Harusnya, kartel mafia migas sudah bisa menyetop mereka sebagai buzzer, karena serangan yang mereka lakukan terhadap Ahok tidak efektif. Buang-buang duit bayar buzzer seperti itu.
Dari beberapa artikel yang sudah penulis posting, terkait pengangkatan Ahok sebagai Komisaris Utama Pertamina, penulis memprediksi serangan terhadap Ahok tidak akan berhenti.
Kartel mafia migas tidak akan tinggal diam, lewat buzzer dari kalangan profesional Ahok akan diserang bertubi-tubi. Perhatikan saja materi argumentasi yang digunakan itu-itu saja.
Buzzer kartel mafia migas bukanlah orang-orang sembarangan, sebagai corong omongan mereka sangat didengar masyarakat. Mereka Memiliki background dari berbagai profesi, ada ekonom, politisi, dan bahkan pengamat migas.
Kalau dibandingkan buzzer politik, jelas kelas mereka diatas kelas buzzer Jokowi. Kegaduhan soal Ahok, adalah kegaduhan yang sengaja mereka ciptakan, agar situasi politik tidak kondusif.
Persoalannya, siapa saja mereka agak susah diidentifikasi, karena secara kasat mata tidak ada yang menduga kalau mereka sedang melakukan pekerjaan sebagai buzzer.
Tapi kalau melihat intensitas kemunculan mereka dimedia, bisa diduga kuat kalau mereka menyerang Ahok atas kepentingan 'pihak ketiga', bukanlah atas kepentingan mereka pribadi.
Kasus-kasus yang mereka angkat untuk men-downgrade Ahok cuma kasus usang yang sudah berkali-kali diklarifikasi KPK. Seharusnya, kalau memang punya bukti yang kuat, ngapain mereka menciptakan 'noise', cukup bawa buktinya, dan buktikan secara hukum.
Mereka berisik dihadapan media memang karena sebagai buzzer mereka harus bikin bising secara politik. Jadi bukan karena mereka menguasai secara data kasus-kasus Ahok, tapi semata karena tuntutan tugas.
Kalau kasus-kasus yang mereka angkat itu punya kekuatan secara hukum, pastinya Ahok sudah dibui karena kasus tersebut. Tapi nyatanya sampai saat ini Ahok hanya tersandung kasua penistaan agama.
Penulis bukanlah buzzer Ahok, tapi penulis merasa perlu menuliskan hal ini, untuk meng-counter noise yang penulis anggap sudah diluar batas. Hanya untuk membela kartel mafia migas yang sudah merugikan negara, mereka sanggup menjalankan profesi Sebagai buzzer.
Padahal, dengan profesi mereka saat ini saja mereka sudah sangat terhormat, tapi hanya karena godaan rupiah bahkan mungkin dollar, mereka bisa melampiaskan kebenciannya terhadap Ahok dengan kesumat.
Semakin mereka mengumbar ketidaksukaannya terhadap Ahok dimedia, semaki pula kedok mereka sebagai buzzer kartel mafia migas akan terkuak. Untungnya Ahok tidak merespon serangan mereka.
Ahok memang tidak perlu menanggapi noise yang mereka ciptakan, Ahok harus tetap fokus pada tugas dan tanggung jawabnya sebagai Komisaris Utama Pertamina. Ahok harus buktikan, apa yange mereka tuduhkan tidaklah benar.
Serangan para buzzer kartel mafia migas bukan cuma menyerang Ahok, tujuannya juga untuke menyerang Jokowi sebagai orang yang menunjuk Ahok untuk menduduki jabatan Komisaris Utama Pertamina.
Buzzer ini pada waktunya akan kehabisan amunisi, karena mereka tidak cukup punya amunisi buat menyerang Ahok. Amunisi mereka cuma kasus-kasus lama Ahok yang tidak pernah ada kejelasannya secara hukum.
Selain daripada itu, mereka tidak mempunyai amunisi yang memadai untuk menyerang Ahok. Lihat saja argumentasi yange mereka kemukakan kemedia dari Hari kehari cuma itu-itu saja.
Harusnya, kartel mafia migas sudah bisa menyetop mereka sebagai buzzer, karena serangan yang mereka lakukan terhadap Ahok tidak efektif. Buang-buang duit bayar buzzer seperti itu, serangannya tidak tepat sasaran.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews