Carut Marut Kabinet Jokowi

Apa yang dilakukan oleh Syahrul Yasin Limpo (YSL) yang politikus berlatar belakang pendidikan hukum ini, yang S1-S3 bukan pertanian apalagi kesehatan ini sungguh tak elok.

Kamis, 9 Juli 2020 | 06:11 WIB
0
392
Carut Marut Kabinet Jokowi
Syahrul Yasin Limpo (Foto: kompas.com)

Seorang sahabat pada awal musim Covid-19 mengirim pesan bahwa minyak kayu putih berkhasiat mencegah virus itu. Pesan tersebut, kira-kira sudah tiga bulan berlalu, dan tentu saja saya abaikan. Karena pesan sejenis, dengan berbagai varian lainnya juga saya terima. Apakah itu jahe merah, kali lainnya temulawak yang mewakili empon-empon dan jamu tradisional.

Dari pojok yang lainnya muncul habbatusauda, yang apa itu sebenarnya, hingga kini saya gak paham. Sama dengan tidak pahamnya bagaimana ruqiah bisa menyembuhkan orang yang terkena virus ini. Aneh bukankah yang terindikasi positif langsung dikarantina dan gak boleh pulang ke rumah. Dan entah apa lagi saya gak begitu ingat. Karena statusnya sama, saya gak percaya dan harus saya abaikan.

Saya lebih percaya, satu-satunya cara mencegah virus itu masuk ke tubuh saya adalah saya berpikiran positif terhadapnya. Tidak menganggap musuh, tetapi juga bukan teman yang bisa dianggap bahan becandaan. Saya netral senetral-netralnya....

Tapi saya tetap saja kaget, ketika seorang Meteri Pertanian tiba-tiba mengumumkan bahwa minyak kayu putih dengan berbagai varian produknya bisa mengatasi virus ini. Sebelum diluruskan bahwa itu bukan obat hanya sejenis jamu. Mula-mula memang dalam press conference-nya dengan sangat tendensius mengatakan produk Balitbang Kementan ini dianggap sebagai short cut untuk melawan virus Corona itu.

Tak kurang si petingginya sendiri, Syahril Yasin Limpo mengklaim, kalung berbahan eucalyptus bisa membunuh virus SARS-CoV-2 hingga 80 persen dalam waktu 30 menit. Ajaib!

Kalung ini, sejatinya tak lebih name tag yang digantung di leher, yang bila dipakai malah seperti jimat anti bacok pada masa lalu. Tentu dengan model lebih modern.

Pak Menteri dengan penuh semangat mengatakan bahwa seluruh produk berbahan dasar eucalyptus (baca: minyak kayu putih) itu akan siap di pasar pada bulan Agustus. Sembari mengatakan bahwa selain kalung, juga bisa didapatkan dalam bentuk minyak oles dan inhaler.

Tentu saja, statement ini mengundang kritik yang luar biasa keras dari publik. Terutama kaangan medis dan farmasi yang menganggap bahwa kalim tersebut sungguh ngawur dan berbahaya. Apalagi bila dianggap obat tersebut sudah diapatenkan dan melalui proses penelitian. Apalagi belakangan, produk tersebut konon sudah dikerjasamakan dengan hanya satu produsen bernama PT Eagle Indo Pharma yang selama ini terlebih dahulu memproduksinya melalui merek Cap Lang. Loh kalau memang ada kemendesakan dan keterbukaan, mengapa harus bekerjasama dengan hanya satu produsen?

Demikianlah bola liar yang tiba-tiba ditendang oleh Kementrian yang sama sekali gak ada tupoksinya mengurusi masalah kesehatan masyarakat! Menunjukkan betapa memang ada problem serius dalam Kabinet Jokowi kali ini. Kenapa?

Tanpa merendahkan maksud baiknya. Saya haqul yakin, bahwa move yang dilakukan Kementan adalah pencitraan semata. Di tengah kementrian yang dipimpinnya sama sekali tak menunjukkan prestasi apa-apa. Apalagi, isu yang diangkat, tak lebih hal basi yang sebenarnya sudah lama beredar di masyarakat.

Kalau pun, minyak kayu putih terbukti efektif mencegah atau apalagi "membunuh" virus tersebut yang paling berhak mempromosikannya adalah Kementrian Kesehatan. Yang sependek saya tahu, walau sudah menemukan vaksin anti-virus-nya merasa belum siap dipublikasikan karena memang harus melewati serangkain uji coba klinis yang butuh waktu. Konon baru akhir tahun baru siap diedarkan.

Sekali lagi untuk ke sekian kalinya: apa yang dilakukan oleh Syahrul Yasin Limpo (YSL) yang politikus berlatar belakang pendidikan hukum ini, yang S1-S3 bukan pertanian apalagi kesehatan ini sungguh tak elok.

Maksud baiknya hanya semakin menambah bobrok wajah Kabinet Jokowi yang memang sudah babak belur. Ia terlihat hanya melakukan "rebranding image, pencitraan", alih-alih bersikap tulus dan bersedia kerja keras menolong masyarakat. Ia lebih tampak sedang menolong dirinya sendiri (dan jga mungkin partainya), agar jabatannya tak terkena ressuffle....

Sebagai orang yang pernah sedikit belajar ilmu pertanian, sedikit banyak saya tahu siapa yang cocok siapa yang tidak. Hingga saya bisa bilang pilihan terhadap SYL adalah urutan kesekian alasan bahwa Jokowi memang ngawur, tak sekedar khilaf dalam memilih pembantunya. Ia bukan saja tidak kompeten di bidangnya, namun sungguh berbahaya dan justru bikin kontroversi baru.

Ia salah satu yang pantas diressuffle, walau berarti Jokowi harus nambah daftar musuh baru....

***