Saya yakin, pengalaman saya ini sedang dialami juga oleh orang lain. Kalau pun tidak persis sama, setidaknya agak mirip. Pengalaman tersebut terkait dengan pilihan pribadi di Pilpres 2019 nanti.
Kurang lebih dua bulan lagi, warga Indonesia yang punya hak pilih akan memberikan suaranya untuk memilih pasangan pemimpin negeri periode 2019-2024. Dan salah satu pemilik hak pilih itu adalah saya sendiri.
Jujur, di keluarga inti saya (ibu, kakak dan kedua adik saya), baru saya yang sudah pasti akan memilih pasangan Jokowi dan Ma'ruf Amin. Mereka belum sepaham atau satu suara dengan pilihan saya sampai sekarang. Bahkan saya kadang diajak untuk mempertimbangkan kembali keputusan saya bagi pasangan nomor urut 01 tersebut.
Ada banyak alasan yang muncul dari mereka, salah satunya karena kinerja pemerintah yang sedang berjalan belum memuaskan. Untuk ini, saya sesungguhnya sepakat dengan mereka. Saya tidak menafikkan hal itu. Betul, pemerintah saat ini masih banyak kekurangannya. Beberapa janji kampanye empat tahun lalu tidak terpenuhi.
Namun saya bersyukur, perbedaan pendapat tidak membuat kami berkonflik. Sampai sekarang kami tetap saling memahami. Mereka dengan pilihan mereka, saya dengan pilihan saya. Hal ini pula yang menjadi harapan saya buat pribadi atau keluarga lain. Beda pilihan tidak boleh menjadi persoalan di dalam keluarga. Tapi saya akan terus berusaha meyakinkan mereka bahwa pilihan saya tepat dan layak diikuti.
Hal yang sama saya alami juga bersama teman-teman alumni zaman sekolah dulu. Group Whatsapp yang menjadi wadah komunikasi bersama tidak pernah sepi dari pembahasan Pilpres 2019. Perbedaan pendapat dan pilihan membuat group terbelah menjadi dua kubu. Satu pengagum 01 dan yang lain pemuja 02.
Dan lagi-lagi tidak masalah. Ya meskipun kemudian beberapa ada yang merasa bosan dan akhirnya menarik diri sementara dari group. No problem. Usai pemilu pasti akan rujuk dan kumpul lagi dalam group.
Pilpres 2019 adalah pesta demokrasi, dan karena itu wajib disongsong juga secara demokratis. Pilihan terhadap para pasangan calon merupakan hak pribadi, diputuskan berdasarkan kehendak bebas, tanpa pengaruh tekanan dan paksaan.
Tadi saya mengatakan bahwa kinerja pemerintah di bawah kepemimpinan Jokowi sebenarnya belum memuaskan. Lalu mengapa saya masih mau memilih Jokowi yang berpasangan dengan Ma'ruf Amin untuk memimpin negeri ini lima tahun ke depan? Bukankah sebaiknya diganti saja oleh pasangan lain?
Berikut enam alasan mengapa pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin menjadi pilihan saya pada Pilpres 2019:
Pertama, berpengalaman. Indonesia bukan lembaga atau perusahaan. Indonesia adalah negara yang cukup luas, lengkap dengan keberagaman yang ada di dalamnya. Sebagai negara yang sedang giat-giatnya membangun, Indonesia wajib dipimpin oleh orang yang bukan cuma pintar, namun berpengalaman, khususnya di bidang pemerintahan. Pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin adalah pilihan tepat.
Jokowi berpengalaman sebagai walikota (dua periode), gubernur, dan presiden. Sedangkan Ma'ruf Amin berpengalaman sebagai anggota DPRD, DPR, MPR dan Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres). Nakhoda pemerintahan Indonesia tidak boleh diserahkan kepada pihak yang belum berpengalaman atau sekadar coba-coba. Itu sangat berbahaya.
Kedua, Pekerja Keras. Sebagai mantan pengusaha, bekerja keras telah menjadi aktivitas harian Jokowi. Usahanya dirintis dari nol hingga terbilang sukses. Kemudian ketika jadi pelayan publik pun sikap kerja keras konsisten dilakukan Jokowi, misalnya di sela-sela kesibukannya masih meluangkan waktu untuk blusukan di lapangan.
Begitu pula dengan Ma'ruf Amin yang masih aktif melayani umat meski umur sudah ujur. Usia boleh tua, tapi semangat tetap muda. Itulah Ma'ruf Amin.
Ketiga, Jujur. Hal paling berharga yang patut dicontoh dari seorang pemimpin adalah kejujurannya. Jujur dan bersikap apa adanya sudah menjadi barang langka saat ini. Pemimpinlah yang harus tampil di depan untuk memberi contoh dan teladan kepada para pengikutnya. Jokowi dan Ma'ruf Amin adalah sosok jujur. Apa yang ada di hati dan pikiran mereka sesuai dengan apa yang mereka lakukan.
Keempat, Sederhana. Ada yang tahu mengapa beberapa pejabat publik tersangkut kasus korupsi? Ya, karena prinsip sederhana sudah jauh dari hidup mereka. Pola hidup mewah sulit ditemukan di dalam diri Jokowi dan Ma'ruf Amin, dan inilah yang membuat mereka terhindar dari perilaku koruptif.
Kelima, Optimis. Orang yang gemar menebar ketakutan sangat tidak layak dijadikan sebagai pemimpin. Pemimpin yang baik adalah orang yang menumbuhkan harapan, bahkan di dalam kondisi terburuk sekalipun. Jokowi dan Ma'ruf Amin adalah pembawa harapan bangsa Indonesia dalam menyongsong masa depan.
Keenam, Bebas dari Beban Masa Lalu. Mengapa seorang pemimpin takut melakukan sesuatu meski benar dan baik? Ya, karena hal itu bertentangan dengan apa yang pernah dan sedang dia lakukan. Jangan pernah harapkan ketegasan dari seseorang yang punya beban masa lalu. Jokowi dan Ma'ruf Amin terbukti bebas dari beban masa lalu.
Semua alasan di atas turut melengkapi prestasi dan rekam jejak baik mereka selama ini. Mereka jauh dari sempurna, namun ideal.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews