Setelah Kubu Paslon 02 meresmikan Markas Pemenangan di Kota Solo tanggal 11 Januari 2019 lalu, suhu politik di kota Solo mulai dipanaskan. Bukan sebuah ketidaksengajaan munculnya Tablig Akbar di kawasan Gladak, Solo dari alumni PA 212.
Saya tak terkejut ketika menyaksikan pemberitaan ini di TV One dengan label menyudutkan aparat keamanan dengan judul "Ketua PA 212 Solo Raya Merasa Aksi Tabligh Akbar Dihalang-halangi".
Tak heran stasiun TV milik keluarga Aburizal Bakrie ini berpihak kepada PA 212 di Kota Solo seperti dilakukan di Monas beberapa saat lalu, di mana tidak ada TV Nasional yang mau meliput kecuali TV ini. Semoga juga tidak lupa, hanya TV ini juga yang menyajikan berita klaim kemenangan Prabowo-Hatta menang di Pilpres 2014 sebelum pengumuman resmi KPU.
Raden Jayendra Dewa, Ketua PA 212 Solo Raya menyatakan kepada TV One, kegiatan PA 212 Solo Raya untuk membawa spirit 212 di Monas beberapa waktu lalu ke Kota Solo.
Lha apa maksudnya, memang ada yang salah dengan kota Solo? Kota ini adem ayem, dan toleran, bahkan dari hasil survei Setara Institut tahun 2018 masuk dalam 10 kota paling toleran di Indonesia.
Saya melihat tidak sigfinakasi membawa spirit 212 ke kota kelahiran Jokowi ini, justru aksi - aksi ini bakal memecah jalinan toleransi yang selama ini terbangun indah.
Strategi Nomor 20 yaitu Chaos (kekacauan) dari pakar perang Sun Tzu yakni "memancing di air keruh" oleh Kubu Paslon 02 mulai dimainkan. Penjabarannya menurut Sun Tzu sebagai berikut:
"Untuk menghadapi musuh yang kuat (Solo adalah Basis Terkuat PDIP Pendukung Jokowi) buatlah sebuah kekacauan untuk memperlemah persepsi dan pertimbangan mereka. Buatlah sesuatu tidak biasa atau aneh, dan tak terpikirkan sehingga menimbulkan kecurigaan musuh dan mengacaukan pikiran mereka, musuh yang bingung mudah diserang".
Penempatan Markas Pemenangan di Kota Solo adalah cara untuk menimbulkan kecurigaan musuh dan mengacaukan konsentrasi kubu pendukung Paslon 01, siapa sangka Paslon 02 bakal menempatkan markas pemenangan di kota Bengawan ini nota bene basis terkuat Jokowi.
Aksi Tablig Akbar oleh PA 212 Solo Raya (13/01/2019) menjadi pemicu kekacauan opini masyarakat bahwa aparat keamanan otoriter terhadap kegiatan keagamaan dari PA 212 yang dilakukan di jalan protokol ini.
Dibumbui dengan cerita dari Ketua PA 212 Solo Raya, Raden Jayendra Dewa kepada reporter TV One tentang razia oleh pihak keamanan sejak subuh di batas kota Solo terhadap kawan-kawan mereka dari luar kota yang akan menghadiri acara tersebut.
Sebuah narasi elok dibangun di masyarakat sebuah cerita kezaliman aparat keamanan terhadap kegiatan keagamaan, sebuah modus standar politik "playing victims" untuk menggalang simpati publik.
Efek diharapkan dari aksi ini publik bersimpati kepada mereka, sudah pasti dibumbui dengan cerita-cerita bernuansa negatif tentang tindakan tak adil aparat Kepolisian. Lanjutannya diharapkan pendukung Jokowi di Kota Solo bakal ter-provokasi dan melakukan aksi-aksi tandingan saat kelompok ini melakukan aksi serupa di lain waktu, bila terjadi bentrokan fisik antara dua kubu memang ini yang diharapkan.
Bila hal ini terjadi, framing narasi berikutnya adalah kubu Paslon 01 anti-agama, disusupi Komunis, terbukti dari salah satu orasi PA 212 Solo Raya menyebut istilah Komunis sebagai musuh seperti di video berita dari TV One (13/01/2019). Kubu Paslon 02 sedang membangun sebuah narasi besar dengan tujuan utama mendelegitimasi pemerintah dan penyelenggara Pemilu April 2019 nanti.
Jelas sekali ada niat jahat kelompok pendukung Paslon 02 ini terlihat dari pernyataan Raden yang menuduh aparat keamanan menghalang-halangi gerakan mereka lewat razia dari subuh dan pembubaran massa.
Sebenarnya reaksi aparat keamanan ini yang diharapkan oleh kelompok PA 212 untuk merebut simpati masyarakat terutama umat Islam dan mendiskreditkan pemerintahan Jokowi.
Dengan begitu skenario playing victims bisa terus dilanjutkan, aksi-aksi berikutnya bakal makin sering, dan semakin represif aparat keamanan, kelompok ini semakin di atas angin untuk menuduh pemerintah otoriter dan bakal curang pada Pilpres 2019.
Skenario ini sesungguhnya lanjutan dari upaya-upaya Koalisi Paslon 02 sebelumnya, yaitu mendiskreditkan pemerintah dan delegitamasi KPU lewat berita hoaks 7 kontainer surat suara sudah tercoblos.
Di Kota ini isu Komunis di Kubu Paslon 01 bakal menjadi senjata ampuh Kubu Paslon 02 untuk menyudutkan pendukung Jokowi oleh kelompok agama garis keras yang merapat ke Kubu 02, mengingat kota ini pernah menjadi basis kuat pendukung Soekarno, juga Partai Komunis Indonesia (PKI) di era Orde Lama.
Saat ini, Kota Solo adalah basis terkuat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews