Meski Prabowo telah mendeklarasikan kemenangan berdasarkan quickcount versi internalnya, Real Count sementara KPU menyatakan Jokowi unggul 56,7 persen, sementara Prabowo 43,83 persen dengan suara masuk lebih dari 50 persen.
Selain itu, hasil quick count atau hitung cepat yang dilakukan oleh lembaga survei yang kredibel, tidak pernah meleset jauh dengan hasil resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU). Sebab, Quick count dilakukan berdasarkan metode ilmiah serta dapat dipertanggungjawabkan.
Sebagian besar quick count Pilpres 2019, menunjukkan bahwa paslon nomor urut 01 Jokowi – Ma’ruf telah meraih rata – rata sekitar 55 persen. Sedangkan Prabowo – Sandiaga masih belum bisa menyalip Jokowi Ma’ruf dengan torehan 45 persen.
Quick count pada semua lembaga survei kredibel bahkan mereka menyampaikan metodenya ke publik sebagai bentuk pertanggungjawaban.
Wakil Rumah Aspirasi, Umbas mengatakan, bahwa pihaknya optimis Jokowi – Ma’ruf Amin dapat memenangkan Pilpres dengan double digit suara. Dirinya juga mengatakan bahwa Prabowo – Sandiaga tidak mungkin bisa melampaui suara Jokowi – Amin/
Umbas juga menerangkan bahwa pasangan Jokowi – Ma’ruf Amin semakin meraih suara signifikan dalam proses penghitungan suara. Terlebih hasil rekapitulasi C1 yang diinput dalam Situng KPU telah mencapai 51 persen.
“Kalau ada yang tidak mau akui quick count, maka real count Situng KPU sudah jelas dan sangat transparan. Bisa dilihat oleh seluruh masyarakat melalui situs KPU. Trend real count sudah tidak terbendung menegaskan kemenangan Jokowi – Ma’ruf Amin.
Di Blitar, Jokowi – Ma’ruf Amin mendapatkan hasil yang fantastis, dimana rekapitulasi penghitungan suara menunjukkan paslon 01 memperoleh 638.096 suara. Sedangkan 02 hanya meraup 110.751 suara atau sekitar 17 persen suara.
Terkait dengan partispasi pemilh, Kabupaten Blitar mendapatkan target 77,5 persen dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT) 943.840 jiwa. Itu menjadi catatan keberhasilan KPU Blitar karena ada 766.939 pemilih yang menggunakan hak suaranya. Atau sekitar 83,39 persen dari total DPT.
Rekapitulasi sendiri sempat diwarnai drama, dimana pada pembacaan hasil rekapitulasi sempat diulang karena petugas salah dalam memberikan data kepada Ketua KPU.
Selain itu, minimnya lampu penerangan yang membuat KPU harus dibantu senter saat membacakan rekapan.
Bahkan di TPS tempat Dewan Pembina BPN Amien Rais menggunakan hak pilihnya. Paslon nomor urut 01 unggul hampir 2 kali lipat dari perlolehan suara Prabowo – Sandiaga di TPS 123.
Ketua KPPS 123 Desa Condongcatur, Khitmatul Huda mengatakan bahwa Jokowi – Ma’ruf berhasil meraih 158 suara, sedangkan Prabowo – Sandiaga hanya mendapatkan 80 suara.
Baca Juga: Cermati Hasil Penghitungan Suara dengan Election Watch.net
Pada kesempatan berbeda, Anggota Dewan Etik Perhimpunan Survei dan Opini Publik Indonesia (Persepi), Hamdi Muluk, menjelaskan bahwa sistem informasi penghitungan suara atau Situng yang telah mencapai 55 persen suara sudah bisa memprediksi hasil akhir dari pemilihan presiden.
Walaupun masih ada 45 persen formulir C1 yang belum terinput, menurut Hamdi, secara probabilitas hasilnya tidak akan jauh berbeda dengan hasil quick count berbagai lembaga survei.
Ahli Psikologi Politik Universitas Indonesia tersebut mengatakan bahwa Situng merupakan domain untuk menyimpulkan secara ilmiah. “Kepastian secara konstitusional, kalau digugat, kepastian hukumnya nanti ada di Mahkamah Konstitusi,” ujarnya.
Pihaknyua juga mengatakan bahwa real count dan quick count tidak akan jauh berbeda jika quick count dilakukan dengan prosedur ilmiah, misalnya tidak memanipulasi sampling, tidak memalsukan formulir C1 dan menjaga semua prosedur ilmiah.
“Hasilnya hanya berbeda dari real count yang dihitung sampai tuntas, paling 0,5 persen sampai 1 persen.”
Baca Juga: Quick Count: Ketika Politisi, Ilmuwan dan Ulama Berkolaborasi Membunuh Sains
Inas Nasrullah Zubir selaku juru bicara TKN mengatakan bahwa angka yang ada di Situng KPU menunjukkan bahwa kemenangan paslon Jokowi – Ma’ruf tak dapat lagi diragukan. Dirinya pun mempertanyakan sikap kubu Prabowo – Sandi yang hingga saat ini masih terus membangun narasi memenangkan Pilpres 2019.
Ia juga menanggapi terkait beredarnya video ustadz Haikal Hasan yang meminta dengan suara memelas minta dikasihani agar Jokowi mundur secara legowo dari pilpres 2019 dan menyerahkan kepada Prabowo Subianto. Ia pun heran akan maksud dari video tersebut. Mungkinkan kubu Prabowo sudah putus asa?
Dengan fakta yang ada, tentu sudah saatnya masyarakat move on, karena kontestasi sudah selesai, dan tentunya semua masyarakat berkewajiban untuk turut serta membangun Indonesia semakin maju ke depan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews