Mengendus Hilangnya Rp800 Triliun Uang Keluarga Raja Salman di Bank Mandiri

Untuk merealisasikannya, Michael Olsson, pengusaha berkebangsaan Swedia sebagai owner PT SSS mencari investor. Dapatlah investor dari lingkungan keluarga Raja Salman dari Arab Saudi.

Rabu, 28 Agustus 2019 | 21:21 WIB
0
2625
Mengendus Hilangnya Rp800 Triliun Uang Keluarga Raja Salman di Bank Mandiri
Michael Olsson di Polda Metro Jaya. (Foto: Istimewa).

Bank Mandiri benar-benar panik! Tiga tulisan perihal raibnya dana nasabah di Bank Mandiri di situs fnn.co.id sudah di-suspend oleh Holding Hosting di Singapura atas permintaan Bank Mandiri. Pemilik rekening pun lapor ke Polda Metro Jaya.

Tulisan pertama, Dijebol Siber Rp 9 Triliun, Bank Mandiri Segera Bangkrut? tayang pada Selasa, 13 Agustus 2019. Tulisan ini dibantah Bank Mandiri sebagai berita hoax. Tak hanya itu. Bank Mandiri melaporkan FNN ke Polda Metro Jaya.

Tulisan kedua, Direksi Bank Mandiri Tidak Perlu "Jumawalah". Disebutkan, Direksi Bank Mandiri tidak perlu melakukan pendekatan pola-pola Orde Baru dalam menanggapi kritik dari publik. Sebaiknya direksi Bank Mandiri perlu belajar dari direksi empat bank.

Yaitu BDN, Bapindo, Ban Eksim, dan BBD, yang dimerger menjadi Bank Mandiri. Mereka para mantan direksi empat bank yang dimeger menjadi Bank Mandiri umumnya alergi terhadap kritik dan masukan dari publik.

Dampaknya empat bank tersebut bermasalah dan dimerger menjadi Bank Masidiri. Dirut Bapindo Towil Haryoto, Dirut Bank Eksim Kosradi, dan Dirut BBD Syahrial berakhir di penjara.

Direksi dan Komisaris Bank Mandiri sekarang adalah orang-orang yang tidak punya keringat ketika gerakan reformasi 1998. Sehingga tidak perlulah mewarisi cara-cara Orde Baru dalam menanggapi kritik publik.

Ikuti ulasannya oleh Luqman Ibrahim Soemay.

Tulisan ketiga, Bank Mandiri Akan Dituntut Nasabah Atas Kehilangan Dana Rp800 Triliun.

Disebutkan, Bank Mandiri harus bersiap- siap menghadapi tuntutan dari nasabahnya sendiri. Angka yang dituntut kali ini bukan hanya Rp9 triliun, seperti yang diberitakan fnn.co.id pada 13 Agustus 2019 lalu, tetapi angkanya lebih besar lagi, yaitu Rp 800 triliun.

Angka yang tidak tangung-tanggung bagi Bank Mandiri. Dengan aset Bank Mandiri hari ini hanya Rp 1.300 triliun, dan sebagian besar adalah dana pihak ketiga, maka tuntutan ini bisa menjadi isyarat kurang baik bagi Bank Mandiri.

Apalagi dana Rp800 triliun tersebut, masih terkait dengan keluarga Raja Arab Saudi Salman Bin Abdul Azis. Silahkan ikuti ulasannya oleh Luqman Ibrahim Soemay di  fnn.co.id berikut ini

Tadi malam (26/8/) tulisan ketiga di-upload. Dalam hitungan menit sudah ratusan yang baca. Paginya (27/8) pembacanya mencapai puluhan ribu. Siangnya Bank Mandiri bikin bantahan. Sekitar pukul 15.00 portal fnn.co.id tidak bisa diakses.

Kini ketiga tulisan itu sudah dihilangkan oleh Holding Hosting di Singapura, meski semua jejak digital link judulnya tak hilang, terbaca. “Bukti surat permintaan dari Bank Mandiri ke Singapura sudah di tangan,” kata Kisman Latumakulita.

“Mandiri yang minta ke Holding Hosting di Singapura, dan Singapura minta ke cabang di Jakarta," lanjutmya.  Beberapa bukti tentang adanya transfer uang senilai Rp800 triliun yang ditulis itu, kata Pemimpin Umum fnn.co.id ini, sudah dipegang FNN.     

Menurutnya, dua tulisan pertama, dikira FNN tidak punya data. “Begitu tulisan ketiga kita lengkapi dengan dokumen, Mandiri kelimpungan, harga saham Mandiri di pasar modal juga bergeliat terjun bebas,” ungkap wartawan senior ini.

Dan, “Kenyataan ini diikuti oleh harga saham bank BUMN yang lain. Kondisi ini berbalik 180 derajat dengan harga saham bank-bank swasta, yang bergerak naik,” ungkap Kisman kepada Pepnews.com, Rabu (28/8/2019).

Michael Olsson

Adalah Michael Olsson yang mengaku sebagai pemilik uang Rp800 triliun, namun Bank Mandiri tidak mengakuinya. Akhirnya, Olsson melaporkan pencemaran nama baiknya oleh Bank Mandiri ke Polda Metro Jaya, Rabu (28/8/2019).

Seperti ditulis fnn.co.id, cerita terperangkapnya dana keluarga Raja Salman Rp800 triliun itu, berawal pada September 2018. Ketika itu PT Shield Security Solution (SSS) merencanakan membangun bisnis Big Data Syariah di Asia Pacific, dengan Indonesia sebagai hub-nya.

Untuk merealisasikan maksud tersebut, Michael Olsson, pengusaha berkebangsaan Swedia sebagai owner PT SSS mencari investor. Dapatlah investor dari lingkungan keluarga Raja Salman dari Arab Saudi.

Setelah disepakati, maka disiapkan dana sebesar 50 Miliar EURO atau ekuivalen dengan Rp 800 triliun (dengan kurs Rp16.000 per Euro). Dana itu ditransfer dari rekening keluarga Raja Salman di Barclays Bank, London ke rekening PT SSS di Bank Mandiri.

Michael Olsson adalah nasabah lama di Bank Mandiri sejak puluhan tahun lalu. Ia menjadi nasabah sejak masih di Bank Bumi Daya (BBD), satu dari empat bank BUMN yang dimerger menjadi Bank Mandiri.

Jadi, Olsson punya banyak kawan dekat di kalangan internal Bank Mandiri. Selain itu, Olsson juga mempunyai 6.000 karyawan yang melakukan transfer gaji lewat Bank Mandiri.

Akibat dari jumlah uang yang dikirim ke rekening SSS di Bank Mandiri terlalu gede dan lintas negara pula, maka dana itu ditransfer menggunakan fasilitas Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT).

Itu sebabnya, transfer tersebut juga sepengetahuan European Central Bank (ECB) atau Bank Central Eropa dan Bank Indonesia (BI). Tidak bisa langsung dari Barclays Bank London ke Bank Mandiri.

SWIFT merupakan sebuah asosiasi yang menaungi dan menghubungkan kurang lebih 11.000 lembaga sekuritas dan nasabah korporasi papan atas dunia. Anggotanya tersebar di lebih 200 negara. Keberadaan SWIFT bertujuan memudahkan dan menghubungkan dua atau lebih bank dalam melakukan transaksi keuangan antar negara.

Sebagai hub, SWIFT, tidak memiliki hak akses atas dana yang ditransfer. Ketentuan itu juga berlaku atas data nasabah dan data informasi keuangan yang digunakan. Dengan demikian, keamanan data dan informasi keuangan nasabah sangatlah terjamin.

Masing-masing bank memiliki SWIFT code yang berjumlah 8 hingga 11 karakter yang sangat unik. Jika suatu saat ada yang menanyakan Bank Identifier Code (BIC) bank Anda, atau bank tujuan transfer Anda, maka tunjukkan saja SWIFT kode banknya.

Hampir dipastikan transaksi Anda dengan sendirin akan berjalan lancar. Setelah mendapatkan konfirmasi dari Barclays Bank London bahwa uang yang dikirim sudah masuk, tentu saja owner SSS lantas menyambangi Bank Mandiri untuk mengonfirmasi.

Namun sayangnya, pihak direksi Mandiri tak mau menemui Michael Olsson. Pihak Michael Olsson hanya dilayani oleh Vice President Customer Care Bank Mandiri, itu pun juga hanya melalui surat. Isinya mengatakan kepada Olsson bahwa tidak dana ada yang masuk senilai 50 Miliar EURO.

Lebih dari sekali Olsson berusaha menemui Dirut Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo dan Direktur Treasury dan Internasional Banking Bank Mandiri Darmawan Junaidi. Tapi, selalu saja keduanya menghindar untuk menemui Olsson.

Dan, selalu saja VP Customer Care Bank Mandiri yang menjawab Olsson. Jawaban pun dengan surat, yang isinya memberitahukan bahwa tidak ada dana masuk dari Barclayas Bank London sebesar 50 Miliar EURO.

Olsson pun mengontak Barclays Bank London. Dia mendapat konfirmasi bahwa dana yang ditransfer sebesar 50 Miliar EURO sudah sampai di Bank Mandiri. Bahkan Barclays Bank melalui SWIFT code yang dimilikinya bisa melihat bahwa uang itu telah sampai ke rekening PT SSS di Bank Mandiri.

Bemodalkan 6.000 karyawan yang menggunakan Bank Mandiri sebagai sarana mentransfer gaji karyawan, Michael Olsson tentu saja memiliki jaringan di internal Bank Mandiri. Karena memang sudah lama menjadi nasabah Bank Mandiri sejak masih BBD.

Olsson mengaku mendapatkan informasi dari internal Bank Mandiri bahwa uang sebesar 50 Miliar EURO tersebut sudah masuk. Tidak semua orang dan level di Bank Mandiri memiliki akses SWIFT code.

Perlu diketahui, di Bank Mandiri hanya 30 orang yang memiliki akses SWIFT code ini. Salah satunya adalah “orangnya” Michael Olsson di dalam Bank Mandiri.

Alih-alih mendapat klarifikasi mengenai masuknya uang dari Barclays Bank London. Olsson malah mendapat surat dari VP Customer Care Bank Mandiri kembali bahwa pihaknya telah berkomunikasi dengan Barclays Bank London.

Intinya Bank Mandiri telah mengklarifikasi bahwa tidak ada uang masuk dari Barclays Bank London ke rekening PT SSS di Bank Mandiri senilai 50 Miliar EURO.

Menurut cerita Olsson, setelah mendapat surat pemberitahuan dari VP Customer Care Bank Mandiri, Olsson langsung melakukan konfirmasi ke Barclays Bank, London.

Ternyata pihak Barclays memberitahukan bahwa tidak ada komunikasi antara Bank Mandiri dan Barclays Bank London. Artinya, Bank Mandiri telah berbohong kepada Olsson.

Jika demikian adanya, siapa yang benar mengenai nasib uang keluarga Raja Salman sebesar 50 Miliar UERO atau Rp 800 triliun tersebut?

Olsson mendapat kesan ada upaya dari Bank Mandiri menghapus jejak digital uang masuk ke rekening PT SSS di Bank Mandiri.

“Jejak digital itu yang terhapus di Bank Mandiri, termasuk yang berdampak pada hilangnya dana Bank Mandiri sebesar Rp 9 triliun tersebut,“ ujar Olsson.

Pihak Bank Mandiri sendiri sudah bantah dan menuding FNN menyebar berita  hoax yang berasal dari Olsson. Tampaknya kasus ini bakal ramai. Apalagi jika terbukti justru Mandiri yang bohong.

***