Sebetulnya, menjadi timses atau jurkam pertahana Jokowi lebih enak, lebih mudah, nggak repot-repot. Cukup defensif, nggak perlu ofensif, apalagi ngamuk-ngamuk memberikan reaksi.
Pasalnya, sebagai capres Jokowi adalah juga presiden. Ia capres pertahana. Melekat dalam pribadinya, adalah kepala negara Republik Indonesia ini, sampai 2019 kelak, dan akan nyambung lagi hingga 2024.
Semua gerak-gerik Jokowi, sebagai presiden, adalah kampanye itu sendiri. Tak usah neka-neka. Fokus saja pada pekerjaannya, bekerja dengan baik, propher, semua media akan menyorotnya. Demikian juga lawan, yang menthelengi kapan Jokowi melakukan kesalahan. Kecil saja kesalahan, langsung pengintai akan tancap gas, geber!
Kemudahan kerja bagi timses atau jurkamnya, tinggal menyodorkan jawaban atau data yang valid, atas semua pertanyaan, sindiran, fitnahan, hujatan, penjungkir-balikan kata-kata yang dilontarkan penantang.
Dalam dua bulan ini, tak terlihat sama sekali serangan kubu penantang yang berarti. Semua cuma berkisaran pada tudingan sumir, mengenai utang luar negeri, pengangguran membengkak, angka kemiskinan tinggi, negara dijual ke pihak asing, dan seterusnya.
Soal mobil Esemka, BBM atau listrik naik, pelanggaran HAM, penistaan agama atau ulama, pembakaran bendera tauhid, bahkan pun sampai pada soal Jokowi komunis, PKI, Cina, kafir, kristen, yahudi, zoroaster, dan lain sebagainya itu. Justeru menjadi pintu masuk untuk promo product.
Tentu saja, syaratnya, timses dan jurkamnya harus menguasai data, juga content serta contex permasalahannya. Pada waktu Jokowi belum jadi presiden pun, bisa mengalahkan Prabowo yang tak punya reputasi apa-apa. Kini lebih-lebih setelah menjadi presiden, pertahana. Capaian-capaian Jokowi bisa disampaikan.
Sampai pun pada penjelasan filosofinya, kenapa mesti infrastruktur terlebih dulu, baru kemudian soal SDM. Kenapa mesti impor, kenapa mesti utang luar negeri dan untuk apa, apa itu untung-rugi subsidi negara, dan seterusnya dan sebagainya. Presiden punya segala, juga berbagai kemudahan aksessif. Timses dan jurkam Jokowi tinggal menjadi humas yang baik untuk menjelaskan itu semua.
Pertanyaannya, mana itu data-data prestasi Jokowi, capaiannya, kendalanya, progressinya, dan seterusnya. Banyak jurkam Jokowi reaktif, balik menyerang yang tak perlu. Tak perlu ngotot ngomong ke media soal berbagai serangan negative campaign atau black campaign. Tinggal teliti dan selidiki, kalau potensial melanggar hukum, laporkan ke Polisi atau Bawaslu.
Wong lawannya cuma gitu-gitu doang. Malah masih mending para medsoser, netizen, yang menanggapi kampanye pilpres dengan humor yang oke punya.
Yang wajib diwaspadai itu justeru Jan Ethes. Dia menyalib di tikungan, menyingkirkan Kaesang secara telak!
Bahkan tiga anggota Paspampres dia kerjain.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews