Memasuki usianya ke-46, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau biasa disebut PDI Perjuangan, bukan sekadar partai lama yang masih bertahan hingga saat ini.
Boleh saja, Anda mengatakan bahwa PDI Perjuangan (dahulunya PDI) hanya jadi pelengkap dari tiga organisasi peserta pemilu, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya, dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang dibentuk di era Soeharto. Saat itu, PDI selalu berada di urutan ketiga dalam perolehan suara Pemilu, dan tak pernah beranjak dari posisinya.
Namun, kini PDI Perjuangan merupakan salah satu partai besar yang ada di negeri berpenduduk sekitar 265 juta jiwa ini.
PDI Perjuangan bisa menjadi besar seperti saat ini, bukan terjadi begitu saja secara instan. Perjalanannya dari tahun 1973 hingga saat ini juga tidak semulus seperti yang dikira. Kebesaran PDI Perjuangan karena adanya perjuangan dan pengorbanan. Tanpa semua itu, mustahil kiranya PDI Perjuangan bisa bertahan. Itulah makna kata "perjuangan" untuk PDI.
Menurut pengamat politik dari Universtias Airlangga, Haryadi, partai politik bisa menjadi besar dan mampu bertahan hingga puluhan tahun, seperti PDI Perjuangan, karena partai ini memiliki ideologi yang kuat, kepemimpinan yang berdaya pengaruh kuat, sistem pengkaderan yang baik, simpatisan yang militan, serta pendanaan yang juga bisa dipercaya.
Dan, PDI Perjuangan memiliki semuanya. Di bawah kepemimpinan Megawati, PDI Perjuangan menjadi partai yang tumbuh berkesinambungan.
Masa yang mungkin dianggap terberat bagi PDI Perjuangan adalah masa ketika berkuasanya rezim Orde Baru. Mengapa? Karena meskipun Indonesia mengaku sebagai negara demokrasi, namun pelaksanaan demokrasi di Indonesia saat itu bisa dikatakan tidak demokratis.
Bagaimanapun beratnya, semua itu dilalui dengan semangat dan perjuangan yang pantang menyerah.
Ketika PDI Perjuangan berdiri sebagai partai berkuasa, kekuasaan itu tidak dinikmatinya sendiri, tidak seperti yang terjadi ketika Soeharto berkuasa. Inilah hasil perjuangan reformasi, dimana segenap kekuatan bangsa ini ikut mengoreksi sistem yang selama 32 tahun berjalan, sehingga lahirlah reformasi yang saat ini kita nikmati.
Perjuangan Megawati ketika memimpin PDI Perjuangan di masa Orba, bukan tanpa hambatan. Semua itu dilalui Megawati dengan semangat juang yang pantang menyerah. Meskipun begitu, sebagai pemimpin tertinggi PDI Perjuangan, Mega lebih memilih jalan demokrasi untuk melawan sisa-sisa kekuasaan rezim Orba, dan bukan melakukan revolusi. Itulah pelajaran terpenting yang membuat PDI Perjuangan tetap bertahan hiangga sat ini.
Kalaulah mau dihitung, sudah berapa kali kiranya partai ini melalui gejolak internal, sehingga tak bisa dikatakan mulus-mulus saja perjalanannya. Beberapa kali elite partai ini juga pecah, dan mendirikan partai baru. Namun, partai sempalannya pun tak lama bertahan.
Mengapa demikian? Karena sesungguhnya ideologi yang diwariskan Bung Karno hanya ada di PDI Perjuangan yang dipimpin Megawati. Artinya, ada sosok Bung Karno di dalam tubuuh Megawati. Mega, bukan sekadar anak biologis Putera Sang Fajar, melainkan juga anak ideologis.
Hal penting lainnya yang menjadi alasan PDI Perjuangan tetap bertahan, karena partai ini lebih memilih pada semangat juang kader-kadernya, dan bukan hanya sekadar percaya pada kekuatan modal dan uang.
Itulah PDI Perjuangan, Itulah Megawati, dan di situlah ada Bung Karno!
Merdeka!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews