Menang-Kalah Itu Biasa, Kalau Kalah Terus Namanya Keterlaluan

Jangan harap Indonesia bisa maju, jika rakyatnya masih banyak yang buta huruf, mayoritas tamat SD, dan hanya 9% yang mengenyam pendidikan tinggi.

Selasa, 4 Januari 2022 | 09:38 WIB
0
150
Menang-Kalah Itu Biasa, Kalau Kalah Terus Namanya Keterlaluan
Kemenangan (Foto: blogger.com)

Menang atau kalah itu biasa. Jika track yang sedang ditempuh serta prosesnya sudah benar. Tapi kalau kalah terus gak pernah menang, atau sangat sering kalah daripada menang, sering menunduk malu ketimbang mengangkat tropi juara. Itu namanya keterlaluan. Itu sudah gak biasa.

Negara tidak diurus dengan benar, diurus abal-abal. Mulai dari dunia bola sampai BUMN, semua bangkrut. Gak ada kebanggaannya.

Para pengelola negara sangat abal-abal dalam bekerja, nasionalismenya hilang ketutup dolar, ketutup suap dan korupsi.

Oligarki berjaya mengatur parlemen, mengatur presiden karena terlalu banyak hutang budi. Di negeri ini semua diatur. Bahkan sampai pengaturan skor hasil sepak bola juga diatur.

Para pengelola negara hanya memikirkan nasib diri, partai, dan nasib golongannya semata. Kehormatan negara, kesejahteraan rakyat, prestasi bangsa gak ada yang mengurus dengan serius.

Para politisi bermain mata satu sama lain. Parlemen dengan eksekutif bermain main dengan nasib rakyat. Hampir tidak ada yang berkerja serius untuk kebaikan bangsa dan penduduknya. Kecuali hanya sebatas klaim kosong penuh pencitraan.

Kelakuan pejabat dan para pengelola negara kita sangat memprihatikan. Korup, malas, arogan, bodoh, anti kritik, dan berlagak seperti Tuhan di depan Tuhan.

Jangan harap Indonesia bisa maju, jika rakyatnya masih banyak yang buta huruf, mayoritas tamat SD, dan hanya 9% yang mengenyam pendidikan tinggi.

Inilah jihad besar kita sebenarnya yang harus diprioritaskan. Bukan terus menerus memikirkan nasib diri, golongan, partai, apalagi cuma sekedar mikirin nasib kelompok dan jamaah masing masing.

***