Jalan Berliku Amien Rais Mendukung Jokowi–Ma’ruf

Tidak ada salahnya seluruh pihak yang berkoalisi dalam Badan Pemenangan Nasional, mengambil peran sebagai oposisi yang baik.

Jumat, 19 Juli 2019 | 09:04 WIB
0
470
Jalan Berliku Amien Rais Mendukung Jokowi–Ma’ruf
Amien Rais (Foto: Dream)

Setelah sering mengkritisi pencalonan Jokowi sebagai Capres periode 2019–2024, Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais mempersilakan presiden dan wakil presiden terpilih Jokowi–Ma’ruf Amin untuk bekerja memimpin Indonesia selama periode 2019–2024.

Dirinya juga akan mendukung pemerintahan Jokowi–Ma’ruf Amin hingga tuntas selama 5 tahun kedepan. Meski demikian dirinya berjanji akan mengawasi roda pemerintahan era Jokowi nanti dengan menjadi oposisi. Menurut mantan ketua MPR tersebut, tanpa oposisi pemerintahan tidak akan berjalan dengan baik.

Pernyataan Amien Rais tersebut tentu tak jauh berbeda d lengan pernyataan Prabowo ketika bertemu dengan Jokowi, Kala itu Prabowo menyatakan siap untuk membantu kinerja pemerintahan sebagai oposisi.

Amien Rais juga menyinggung terkait bahaya demokrasi tanpa ada pihak oposisi. Menurut dia, lonceng kematian berbunyi kencang apabila tidak terdapat pihak yang mau menjadi oposisi.

Dirinya juga menyebutkan bahwa Presiden Jokowi sebagai sosok yang mengerti demokrasi. Sebab, Jokowi menyampaikan pentingnya oposisi dalam sistem demokrasi. Hal tersebut disampaikan oleh Jokowi saat pidato politik di Sentul.

Dalam pidatonya, Jokowi sempat menyinggung opsi politik menjadi oposisi ialah pilihan yang mulia, Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut menyadari bahwa totalitas dalam mendukung seseorang dalam kontes demokrasi adalah suatu hal yang wajar.

Ketiadaan oposisi dalam demokrasi juga akan membuat demokrasi membusuk karena tidak memberi ruang sehat bagi pemerintah khususnya dalam hal check and balances.

Jokowi juga sempat menegaskan, tidak masalah bila nantinya ada oposisi. Namun, dia juga mengingatkan oposisi haruslah tanpa kebencian yang dapat menimbulkan dendam.

Hal ini menunjukkan bahwa kekuasaan memerlukan penyeimbang, perlu pemantau. Oposisi mengambil peran tersebut. Karena pihak oposisi memiliki fungsi kontrol yang dapat membawa kemaslahatan. Tanpa kontrol dari oposisi, kekuasaan hanya akan menjadi gelanggang korupsi dan ajang mementingkan kelompok sendiri.

Oleh karena itu, tidak ada salahnya seluruh pihak yang berkoalisi dalam Badan Pemenangan Nasional, mengambil peran sebagai oposisi yang baik. Dalam membangun Indonesia semua pihak dapat memberikan kontribusi kepada bangsa dan negara dengan memainkan perannya masing – masing secara kritis dan konstruktif.

Adanya ruang bagi oposisi merupakan salah satu keunggulan sistem demokrasi. Dimana partai yang memilih untuk menjadi oposisi juga dapat mengambil perannya. Berbeda dengan sistem otoritarianisme, dimana sistem tersebut tidak mengenal oposisi, dan fungsi kontrol dari partai oposisi.

Pernyataan Amien Rais untuk menjadi oposisi, tentu diharapkan akan menjadikan partai – parta yang berkoalisi dengan BPN dapat menjadi oposisi yang kredibel. Yaitu oposisi yang mengkritisi dan mengawasi pemerintahan secara substansial, dengan memberikan argumen–arguman yang solid dan bernas. Bukan lantas menyiyiri pemerintahan dengan hal – hal yang remeh–temeh.

Pernyataan sosok Amien yang sebelumnya kontra dengan Jokowi, tentu harus mendapatkan sambutan baik, setidaknya hal tersebut akan mengurangi tensi politik dan dapat kembali menyatukan pihak yang sempat terpolarisasi saat pilpres 2019 berlangsung.

Jika Amien Rais tidak mempersilakan Jokowi – Ma’ruf memimpin Indonesia, maka hal tersebut akan menjadi tanda bahwa demokrasi tidak berjalan dengan baik karena kontestasi menjadi seperti tiada akhir. Di negara maju, bahkan pihak yang kalah selalu menyampaikan pidato pengakuan kekalahan.

Jalan demokrasi sudah sepantasnya memiliki pihak luar pemerintahan yang bertugas mengkritisi. Agar keseimbangan roda pemerintahan dapat berjalan, karena tanpa oposisi maka jalannya demokrasi hanya akan menjadi demokrasi bodong alias demokrasi bohong – bohongan.

Amien Rais juga sempat menyampaikan kalimat yang cukup meneduhkan, dimana dirinya mengajak untuk terus merajut merah – putih, meneruskan bangsa ini bersatu, jangan sampai pecah. Hal tersebut secara eksplisit menunjukkan bahwa Amien Rais telah legowo dengan segala yang menjadi putusan KPU dan MK.

Sosok Amien Rais menunjukkan sikap seorang negarawan yang tidak menginginkan perpecahan karena pemilu. Meski ia tidak berada dalam pemerintahan, bukan berarti pihaknya tidak memiliki andil dalam membangun Indonesia.

Karena pada hakikatnya, demokrasi adalah mengakui adanya perbedaan tanpa harus memecah persatuan, seperti semboyan yang ada dalam cengkeraman Garuda, Bhineka Tunggal IKA, yang berarti berbeda–beda namun tetap satu jua.

***