Sekali-kali boleh kita menengok ke belakang. Namun tatapan ke depan harus menjadi arah muka kita dalam menjalani kehidupan.
Dalam konsep demokrasi, seorang presiden bukanlah raja. Dia adalah pemegang mandat rakyat untuk merealisasikan apa yang dikehendaki rakyat. Tiga cita-cita bangsa sejak diproklamasikannya kemerdekaan adalah terlindungnya segenap bangsa dari beragam ancaman, semakin majunya kesejahteraan umum, dan semakin cerdasnya kehidupan bangsa. Ini selalu kita ingat. Ini menjadi arah kita dalam kehidupan berbangsa.
Untuk kesekian kali, Indonesia memiliki pemerintahan yang menjadi pelaksana dalam merealisasikan cita-cita itu. Secara singkat, dalam melaksanakan tugas pemerintahan, seorang presiden harus melangkah untuk melakukan tiga hal, yakni 1) membangun birokrasi efektif dan efisien sehingga seluruh urusan pelayanan administrasi rakyat dapat berjalan baik, 2) memperkuat pertahanan dan ketahanan bangsa sehingga bangsa terjaga dari gangguan bangsa lain, baik secara militer, ekonomi, sosial dan budaya, dan 3) melaksanakan pembangunan secara menyeluruh agar rakyat dapat hidup lebih makmur, cerdas, dan bahagia, secara lahir maupun batin.
Nah, kemarin pidato Presiden Jokowi sudah kita dengar bersama. Inti dari pridato itu adalah bahwa ia berencana akan melaksanakan tugas pemerintahan yang ia pimpin sebagaimana disarikan dalam bagan di bawah ini. Apakah ada hal penting yang belum terangkum? Tentu ada. Masalah HAM, korupsi, kelestarian lingkungan, misalnya, tak disebut. Mungkin agenda penting lain akan menjadi fokus pada tahap berikut. Bukan tahap awal ini.
Yang penting, mari kita kawal bersama agar apa yang ia canangkan betul-betul dapat dilaksanakan. Tentu akan banyak kendala dalam merealisasikan agenda ini. Banyak rintangan yang tak mudah dilalui. Namun, bila kita bersama-sama membantu, jalan menuju kebaikan akan lebih mudah ditempuh. Pembangunan partisipatif yang melibatkan semua pihak perlu dicanangkan.Mari kita melangkah dan bangun budaya optimisme (culture of hope) ke depan. Rasa was-was dan takut berlebihan (culture of fear) yang melekat dalam pikiran dan hati secara berkepanjangan hanya akan membuat kita mati langkah. Demikian juga rasa sakit hati dan terzalimi (culture of humiliation) yang terus menerus kita pelihara hanya akan membawa kita pada suasana psikologis murung yang tak produktif.
Matahari tiap pagi masih bersinar terang. Udara segar di pagi hari masih banyak tersedia di sekitar kita. Hanyalah rasa syukur yang menjadikan rasa nikmat terlipat-gandakan. Mari nikmati hidup yang tersisa ini untuk melangkah ke depan.
Sekali-kali boleh kita menengok ke belakang. Namun tatapan ke depan harus menjadi arah muka kita dalam menjalani kehidupan. Kalau tidak, jempol kaki kita akan tersandung batu yang kebetulan sering ada di jalan yang kita lalui. Hehe..
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews