Salah Gaul, Mien Uno Harus Batasi Sandiaga dari Orang-orang Ini...

Selasa, 19 Februari 2019 | 06:37 WIB
0
2912
Salah Gaul, Mien Uno Harus Batasi Sandiaga dari Orang-orang Ini...

Seorang Ibu pasti ingin anaknya menjadi anak yang berguna bagi nusa dan bangsa. Seorang Ibu pasti berharap dan terus mendoakan anaknya mendapatkan keselamatan serta kebaikan dunia dan akhirat.

Maka, saat Sandiaga Uno kerap kali dituduh sebagai tukang drama, reaksi Mien Uno bisa diterima. Itulah sebabnya Mien Uno pasang badan demi anak tercintanya.

Sebagai ibu yang baik, pasti akan melakukan upaya-upaya preventif demi menjaga anaknya. Begitu juga dengan Sandiaga Uno yang seharusnya dijaga pergaulannya.

Tak sedikit orang yang berasal dari keluarga baik-baik justru anaknya terjerumus pada kemaksiatan akibat pergaulan.

Teman yang Baik Ibarat Penjual Minyak Wangi

Saya jadi teringat sebuah hadis nabi tentang cara memilih seorang teman. Kurang lebih Nabi pernah berkata untuk memilih teman yang baik seperti penjual minyak wangi, bukan memilih teman yang seperti seorang pandai besi.

Perumpamaan ini sangat bisa diterima akal sehat. Orang yang berteman dengan penjual minyak wangi akan kecipratan wanginya. Sebaliknya orang yang berteman dengan pandai besi, akan kecipratan percikan apinya saja yang justru akan membakar pakaian kita sendiri.

Nah, perumpamaan hadis Nabi tersebut benar-benar menggambarkan kondisi pergaulan Sandiaga Uno. Jangan lantas sedang menjadi calon wakil presiden, kemudian salah gaul dengan memilih teman-teman yang mengajarkan kebohongan.

Jauhi HTI, Organisasi Terlarang yang menghalalkan segala cara termasuk menyebarkan Hoaks

Inilah yang harus Sandiaga Uno hindari. Sering-seringlah berkumpul dengan teman lama yang ikut membawa Sandiaga Uno menjadi pengusaha muda yang sukses seperti Erick Thohir.

Jangan malah melupakan teman lama demi teman baru. Cara berpikir seperti ini justru kurang tepat. Karena pasti teman lama yang akan merangkul dan mengulurkan pertolongan lebih awal saat kita mendapatkan masalah. Yakinlah itu.

Sandiaga Uno hanya dimanfaatkan oleh HTI demi mendapatkan kekuasaan sesaat. HTI yang ahli propaganda sudah amat berpengalaman menyebarkan dusta dan ujaran kebencian.

Jawa Barat misalnya sudah dalam kondisi yang amat memprihatinkan. Tingkat toleransi makin menurun. Penyebabnya salah satunya adalah cara HTI menyebarkan kebohongan dan fitnah berulang-ulang demi memecah belah persatuan antar anak cucu bangsa.

Jadi, Mien Uno seharusnya kesal pada orang-orang lingkaran Sandiaga Uno yang membuat settingan-settingan sudah tidak lucu lagi. 

Petani bawang yang mengeluh rugi, ternyata mantan komisioner KPU. Emak-emak yang menangis meraung-raung, ternyata kader PAN. 

Kacau jika narasi seperti ini terus dilakukan oleh orang-orang sekeliling Sandiaga Uno.

Bila Mien Uno ingin berhadapan dengan orang yang menuduh Sandiaga Uno kerap bersandiwara, maka saran saya hadapi dulu orang-orang HTI yang berada lingkaran Sandiaga Uno. Mereka inilah yang kerap membuat propaganda jahat. Maka, wajar jika kini kasasinya pun ditolak.

Putusan MA sudah jelas bahwa HTI adalah organisasi terlarang. Ini justru yang harus diwaspadai oleh keluarga pendidik seperti Mien Uno. Bagaimana caranya mengcounter orang-orang yang pernah berada dalam tubuh HTI agar tidak makin merusak citra keluarga Raden Abdullah Rachman dan Siti Koersilah (ayah dan ibunda Mien Uno) yang sejak lama dikenal sebagai seorang pendidik.

Saya yakin, keluarga Sandiaga adalah keluarga terhormat dan terdidik. Maka, langkah Mien Uno untuk menantang orang-orang yang menuduh Sandiaga Uno kerap bersandiwara justru salah alamat.

Sebagai pakar etiket dan juga penulis buku, sudah pasti Mien Uno geram jika anaknya dituduh sebagai tukang sandiwara. Jadi, langkah ke depan yang harus dilakukan adalah melindungi Sandiaga Uno dari lingkaran orang-orang yang kerap meracuninya dengan propaganda kebohongan.

Sandi juga perlu belajar dari kasus Fadli Zon yang menghina mbah Moen. Sosok seperti Fadli Zon mengingatkan saya pada kasus murid di Gresik, Jawa Timur yang menantang gurunya ketika diingatkan untuk tidak merokok di dalam kelas.

Polah tingkah murid yang menantang ini hampir mirip seperti Fadli Zon yang tidak punya etika kepada kyai sepuh tokoh Nahdlatul Ulama Maimoen Zubair dengan tuduhan yang melukai warga NU. Meski hanya dalam bentuk puisi, Fadli Zon memberikan luka batin pada warga NU.

Kita semua berharap juga agar tim Sandiaga Uno menghentikan narasi-narasi yang menjurus pada drama. Lebih baik fokus untuk berkontribusi menyebarkan konten positif dan beretika seperti yang diharapkan sang Ibunda, Mien Uno. 

Saatnya Sandiaga menjelaskan retorika-retorika Prabowo dengan langkah konkret, seperti apa visi dan misi baru yang ditawarkan oleh mereka.

***