Lewat kecerdikan beragumentasi, Tim Hukum Prabowo-Sandi berusaha meyakinkan hakim dan publik, mereka layak menjadi Pemenang, kalau tidak dimenangkan pemilihan harus diulang.
Mengamati pengadilan persengketaan hasil Pemilu Presiden di Mahkamah Konstitusi, seakan-akan menyaksikan sebuah adegan konflik dalam sebuah cerita.
Hanya saja bedanya kalau dalam sebuah cerita, plot peranan bagi pelaku dalam cerita sudah terbagi dengan jelas, ada tokoh dengan peran antagonis, dan ada juga yang berperan protagonis.
Biasanya diakhir cerita, tokoh protagonis keluar sebagai pemenang, meskipun pada awalnya tokoh ini sudah berdarah-darah berusaha untuk memenangkan pertarungan.
Pertunjukan di MK kemarin sangat berbeda, kedua pihak yang bertanding justeru diposisikan sebagai tokoh antagonis, sehingga akhir cerita agak susah ditebak, dan hakim yang mengawal persidangan benar-benar dipersepsikan sebagai perpanjangan tangan Tuhan.
Kita semua tahu bahwa manusia tidaklah mampu untuk bersikap Adil sama adilnya dengan Tuhan, bahkan keadilan Tuhan sendiri kadang sulit kita terima, apalagi keadilan manusia.
Sebuah pertanyaan yang sulit dijawab kalau yang ditanyakan adalah, Pemilihan Ulang atau Prabowo-Sandi menang? Hanya wewenang MK yang bisa memutuskannya. Kalau bagi pendukung Jokowi-Ma'ruf, jelas pertanyaan ini sama tidak enaknya.
Luar biasa perjuangan Tim Hukum Prabowo-Sandi untuk memenangkan kandidatnya, di tengah kelemahan alat bukti yang dimiliki pihaknya, mereka harus berjuang memenangkan perkara dengan strategi tidak biasa.
Dengan serangan bertubi-tubi lewat tuduhan berbagai kecurangan, Tim Hukum Prabowo-Sandi berusaha memosisikan kandidatnya sebagai pihak yang sudah terzolimi dalam pemilihan Presiden.
Lewat kecerdikan beragumentasi, Tim Hukum Prabowo-Sandi berusaha meyakini Hakim dan publik bahwa mereka layak menjadi Pemenang, kalau tidak dimenangkan, maka pemilihan harus diulang.
Begitulah keadilan sesungguhnya yang mereka terjemahkan, mereka tidak layak kalah atau dikalahkan, karena merekalah penyandang kebenaran sesungguhnya, apa yang sudah dihasilkan dari Pemilu adalah sebuah kesalahan.
Saya setuju kalau semua ini dianggap sebagai bagian dari Ikhtiar untuk membuktikan Takdir Tuhan yang sebenarnya, karena memang tidak satu peristiwa pun yang terjadi dimuka bumi ini tanpa campur tangan Tuhan.
Dan menerima keputusan akhir dari hasil pengadilan persengketaan pemilihan Presiden, adalah manifestasi dari mengimani Takdir Tuhan. Itulah tandanya kita beriman kepada Tuhan dan segenap kekuasaannya.
Perjalanan menuju kearah sana masih panjang, namun mempersiapkan diri untuk menerima kenyataan adalah keharusan. Kedua belah pihak yang bersengketa tetaplah harus menempuh jalan yang benar dalam berikhtiar, karena kehendak Tuhan tidak bisa direkayasa dengan cara apapun.
Kalau pada sidang perdana kemarin kita menyaksikan bagaimana Tim hukum Prabowo-Sandi, mengemukan berbagai kesalahan pasangan 01, maka pada sidang kedua yang akan dilaksanakan pada tanggal 18/6/19, kita akan menyaksikan bagaimana Tim Hukum Jokowi-Ma'ruf dan KPU melakukan pembelaan.
Yang jelas pada sidang perdana kemarin kita menyaksikan bagaimana Tim Hukum 02 menelanjangi pasangan 01 dan menelanjangi dirinya sendiri. Apakah nantinya pada sidang kedua pun Tim Hukum 02 akan melakukan hal yang sama?
Wallahu'alam.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews