Kemungkinan Firli menurunkan bola dari pundaknya lalu menginjaknya sampai kempes . Firli bisa berkilah pada ketentuan lulus TWK bukan syarat mutlak alih status pegawai KPK menjadi ASN.
Penyedia Test Wawasan Kebangsaan (TWK) alih status pegawai KPK ke ASN seperti BIN atau Angkatan Darat tidak salah. Materi yang dibuat sesuai pesanan.
Pesanannya Firli.
Test itu mencakup antara lain radikalisme, kesetiaan terhadap Pancasila.
75 orang yang dinyatakan tidak lulus, sudah pasti lolos di dua test itu.
Novel Baswedan dan mereka yang senasib adalah orang-orang pintar. Dan dengan mudah membuat pewawancara test kelabakan karena terlihat bodoh karena jawaban cerdas 75 orang itu.
Jadi pertanyaan konyol dijawab dengan konyol yang lebih cerdas dari pewawancara.
Kasarnya, Novel dan kawan-kawan gak ada takut-takutnya menjatuhkan wibawa pewawancara. Karena mereka tidak menganggap para pewawancara sebagai dewa penyelamat hidup yang harus disembah-sembah.
Jadi soal radikalisme dan Pancasila mereka lolos.
Namun kemungkinan mereka tidak lulus test alias skor rendah pada kesetiaan terhadap pemimpin.
Firli nampaknya ingin 75 orang itu dipecat karena tidak setia pada pemimpinnya yakni dia.
Dia tidak berani menuding 75 orang itu Islam radikal, Taliban atau kadrun. Karena faktanya, di antara mereka, ada yang non Muslim.
Sebagai jenderal polisi, kesetiaan anak buah adalah mutlak.
Salahnya Firli adalah menyangka bahwa KPK sama dengan lembaga kepolisian atau militer. Padahal jabatan sebagai ketua KPK bukan hirarki polisi atau militer. Namun sifatnya kolegial.
Sekarang Firli kebingungan memutuskan hasil test itu. Dia lempar bola ke Cahyo Kumolo.
Petinggi PDI P buru buru lempar hola TWK ke Firli lagi tanpa buang waktu.
Menpan itu tahu benar bahwa sekali kementeriannya memutuskan nasib 75 pegawai handal KPK, PDIP langsung melorot popularitasnya dan bakal jadi bulan-bulanan.
Partai ini akan dianggap sebagai pemberi andil terbesar KPK yang sudah lemah semakin dilemahkan.
Tudingan ini bisa menjadi dobel bahkan triple karena Yasonna yang bergerilya meloloskan UU KPK menjelang nada jabatan DPR kala itu habis.
Ditambah lagi dengan korupsi Bansos yang disinyalir mengalir ke sejumlah petinggi PDIP.
Jadi wajar jika Cahyo Kumolo mengatakan Firli yang harus memutuskan mau diapakan75 orang itu.
Dia juga mengindikasikan bahwa BKN tidak akan menuruti kemauan Firli. Karena jika BKN yang memutuskan maka yang kenanya PDIP juga. Maklum BKN itu ibarat dapurnya Kemenpan.
Jadi sekarang Frili ditinggal sendriian. Dengan bola panas berada dipundaknya.
Yang jika jatuh. Jatuhlah dia.
Tersungkur akibat ulahnya sendiri. Karena mencoba menggunakan isu kadrun-kadrunan untuk mendongkel Novel Baswedan dan kawan-kawan.
Nyatanya tidak menpan.
Sialnya dia salah pilih waktu melakukan jumpa pers soal TWK. Yang hanya sehari setelah MK menolak revisi UU KPK yang memicu kekecewaan banyak pihak..
Pernyataan Firli soal TWK ibarat menyiram bensin di api yang tengah berkobar.
Jadi, Novel dan 74 orang yang tidak lolos kemungkinan akan tetap ada di KPK. Menjadi duri yang nyangkut kemanapun Firli pergi.
Sebab jika mereka dikeluarkan, maka apa yang selama ini menjadi rahasia Firli bakal dikupas sedikit demi sedikit. Dan menjadi bola liar yang menjatuhkan marwah dia.
Novel mungkin akan dipenjara karena kasus sarang wallet akan diungkit lagi setelah dia dipecat.
Namun opini public sudah terlanjur mendukung Novel dan kawan-kawan bahwa test TWK yang konyol itu dipersiapkan untuk nendongkel mereka.
Hingga apapun kasus hukum yang menimpa Novel dan kawan-kawan bakal jadi blunder. Siapapun atau pihak manapun yang memperkarakan Novel bakal dipermalukan.
Semburan kebohongan para influencret dan buzzerRp yang sekarang tengah ngepet cari duit dalam soal TWK, ternyata tidak ditanggapi publik.
Seluruh media mainstream menggugat TWK yang aneh itu. Yang membuat bualan para influencret dan BuzzerRp soal Taliban dan kadrun mental kembali ke mukanya sendiri dan muka para budak cintanya.
Public sekarang makin percaya bahwa jika Novel dan kawan-kawan dipecat, KPK akan menjadi ayam sayur.
Karena 75 orang itu menangani kasus-kasus besar ditengah ketidakberdayaan Firli memimpin KPK yang terus disalip Kejaksaan bahkan kepolisian dalam mengungkap kasus korupsi.
Sementara Hasan Maliku, kasus penyidik KPK yang menjadi pemeras dan bocornya sprindik kasus pajak menambah corengan di wajah kepemimpinan KPK.
Karena itu, kemungkinan Firli akan menurunkan bola dari pundaknya kemudian menginjaknya sampai kempes .
Firli bisa berkilah pada ketentuan lulus TWK bukan syarat mutlak alih status pegawai KPK menjadi ASN. Karena ketentuan soal batas maksimal usia ASN juga dikecualikan untuk KPK.
Hanya dengan cara itu, Firli bisa bertahan ditengah dedel dowelnya citra KPK dalan memberantas korupsi di negeri ini.
Membiarkan Novel Baswedan dan kawan-kawan memburu koruptor yang sedikit banyaknya akan menaikkan namanya sebagai ketua KPK.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews