Dengan simulasi paling optimis untuk kubu Prabowo-Subianto ini sekalipun, perolehan suara akhir Prabowo-Sandiaga hanya 47,44 persen.
Hasil survei pilpres terkini dari CSIS tidak berbeda jauh dari survei mutakhir Litbang Kompas beberapa hari sebelumnya. Dalam survei CSIS, elektabilitas Jokowi-Maruf sebesar 51,4 persen. Jika diperhitungkan margin of error sebesar 2,21 persen, maka batas bawah elektabiltas Jokowi-Maruf sama dengan hasil survei Litbang Kompas, 49,2 persen.
Hasil survei terkini Litbang Kompas sepintas memang mencemaskan. Itu karena elektabilitas Joko Widodo-Ma'ruf Amin turun di bawah 50 persen, jadi 49,2 persen. Logikanya, selama belum lewat 50 persen, elektabilitas masih belum aman.
Apalagi masih ada pemilih yang menyatakan bimbang, kemungkinan akan berubah pilihan. Belum ditambah kecenderungan mereka yang menyatakan belum punya pilihan biasanya lebih memilih penantang.
Namun jika dilihat lebih dalam, hasil survei ini justru mengisyaratkan kemenangan pasangan capres-cawapres Joko Widodo dan Ma'ruf Amin.Meski turun di bawah 50 persen, toh penurunan elektabilitas itu tidak jauh-jauh sekali. Hanya kurang 0,8 persen dari ambang aman 50 persen.
Tidak mungkin sisa 13,4 persen responden yang menyatakan pilihannya rahasia itu semuanya akan memilih Prabowo-Sandiaga. Perkiraan yang masuk akal adalah paling kurang separuh dari 13,4 persen itu akan golput. Sisanya, 6,7 persen pun akan dibagi.
Boleh jadi Prabowo-Subianto mendapat lebih banyak, 80 persen dari itu. Itu berarti akan ada tambahan 5,36 persen suara untuk Prabowo-Sandiaga. Dengan elektabitas 37,4 persen suara, paling-paling perolehan akhir Prabowo-Sandiaga hanya 42,76 persen.
Hasil survei Litbang Kompas ini, pun survei lembaga-lembaga bonafid lain dikukuhkan survei paling mutakhir dari CSIS. Dalam surveinya, lembaga ini menemukan, 51,4 persen responden memilih Jokowi-Maruf, 33,3 persen Prabowo-Sandi, dan 15,3 persen yang tidak menjawab atau belum menentukan pilihan.
Yang menggembirakan bukan karena dalam survei CSIS elektabilitas Jokowi kembali di atas 50 persen. Toh jika diperhitungkan margin of error, angka 51,4 persen itu bisa sama saja dengan 49,2 persen, serupa hasil survei Litbang Kompas.
Yang bikin senang adalah jumlah responden yang tak menjawab dan belum menentukan pilihan sudah kian pasti, berkisar pada angka 13,4 persen (versi Litbang Kompas) hingga 15,3 persen (versi CSIS), tidak jauh berbeda dari lembaga-lembaga survei terpercaya lainnya. Selain itu, di kubu Jokowi, jumlah pemilih yang sudah mantap dengan pilihannya mencapai 84,8 persen, sementara Prabowo 81,3 persen.
Jadi berbeda dengan survei survei Polmark sebelumnya. Dalam survei Polmark, angka undecided voters yang mencapai lebih dari 33 persen mencemaskan.
Berdasarkan survei CSIS ini, dengan membuat simulasi terburuk bagi kubu Joko Widodo pun, tetap juga pemenang Pilpres 2019 adalah pasangan Jokowi-Maruf.
Simulasi terburuknya begini. Katakanlah 5,2 persen pemilih Jokowi itu akhirnya pindah semua ke Prabowo, sementara di kubu Prabowo, pemilihnya 100 persen tetap, tak beralih. Lalu dari 15,3 persen yang tidak menjawab atau belum menentukan pilihan, 50 persennya golput, sementara 80 persen sisanya memilih Prabowo-Sandiaga.
Dengan simulasi paling optimis untuk kubu Prabowo-Subianto ini sekalipun, perolehan suara akhir Prabowo-Sandiaga hanya 47,44 persen.
Meski hasil survei Litbang Kompas dan CSIS, sebagaimana survei lembaga-lembaga bonafid lain telah memastikan keunggulan Jokowi-Maruf, rakyat jangan sampai lengah. Apapun masih mungkin terjadi, apalagi di tengah pertarungan melawan pihak-pihak penghalal cara dalam meraih kekuasaan.
Karena itu pastikan tetangga, saudara, kenalan mendatangi TPS untuk menggunakan hak suara. Ingat, apakah Indonesia akan terus bergerak maju seperti 4 tahun terakhir ini, ataukah kembali ke masa silam orde baru, pilihan rakyat lah yang menentukan.
***
Sumber:
Kompas.com (20/03/2019) "Survei Litbang "Kompas": Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Turun 3,4 Persen, Prabowo-Sandi Naik 4,7 Persen"
CNNIndonesia.om (28/03/2019) "Survei CSIS: Jokowi-Ma'ruf Unggul 18,1 Persen dari Prabowo"
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews