Kalau rakyat puyeng, gimana Presidennya bisa bilang tanpa beban di periode keduanya? Tanpa beban untuk cuek pada situasi stagnan, karena turbulensi politik yang tak terkompromikan?
37 Negara (yang majoritas penduduknya Islam, termasuk Saudi Arabia), mendukung Cina atas tindakannya pada kaum Uighur. Agustus lalu, Menlu Turki berjanji akan membantu Cina membasmi kaum Uighur. Sementara 22 negara (majoritas penduduknya bukan Islam, seperti AS, Inggris, Jepang, Perancis, Jerman, dll), mengecam Cina atas tindakannya pada muslim Uighur.
Terus, seperti kita duga, kelompok PA-212, GNPF Ulama, elite PKS, mendorong-dorong pemerintah Indonesia turut serta mengecam Cina atas persoalan Uighur itu.
Gimana sih ini? Nggak usah bingung. Coba baca tulisan yang lain: DKI mengucurkan dana sebesar Rp688.140.175.000 (688,1 milyar), untuk menebus 171 Ijazah Siswa yang ditahan sekolah, dari 79 sekolah swasta. Untuk diketahui, soal nebus ijazah oleh Pemda DKI Jakarta, bukan barang baru. Ahok juga pernah melakukannya. Tapi Rp688,1 milyar untuk 171 ijazah di rezim Anies? Yang artinya per-ijazah Rp 4 milyar lebih?
Masa’awoh! Kalau jaman Ahok dulu, paling banter karena siswa nunggak bayaran berapa bulan. Kalau pun sekolah swasta yang mahal banget, nggak sampai puluh juta, apalagi milyar!
Tapi apa hubungan antara dukungan dan kecaman negara-negara dunia atas kasus Uighur dengan tahanan ijazah bernilai milyaran? Memang tidak ada.
Yang menjadikan tampak ada hubungan, mungkin pertanyaannya; Kok ada lelakon seperti itu, di Indonesia, menyeru save Uighur dan ajakan berjihad, putus hubungan dengan Cina, tapi senyampang itu menghargai tebusan ijazah milyaran rupiah? Puyeng ‘kan mikirin semua itu? Belum lagi ada yang bikin bendera MUI nglarang ucapan selamat Natal, tapi kalau Wapres boleh. Ulama kok diskriminatif. Itu pasti ubaru.
Di beberapa negara Timur Tengah, termasuk Arab, yang mayoritas Islam, toko-toko dan rumah mereka, berhiaskan aksesoris Natal, bahkan juga boneka serta topi Santa Klaus kayak oleh-oleh wajib beli. Di sini, di Indonesia ini, punya Menteri Agama bekas jenderal TNI AD, dan mengaku mentri semua agama, bukan hanya Islam, tapi kok membiarkan lembaga ulama dan ustadz yang intoleran? Jangankan ngucapin selamat Natal, ngucapin selamat hari Ibu saja dibilang kafir. Emang kamu anak setan? Sungguh absurd
Kalau rakyat puyeng, gimana Presidennya bisa bilang tanpa beban di periode keduanya? Tanpa beban untuk cuek pada situasi stagnan, karena turbulensi politik yang tak terkompromikan? Katanya tingkat komprominya akan lebih rendah? Apakah Erick Thohir cukup menghibur? Apa artinya jika Susi Pudjiastuti digantikan bekas tentara yang ketahuan gagal jadi politikus? Apa artinya Nadiem Makarim di tengah kemampuan literasi rendah dalam balutan dogma agama? Jangan lupa, rezim ‘orang baik’ bisa disingkat jadi rezim ‘orba’ juga lho. Absurd to!
Tapi sebagaimana ujar Oliver Goldsmith, penyair Irlandia abad 18; Every absurdity has a champion to defend it. Setiap absurditas memiliki pembela fanatiknya untuk mempertahankannya. Karenanya, mari kita lihat setanpa beban apakah absurditas Jokowi periode kedua ini.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews