Gibran dan Bobby Maju Pilwalkot, Celaka Jika Itu Karena Dinasti Politik

Jika Jokowi menggunakan kekuasaannya hanya untuk memenangkan anak dan menatunya dalam kontestsi politik, sama artinya Jokowi telah mencelakan Gibran dan Bobby. Itulah yang berbahaya.

Minggu, 15 Desember 2019 | 08:04 WIB
0
504
Gibran dan Bobby Maju Pilwalkot, Celaka Jika Itu Karena Dinasti Politik
Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution (Foto: tribunnews.com)

Ramai-ramai tudingan adanya dinasti politik yang ditujukan, baik kepada  Gibran Rakabuming Raka yang hendak mengikuti pemilihan walikota (Pilwalkot) Solo maupun Bobby Nasution yang berniat maju dalam Pilwalkot Medan, tentu saja sebagai kenyataan yang tak bisa dihindari. Pasalnya,  kedua orang tersebut merupakan anak dan menantu Presiden Joko Widodo (Jokowi). Terlebih lagi saat ini Jokowi masih berkuasa.

Jelas-jelas saja, tudingan dinasti politik itu dibantah oleh keduanya. Bagi mereka, mengikuti kontestasi di dalam Pilwalkot, ada dua kemungkinan yang didapat, kalah atau menang, karena semuanya tergantung pada pilihan masyarakat.

Apa yang menjadi dasar dari keinginan Gibran dan Bobby,  ternyata karena mereka ingin memberikan sumbangsihnya untuk kemajuan kota yang mereka tinggali. Setidaknya,  sumbangsihnya bagi rakyat yang mereka berikan bisa lebih besar melalui jalur politik, dibandingkan sebagai pengusaha.

Sebagai seorang Presiden yang mengawali karier politiknya dari walikota dan gubernur,  juga sebagai orangtua, Jokowi ingin agar apa yang dilakukannya itu juga diikuti anak-anak dan juga menantunya. Hal ini tersirat ketika Jokowi ditanya mengenai, apakah jejak politiknya diikuti anak-anaknya.

Ketika itu, Jokowi hanya berujar bahwa menantunya saja (Bobby) yang tampaknya tertarik dengan politik.  Namun, ternyata, kini putera sulungnya Gibran punya kecenderungan yang sama dengan dirinya.

"Nggak ada dinasti. Saya ini kan ikut kontestasi, bisa menang bisa kalah. Semuanya tergantung pilihan masyarakat. Nggak ada dinasti," kata Gibran kepada wartawan di Sunter Agung, Jakarta Utara, Sabtu (7/12).

Jika berkaca pada Jokowi ketika mencalonkan diri sebagai Walikota Solo, tentu saja Jokowi ingin agar anak dan menantunya juga memiliki niat yang sama dengan dirinya dahulu.  Bagi Jokowi,  masuknya dia ke ranah politik, tidak lain karena ingin berbuat lebih banyak untuk rakyat. Sebab, alasannya ketika itu, kalau hanya jadi pengusaha, rakyat yang bisa diperhatikan cukup terbatas.

"Kalau dibilang dinasti politik atau kekuasaan, nggak lah. Tapi mungkin yang lebih tepat itu dari sisi dinasti semangat membangun seperti yang ditunjukkan oleh mertua saya," tegas Bobby di Medan, Selasa (10/12).

"Kalo dinasti, ini bukan. Lihat semangatnya, dinasti itu motivasinya. Kalau dinasti dari mertua saya karena mertua saya, saya tak bisa memuji sendiri, bisa dilihat sendiri gimana kerjanya, itu dinastinya. Kita sudah bisa lihat sendiri semangat beliau membangun Indonesia," tambah suami Kahiyang Ayu itu, seperti dikutip Detik.com (12/12/2019).

Nah, apa yang dilakukan Gibran yang tergerak ikut Pilwalkot Solo, pastinya membuat Jokowi  senang bukan kepalang. Namun, bukan berarti Jokowi akan memuluskan jalan agar Gibran bisa dengan mudahnya memenangkan Pilwalkot Solo. Mungkin, untuk soal ini, banyak orang yang tidak mempercayainya.

Namun, jika kita melihat perjalanan bisnis anak-anak Jokowi selama ini, kecurigaan kita itu akan memudar. Buat Jokowi, dia hanya ingin semangat anaknya untuk memikirkan orang banyak bisa terasah, seperti dirinya dahulu.

Sebagai pribadi, penulis begitu keberatan Gibran mengiuti kontestasi Pilwalkot Solo, karena dia akan bersaing dengan wakil walikota yang sekarang, yang katanya akan dicalonkan PDI Perjuangan Kota Solo. Tapi, dalam politik, semangat Gibran tidak boleh mati karena rasa ewuh pakewuh.

Soal menang dan kalah di dalam kontestasi politik adalah hal yang biasa. Gibran dan Bobby harus bisa memahami itu semua, karena itu merupakan bagian dari pembelajaran politik.

Dengan kata lain, jika Jokowi menggunakan kekuasaannya hanya untuk memenangkan anak dan menatunya dalam kontestsi politik, itu sama artinya Jokowi telah mencelakan Gibran dan Bobby, itulah yang berbahaya. 

Soal menang dan kalah, semunya tergantung rakyat yang memilih. Rakyat juga akan diajarkan berpolitik yang sehat, yaitu bagaimana menentukan pilihan berdasarkan kemampuan dan pengalaman, bukan dikarenakan ada orang besar di belakang orang yang dipilihnya. Di sinilah nalar rakyat pemilih ikut diuji!

Terima kasih.

***