Seorang Ibu pasti ingin anaknya menjadi anak yang berguna bagi nusa dan bangsa. Seorang Ibu pasti berharap dan terus mendoakan anaknya mendapatkan keselamatan serta kebaikan dunia dan akhirat.
Maka, saat Sandiaga Uno kerap kali dituduh sebagai tukang drama, reaksi Mien Uno bisa diterima. Itulah sebabnya Mien Uno pasang badan demi anak tercintanya.
Sebagai ibu yang baik, pasti akan melakukan upaya-upaya preventif demi menjaga anaknya. Begitu juga dengan Sandiaga Uno yang seharusnya dijaga pergaulannya.
Tak sedikit orang yang berasal dari keluarga baik-baik justru anaknya terjerumus pada kemaksiatan akibat pergaulan.
Teman yang Baik Ibarat Penjual Minyak Wangi
Saya jadi teringat sebuah hadis nabi tentang cara memilih seorang teman. Kurang lebih Nabi pernah berkata untuk memilih teman yang baik seperti penjual minyak wangi, bukan memilih teman yang seperti seorang pandai besi.
Perumpamaan ini sangat bisa diterima akal sehat. Orang yang berteman dengan penjual minyak wangi akan kecipratan wanginya. Sebaliknya orang yang berteman dengan pandai besi, akan kecipratan percikan apinya saja yang justru akan membakar pakaian kita sendiri.
Nah, perumpamaan hadis Nabi tersebut benar-benar menggambarkan kondisi pergaulan Sandiaga Uno. Jangan lantas sedang menjadi calon wakil presiden, kemudian salah gaul dengan memilih teman-teman yang mengajarkan kebohongan.
Jauhi HTI, Organisasi Terlarang yang menghalalkan segala cara termasuk menyebarkan Hoaks
Inilah yang harus Sandiaga Uno hindari. Sering-seringlah berkumpul dengan teman lama yang ikut membawa Sandiaga Uno menjadi pengusaha muda yang sukses seperti Erick Thohir.
Jangan malah melupakan teman lama demi teman baru. Cara berpikir seperti ini justru kurang tepat. Karena pasti teman lama yang akan merangkul dan mengulurkan pertolongan lebih awal saat kita mendapatkan masalah. Yakinlah itu.
Sandiaga Uno hanya dimanfaatkan oleh HTI demi mendapatkan kekuasaan sesaat. HTI yang ahli propaganda sudah amat berpengalaman menyebarkan dusta dan ujaran kebencian.
Jawa Barat misalnya sudah dalam kondisi yang amat memprihatinkan. Tingkat toleransi makin menurun. Penyebabnya salah satunya adalah cara HTI menyebarkan kebohongan dan fitnah berulang-ulang demi memecah belah persatuan antar anak cucu bangsa.
Jadi, Mien Uno seharusnya kesal pada orang-orang lingkaran Sandiaga Uno yang membuat settingan-settingan sudah tidak lucu lagi.
Petani bawang yang mengeluh rugi, ternyata mantan komisioner KPU. Emak-emak yang menangis meraung-raung, ternyata kader PAN.
Kacau jika narasi seperti ini terus dilakukan oleh orang-orang sekeliling Sandiaga Uno.
Bila Mien Uno ingin berhadapan dengan orang yang menuduh Sandiaga Uno kerap bersandiwara, maka saran saya hadapi dulu orang-orang HTI yang berada lingkaran Sandiaga Uno. Mereka inilah yang kerap membuat propaganda jahat. Maka, wajar jika kini kasasinya pun ditolak.
Putusan MA sudah jelas bahwa HTI adalah organisasi terlarang. Ini justru yang harus diwaspadai oleh keluarga pendidik seperti Mien Uno. Bagaimana caranya mengcounter orang-orang yang pernah berada dalam tubuh HTI agar tidak makin merusak citra keluarga Raden Abdullah Rachman dan Siti Koersilah (ayah dan ibunda Mien Uno) yang sejak lama dikenal sebagai seorang pendidik.
Saya yakin, keluarga Sandiaga adalah keluarga terhormat dan terdidik. Maka, langkah Mien Uno untuk menantang orang-orang yang menuduh Sandiaga Uno kerap bersandiwara justru salah alamat.
Sebagai pakar etiket dan juga penulis buku, sudah pasti Mien Uno geram jika anaknya dituduh sebagai tukang sandiwara. Jadi, langkah ke depan yang harus dilakukan adalah melindungi Sandiaga Uno dari lingkaran orang-orang yang kerap meracuninya dengan propaganda kebohongan.
Sandi juga perlu belajar dari kasus Fadli Zon yang menghina mbah Moen. Sosok seperti Fadli Zon mengingatkan saya pada kasus murid di Gresik, Jawa Timur yang menantang gurunya ketika diingatkan untuk tidak merokok di dalam kelas.
Polah tingkah murid yang menantang ini hampir mirip seperti Fadli Zon yang tidak punya etika kepada kyai sepuh tokoh Nahdlatul Ulama Maimoen Zubair dengan tuduhan yang melukai warga NU. Meski hanya dalam bentuk puisi, Fadli Zon memberikan luka batin pada warga NU.
Kita semua berharap juga agar tim Sandiaga Uno menghentikan narasi-narasi yang menjurus pada drama. Lebih baik fokus untuk berkontribusi menyebarkan konten positif dan beretika seperti yang diharapkan sang Ibunda, Mien Uno.
Saatnya Sandiaga menjelaskan retorika-retorika Prabowo dengan langkah konkret, seperti apa visi dan misi baru yang ditawarkan oleh mereka.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews