Reifikasi dan AHY (4)

Adakah anda menyadari turbulensi estafet politik yang dialami oleh AHY terkait berjangkitnya syahwat reifikasi yang di bawah sadar terekstensi akibat mimpi "offside" dari seorang ayahanda?

Minggu, 14 Maret 2021 | 10:27 WIB
0
363
Reifikasi dan AHY (4)
Megawati dan SBY (Foto: dok. Pribadi)

Tanggal 11 Maret, genap sudah 17 tahun yang lalu SBY cabut dari kabinet namboru Megawati Soekarnoputri. Dia resmi meninggalkan jabatannya sebagai Menkopolhukam RI tahun 2004.

Rupanya dia pengen fokus menyiapkan pendirian partai politik yang baru. Parpol besutannya bernama Partai Demokrat. Dia pun bertarung untuk kontestasi pemilihan presiden RI. Jabatan pemuncak pemimpin tertinggi di republik ini.

Ternyata beberapa bulan kemudian, persisnya 20 Oktober 2004 dia berhasil memenangkan pilpres tersebut dan dilantik menjadi orang nomer satu dinegeri ini. SBY resmi menjadi Presiden RI ke-6 menggantikan presiden sebelumnya, namboru Megawati Soekarnoputri.

Kumplit sudah kesuksesan yang berhasil dicapai oleh SBY. Dunia membikin standarnya, yaitu 4 ukuran kesuksesan.

Pertama, KEPINTARAN. Gak ada yang meragukan kecerdasannya sebagai penyandang titel doktor.

Kedua, KEKAYAAN. Tentu saja, dia piawai mengkultivasi guanxi dengan para pebisnis selama ini.

Ketiga, KETENARAN. Siapa yang gak tahu posisinya sebagai mantunya tokoh legendaris Jenderal (Purn) Sarwo Edhie.

Keempat, KEKUASAAN. Sebagai presiden tentulah kekuasaan eksekutif tertinggi negeri ini ada ditangannya.

Dalam tolok ukur alias standar kesuksesan manusia modern ini sempurna banget. Kecenderungan masyarakat modern yang acap menggunakan ukuran kesuksesan yang fana inilah yang disebut dengan reifikasi. Saya menyebut reifikasi ini sebagai syahwat.

Adakah anda menyadari, turbulensi estafet politik yang dialami oleh AHY hari-hari ini terkait dengan berjangkitnya syahwat reifikasi yang di bawah sadar terekstensi akibat mimpi yang "offside" dari seorang ayahanda?

( Bersambung)

Tulisan sebelumnya: Guanxi dan AHY (3)