Di Balik Nyinyirnya Fadli Zon pada Jokowi

Ketika rekonsiliasi antara Jokowi dan Prabowo terjadi, Fadli Zon bisa kehilangan panggung. Atau panggung politik Gerindra akan luntur di 2024.

Minggu, 8 September 2019 | 08:53 WIB
0
737
Di Balik Nyinyirnya Fadli Zon pada Jokowi
Fadli Zon (Foto: Tribunnews.com)

Komentar Fadli Zon sungguh berbahaya. Nyinyir. Soal Esemka. Soal dia suruh Jokowi berkantor di Papua. Komentar Zon ini sangat sarat kepentingan politik. Zon tidak mencintai bangsa Indonesia. Zon dan Gerindra sejak 2014 sampai 2019 terus nyinyir soal Jokowi. Zon menyuruh Jokowi menggunakan mobil kepresidenan Esemka adalah sikap seorang pengecut. Zon tidak mencintai Indonesia.

Zon Benci Karya Anak Bangsa

Esemka sebagai karya anak bangsa diejek habis oleh Gerindra dan Zon. Teori kampanye (politikus senang menjaga konstituen biar gagal terus move-on) paling gampang buat Zon dan Gerindra adalah menggunakan isu rasis: China, Tiongkok, Cina. Produk China. Itu penting bagi mereka. Teori propaganda menggunakan isu SARA adalah hal paling efektif. Tak bisa dilawan. Efektif.

Dan, Zon dan Gerindra telah memraktikkan teori dasar kampanye dengan sempurna. Tujuannya ada dua. Pertama menjelek-jelekkan Jokowi. Kedua, untuk menghibur para eks kampret, yang sudah berubah wujud menjadi kadal gurun, plus para penganut bigot, untuk terus mendukung Gerindra.

Zon dan Gerindra membenci karya anak bangsa. Zon tak suka dengan penciptaan lapangan kerja. Zon lebih suka menghamba pada konglomerat ASTRA – yang memonopoli mobil dan harga mobil. Geng-geng penguasa industri prinsipal Jepang. Zon tidak senang melihat anak Boyolali bekerja di bawah bimbingan Sukiyat – orang kampung. Zon lebih tertarik pada makam Karl Marx yang dia ziarahi.

Maka Zon nyinyirnya menyuruh Jokowi menggunakan mobil Esemka. Setelah dibumbui komentar negatif bahwa mobil Esemka mirip produk China.

Zon tahu semua mobil mirip di dunia ini. Komponen ban, pintu, dan sebagainya ya sama. Entah produk Korea, Jerman, Amerika, China, Malaysia, ya mirip-mirip. Apalagi mobil murah. Ya mirip. Fakta ini diabaikan untuk menutupi niat busuk membenci Jokowi dan mobil karya anak bangsa. Nyinyir.

Zon dan Gerindra membelokkan fakta. Demi tujuan membenci bangsa Indonesia – anak-anak bangsa. Warga Boyolali yang bekerja membuat mobil karya anak bangsa. Bukan mobil nasional zaman eyang saya Presiden Soeharto yang Zon agung-agungkan. Penipuan atas nama Mobnas zaman Pangeran Cendana yang Zon lebih hargai.

Soal mobil Esemka untuk mobil Kepresidenan RI. Zon sadarlah. Cara membenci kamu terhadap Jokowi juga dipahami rakyat yang waras. Jokowi adalah Presiden Republik Indonesia. Dia bukan Prabowo yang bukan apa-apa.

Jokowi Pakai Esemka

Dalam diri Jokowi melekat kewajiban negara untuk menjaga keselamatan Presiden, Wapres, dan para mantan presiden dan wakil presiden. Orang paling tolol di Bumi pun tahu. Presiden harus menggunakan kendaraan anti peluru. Mercedes S-600 apapun khusus. Karena apa? Ya karena Jokowi seorang Presiden RI.

Ditambah lagi Zon menyuruh Jokowi berkantor di Papua saat kerusuhan. Ini perbuatan nyinyir yang edan. Yang senang mendengar ini adalah para bigot, para pembenci Jokowi, eks kampret dan kadal gurun serta HTI, penganut khilafah, teroris dan koruptor yang suka dengan nyinyirnya Fadli Zon.

Nyatanya, Jokowi harus hati-hati karena pembencinya banyak. Karena Jokowi menghancurkan mafia. Petral misalnya. Lah pemainnya keluarga Cendana. Riza Chalid. Belum lagi Freeport. Diambilnya Blok Masela. Blok Rokan. Masuk ke Indonesia.

Indonesia kehilangan Blok Cepu yang murah eksplorasinya zaman SBY, melimpah cadangannya, hanya berkedalaman rerata 1,700 meter. Kalah telak Pertamina dan Indonesia oleh ExxonMobile. Ini tidak terjadi di zaman Jokowi.

Kenekatan Jokowi ini yang menyebabkan RATUSAN MAFIA sakit hati. Para mafia bergabung dengan khilafah dan teroris tentu. Untuk menghancurkan Jokowi. Untung menang. Tak terbayangkan jika Jokowi kalah di 2019 lalu. Jokowi pasti akan dikriminalisasi dan dikorbankan seperti Bung Karno yang menolak Freeport.

Jadi penyebab Zon nyinyir adalah iri dengki. Sakit hati dengan Jokowi kalah pilpres 2014 dan 2019. Maka ketika rekonsiliasi antara Jokowi dan Prabowo terjadi, Fadli Zon bisa kehilangan panggung. Atau panggung politik Gerindra akan luntur di 2024.

Koalisi besar memasukkan Gerindra, PAN, Demokrat, ke dalam pemerintahan Jokowi-Amin belum tentu bisa membuat serangan kepada Jokowi mereda. Kenapa?

JOKOWI bukan politikus. Publik harus paham SANDIWARA dan NIATAN KEJAHATAN besar untuk menghancurkan Jokowi. Jokowi selalu sendirian. Jokowi butuh Anda, kamu, kita!

(Itulah peran RELAWAN AKAR RUMPUT yang ikhlas menjaga Jokowi. Bangga membela kebenaran. Membela orang benar. Jokowi. Paling, mereka memohon minta berfoto dengan Presiden Jokowi. Cukup jadi cerita: “Anakku, Bapak/Ibu/Mama pernah mendukung berdarah-darah orang bernama Jokowi. Presiden Indonesia. Ini foto sangat berharga bersama Pak Jokowi!”)

Maka ketika Zon nyinyir dan Gerindra. KAMI relawan mengecam keras Zon. Tetap membela Jokowi yang telah menghancurkan sebagian kecil mafia. Berbuat untuk rakyat kecil. Sekali lagi sebagian keciiiiiiil ratusan mafia yang marah-marah.

Ninoy N Karundeng, penulis.

***