SDM dari FPI ini memiliki kapasitas, kapabilitas, kompetensi yang besar untuk mengatasi persoalan-persoalan global.
Sudah terlalu banyak waktu dan energi kita yang terkuras dalam kontroversi mengenai FPI. Sudah saatnya kita mengubah paradigma dan persepsi tentang ormas tersebut. Bagaimanapun mereka adalah bagian dari masyarakat Indonesia, yang memiliki hak untuk berkontribusi bagi negara ini. Kontribusi itu bisa dilakukan di dalam dan di luar negeri.
Di sisi lain, saat ini masyarakat global dihadapkan pada berbagai persoalan di beberapa sektor kehidupan yang sangat pelik. Konflik Palestina – Israel yang tak berkesudahan, masih banyaknya ranjau darat di berbagai negara sisa-sisa perang, pemanasan global dan naiknya permukaan laut akibat mencairnya es di kutub selatan yang terus berlangsung, makin meluasnya area gurun pasir di beberapa wilayah Afrika dan banyak lagi.
Nah, saya melihat SDM dari FPI ini memiliki kapasitas, kapabilitas, kompetensi yang besar untuk mengatasi persoalan-persoalan global itu. Dari foto-foto yang beredar di media massa dan media sosial, laskar mereka sangat gagah dan tangguh. Saya pikir kalau mereka diterjunkan di garis depan perlawanan Palestina di Gaza atau Tepi Barat, tanpa senjata pun akan membuat tentara Israel berpikir beberapa kali untuk melakukan tindak kekerasan.
Sementara di wilayah-wilayah bekas perang, seperti di Alepo (Suriah), Mosul (Irak) masih banyak tersebar ranjau darat sisa perang (Explosive Remnants of War) yang sewaktu-waktu bisa meledak jika terinjak atau terlindas roda kendaraan. FPI memiliki kemampuan yang sangat tinggi untuk ‘merazia’ sekaligus membersihkan ranjau-ranjau tersebut.
Tidak perlu peralatan canggih karena mereka sangat berpengalaman dalam melakukan razia. Saya kira pemerintah Indonesia bisa segera menawarkan bantuan itu ke The United Nations Mine Action Service (UNMAS), badan PBB untuk pembersihan ranjau sisa perang.
Kita juga tahu bahwa SDM FPI juga memiliki kompetensi di bidang pertanian dan kehutanan yang mumpuni.
Mereka bisa ditempatkan di tengah-tengah Gurun Sahara untuk menghijaukan wilayah itu. Saya yakin, dengan kemampuan di bidang reboisasi, apalagi dibantu dengan doa dari segenap masyarakat di tanah air, mereka pasti berhasil menghijaukan Gurun Sahara atau gurun-gurun lain di Afrika. Tidak perlu perbekalan yang banyak, karena daya survival mereka yang sangat hebat.
Di belahan lain, hingga kini para ahli oceanografi dan geofisika dari berbagai negara masih kesulitas untuk menghentikan, atau setidaknya menahan laju percepatan mencairnya es di Antartika. Mengacu pada aksi mereka mempengaruhi majlis hakim saat digelar proses peradilan atas Ahok tahun 2017, menurut saya, dengan kharisma dan kewibawaan yang dimiliki, para tokoh FPI sangat mungkin untuk mempengaruhi proses alam akibat pemanasan global, sehingga mencairnya es di Kutub Selatan itu bisa dihentikan.
Artinya, daripada kita terus memposisikan diri secara diametral dengan FPI dan simpatisannya, dan larut dalam kontroversi yang tidak produktif, lebih baik mendorong sekaligus mencarikan alternatif bagi mereka untuk menuliskan tinta emas dalam buku besar Indonesia.
Bagi Pak Menag yang begitu terkesan dengan FPI, ada baiknya kalau mendampingi mereka, ikut terjun langsung ke lahan-lahan pengabdian di berbagai belahan dunia yang memang menanti orang-orang hebat dan mulia, seperti Pak Menag. Karena kita semua mendambakan dunia yang lebih damai, indah, dan nyaman.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews