Tidak ada anjuran kepada orang yang tidak kita sukai, atau kita benci, tidak perlu memperlihatkan adab kesopanan. Agama menganjurkan kita bersikap baik kepada siapa saja,
Kalau dibilang adab itu lebih dahulu dari ilmu, ada benarnya. Hidup ini lebih mengutamakan adab dan akhlak terlebih dahulu baru ilmu. Prabowo memberikan teladan yang luar biasa soal adab, di tengah banyaknya para pasohor di negeri ini yang tidak memperlihatkan adab yang baik, terutama terhadap Presiden.
Dari cover foto tulisan ini kita bisa melihat bagaimana Prabowo memperlihat adab kepantasan sikap seorang Menteri Pertahanan kepada seorang Presiden, padahal kita tahu siapa Prabowo Subianto, yang dua kali menjadi rival Jokowi dalam pemilihan Presiden. Dengan segala kerendahan hati dan kesantunannya dia memperlihatkan adabnya sebagai pejabat negara.
Perilaku Prabowo ini menjadi istimewa karena kita sudah melihat pembandingnya terlebih dahulu, di linimasa media sosial sering kita melihat ada pejabat pemerintah, yang sepintas terlihat tidak beretika ketika berhadapan dengan Presiden, terutama dari gesture tubuhnya yang tidak memperlihatkan penghormatan terhadap Presiden.
Adab, sikap dan perilaku itu adalah hasil pendidikan keluarga, yang bisa membentuk karakter seseorang bersikap dalam keseharian. Adab bukan sama sekali cerminan ilmu, karena tidak semua orang tidak berilmu tidak beradab, dan pada kenyataannya ada orang yang berilmu tapi tidak beradab.
Kalau kita melihat karakter Prabowo saat berkampanye dimasa Pilpres, jelas kita tidak menyangka kalau Prabowo memiliki adab yang sangat luar biasa baik, dia bisa memantaskan adabnya dimuka publik bahwa dia adalah bawahan seorang Presiden.
Menurut penulis itulah salah satu tanda orang yang berilmu, yang lebih memperlihatkan adabnya sebagai seseorang yang berilmu. Tahu menempatkan kapan harus bersikap sombong, terhadap siapa harus bersikap sombong, meskipun sombong itu sendiri memperlihatkan kerendahan adab.
Terlepas kita suka atau tidak suka kepada Jokowi, tapi sebagai Presiden dia adalah pemimpin tertinggi di negara ini, seorang Kepala Negara, yang akan menerima hisab di akherat kelak atas tanggung jawab kepemimpinannya terhadap rakyat yang dipimpin.
Dalam perkara adab ini Allah mempunyai perhatian yang sangat serius, seorang yang berilmu yang tidak mengutamakan adab diumpamakan-Nya sebagai seekor keledai yang tidak memahami kitab-kitab yang di pikulnya,
Allah telah menyindir keras para ahli ilmu (Rabi) Bani Israil yang tiada adab dalam dirinya dengan perumpamaan seekor keledai yang memikul kitab-kitab dipunggungnya (QS. 62: 5). Keledai tentulah tiada paham untuk apa kitab-kitab yang dipikulnya itu.
Inilah pentingnya orang berilmu mengutamakan adab, karena dengan adab akan memperlihatkan seseorang itu berilmu atau tidak, dan tidak semua orang berilmu memiliki adab dan akhlak.
Sebagai seorang pemimpin sudah sepatutnya mempunyai adab dan akhlak yang baik, dan menempatkan adab dan akhlak tersebut tidaklah harus pilih-pilih kepada siapa patut ditempatkan. Adab dan akhlak bagi seorang yang berilmu adalah sikap untuk memberikan teladan kepada siapa saja.
Tidak ada anjuran kepada orang yang tidak kita sukai, atau kita benci, tidak perlu memperlihatkan adab kesopanan. Agama menganjurkan kita bersikap baik kepada siapa saja, tidak terkecuali terhadap orang yang kita benci.
Semoga saja adab dan akhlak Prabowo ini bisa diteladani oleh pejabat negara yang lainnya. Baik buruknya seorang Jokowi, dia adalah pemimpin rakyat Indonesia, Presiden Republik Indonesia, pemimpin tertinggi di negara ini.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews