Probiotik Indonesia (Probindo) menjelaskan bagaimana cara membuat desinfektan non alkohol.

Bahan-bahannya (dalam hitungan 1 L), terdiri dari: Air salinitas 27-35, sampai 1 L; Glyserol/glyserin : 10-15 ml, atau diganti Rebusan daun sirih; PS G17 : 10-20 ml; Aroma: bebas.

Cara membuat air salinitasnya, sebagai berikut: 1. Menggunakan garam inggris (beli di toko kimia), untuk setiap 1 gram, bisa untuk 20 L air biasa/air non mineral; Atau 2. Merebus atau melarutkan garam, setiap liter butuh 5-10 gram.

Keterangan: Yang bisa menghentikan aktifitas kehidupan virus atau bakteri itu: des-infektan, dan air salinasi/garam.

Glyserin sebagai pelarut, supaya tidak kental. Salinitas sebagai media hidup, serta sebagai antivirus/antibakterial.

Dengan adanya CG17, selain merubah sifat murni antivirus/antibakterial, juga mengendalikan aktifitas virus yang bergerak liar. Cairan ini akan menempel dan mengikat virus supaya tidak regeneratif secara terus menerus.

Mampukah seperti itu? Sangat mungkin mampu, karena ada unsur CG17, bakteri siklus yang sifat-sifat dan besarannya  serupa dengan dengan Covid-19 itu sendiri.

“Kalau saya tuliskan CG17 Itu pilihan idealnya. Kalau belum ada, bisa menggunakan varian lainnya yang ada, bisa G10/G12/G8,” ujar Ustadz Ali Athwa, anggota Tim Probinto.

Apakah Harus Menggunakan Air Non Mineral untuk Pembuatan Semprotan Probiotik Siklus?

[25/3 08.17] US: Afwan saya mau tanya. Beneran belum paham. Kenapa yang disprai-sprai pakai airnya harus yang non mineral? Bukannya kalau bakterinya tambah banyak malah bagus? Ngapunten. Yang bisa jawab mohon diluruskan ini pemikiran saya.

[25/3 08.29] Bpk Mentor: Sebenarnya tidak apa-apa. Tapi belum semua orang paham PS. Kalau disemprotin airnya keruh, nanti bingung........., tidak bisa menerima.

Dengan air non mineral, proses regeneratif luambat ... Kalau dengan air mineral, bisa lebih cepat. Kemungkinan kelihatan keruh itulah yang dihindari.

Pihak Probindo sendiri sudah memberikan bantuan desinfektan non alkohol ini ke Pemkab Tuban.

***